Jombang – Berawal dari hobi, kini Sri Restuasih warga Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang bisa mendulang rupiah. Yakni dengan membuat kerajinan decoupage yang menggunakan bahan dasar kertas tisu.
Pagi kemarin, Sri Restuasih tampak sibuk menggunting lembaran tisu bergambar dirumahnya Desa Ceweng Gang 1. Satu per satu tisu bermotif bunga, kupu-kupu hingga pepohonan itu digunting sesuai kresasi. Lalu ditempelkan di sebuah kain kanvas yang sudah dilukisi latar belakang pemandangan. Ya, Sri Restuasih tengah sibuk membuat lukisan decoupage atau dekupase.
Tisu yang dipakai Sri bukan tisu sembarangan. Namun tisu khusus yang dibeli secara online, sebab di Jombang sendiri belum ada yang menyediakan tisu seperti itu. ”Tisu ini ada tiga lapis, yang kita gunakan ada lapisan luar,” ujar dia sembari membuat lukisan, kemarin. Sebelum tisu ditempel menggunakan lem bakar, terlebih dahulu tisu dipanaskan menggunakan korek api. Tujuannya agar tisu bisa melengkung dan bisa menghasilkan bentuk tiga dimensi. ”Sehingga saat ditempel di lukisan bentuknya bisa terlihat nyata,” jelas perempuan kelahiran Sidoarjo ini.
Dijelaskan, dekupase adalah seni menghias sebuah benda dengan cara menempelkan potongan-potongan kertas berwarna. Sebelum menempelkan potongan tisu tersebut, Sri terlebih dahulu melukis pemandangan di sebuah kain kanvas menggunakan cat air. ”Setelah ketemu konsepnya baru kita padukan dengan tisu dekupase tadi,” jelas dia.
Dia menguraikan, kerajinan yang digelutinya sudah dimulai sejak beberapa tahun lalu. Dia belajar secara otodidak dari tayangan video di youtube. Lalu mempraktikannya sendiri. ”Ini untuk menyalurkan bakat saja, karena sejak awal saya memang suka dengan hand craft atau kerajinan tangan,” tambah ibu dua anak ini.
Tak hanya dalam bentuk lukisan, kerajinannya itu juga bisa dikreasikan dalam berbagai bentuk benda. Misalnya, hiasan dinding maupun dekorasi rumah tangga lainnya, mulai dari gantungan baju hingga pajangan dinding. ”Pada dasarnya kerajinan ini kan menempelkan, jadi bisa dikreasikan di mana saja asalkan permukaan bendanya datar,” tegas dia.
Untuk harga satu lukisan, ia jual mulai Rp 375 ribu hingga Rp 500 ribu. Harga tersebut tergantung besar kecil dan tingkat kerumitan. Selain itu, bagi pembeli yang tak ingin merogoh koceng dalam, ada kerajinan decoupage yang dijual mulai harga Rp 25 ribu sampai Rp 100 ribu. ”Ya misalnya seperti gantungan baju dan pajangan dinding ini mulai Rp 25 ribu,” tandasnya.
Di rumahnya, Sri juga sering melatih ibu-ibu dusun setempat untuk membuat kerajinan. Hal itu dilakukan agar bisa membantu menambah penghasilan ibu-ibu untuk kebutuhan rumah tangga. ”Saya melakukan ini bukan semata-mata bisnis, tapi juga ada misi sosial, yakni ingin menyalurkan hobi saya ke orang lain,” pungkasnya. (*)
(jo/ang/mar/JPR)
Photo courtesy: Radar Jombang
Article courtesy: Radar Jombang
Jombang – Untuk bisa menikmati salak doyong Pulogedang, ada dua kali musim yang bisa ditunggu. Yakni pada akhir dan awal tahun dan dua bulan di pertengahan setiap tahunnya.
Menurutnya, masa panen buah pertama biasanya akan datang pada Desember hingga bulan Januari. Sementara musim panen kedua biasanya akan berlangsung pada bulan Juni atau Juli. “Ya, cuma dua kali musim panen biasanya dalam setahun, itupun jumlahnya tergantung dari cara perawatan sama kondisi tumbuhannya,” ungkap Sofwan.
Yang dimaksud cara perawatan adalah kewajiban petani salak untuk membersihkan kebun salaknya juga mengawinkan buah. Meski perawatan salak terhitung cukup mudah, namun Sofwan menyebut, petani salak harus rajin mengawinkan bunga salak agar buah salak bisa melimpah.
“Jadi bunga jantan dan betinanya harus dikawinkan dulu, baru buahnya bisa banyak. Kalau dibiarkan ondolan¬ atau tidak dikawinkan, buahnya sedikit, cuma satu, dua butir saja,” lanjutnya.
Selain itu, kondisi cuaca dan hama disebutnya juga sangat berpengaruh. Dengan cuaca yang baik dan serangan hama yang terkendali, panen raya salak di desanya bisa maksimal. “Sayangnya dua musim belakangan ini kita hampir tidak panen gara-gara tikus, ya semoga panen depan ini bisa lebih lumayan lagi,” pungkasnya. (*)
(jo/riz/mar/JPR)
Photo courtesy: Radar Jombang
Article courtesy: Radar Jombang