Halo Rek, saat ini kita sedang dalam proses menyambut pemilihan umum kepala daerah atau pilkada yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 mendatang. Pilkada ini menjadi momen demokrasi penting karena akan ada pergantian kepemimpinan dari level provinsi dan kabupaten juga kota. Saat ini, masa kampanye sedang berlangsung, dan banyak dinamika berita politik yang beredar. Prinsipnya tentu kita berharap bahwa siapapun pemimpinannya, maka mereka adalah sosok kandidat yang memang punya pengetahuan, pengalaman, dan kapasitas dalam memimpin pemerintah. Tidak kalah penting adalah punya visi, misi, tujuan, dan rencana yang jelas untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat dan kemajuan daerah.
Memilih pemimpin daerah bukan hal mudah, berikut ini adalah tips yang kami bisa berikan:
Nah, Keluarga Besar Ekosistem Kreatif Brantas juga ikut serta menyemarakkan pilkada tahun ini. Adalah grup seni gejok lesung Guyub Rukun dan opyak Adem Ayem yang menciptakan dua lagu kreatif untuk mendukung kesuksesan penyelenggaraan Pilkada.
Lagu ini adalah lagu netral yang bisa didengar oleh seluruh kalangan masyarakat, berisi ajakan dan anjuran kebaikan untuk pilkada yang sedang berlangsung. Lagu-lagu ini digali dari kearifan lokal masyarakat Jombang, menggabungkan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa serta kuat akan kekhasaan kekayaan seni budaya warga Jombang. Apresiasi besar untuk seluruh pihak yang ikut serta dalam penciptaan lagu, penciptaan musik, dan juga pembuatan video klip. Semua kontribusi tersebut menjadikan ekosistem kreatif ini makin kaya akan karya dan kreativitas.
Lagu-lagu ini bisa diakses di instagram Pasar Brantas, dengan tautan berikut:
Lagu “Dukung Pilkada Jombang” – dari grup gejok lesung Guyub Rukun
https://www.instagram.com/reel/DBv19etoDCx/?igsh=MWtjZjhnaWQyOHh0Ng==
Lagu “Sukseskan Pilkada Jombang” – dari grup opyak Adem Ayem
https://www.instagram.com/reel/DCLN10Hyulw/?igsh=aWsyam1xZGJsMjVm
Sedang lirik lagu tersebut adalah di bawah ini:
.
“Dukung Pilkada Jombang”
.
BAGIAN 1:
Lur dulur ayo rame-rame
Dukung lan sukseskan pilkadae
Bareng-bareng Rek, sareng sederek!
Kabeh mulai enom nganti sing tuek
Ri mari mari selebrasi
Dorong terus majukan demokrasi
Jombang beriman, sang kota santri
Peradaban tinggi untuk negeri
Pilih calon yang dekat dengan rakyat
Punya visi yang pasti bermartabat
Kontribusi dan rekam jejak jelas
Jadikan Jombang makin berkelas
.
BAGIAN 2:
Lur dulur ayo rame-rame
Pilih calon bupati lan wakile
Jo nganti salah, timbang menyesal
Gunakan hati dan juga akal
Ri mari mari selebrasi
Pilih calon yang anti korupsi
Hak suara kita, bernilai tinggi
Jangan mau dimanipulasi
Ayo bangun Jombang yang lebih maju
Perlu dukungan aku dan kamu
Gandeng tangan mari tetap bersatu
Guyub rukun adil selalu
.
BAGIAN 3:
Ending/ sorak di akhir lagu:
Lur dulur ayo rame-rame
Dukung Pilkada Jombang!
Dari kita, oleh kita, untuk kita!!!!
.
“Sukseskan Pilkada Jombang”
.
BAGIAN 1:
Saatnya bagi kita
Gunakan hak bersuara
Pilih bupati dan wakilnya
Untuk kebaikan bersama
Waktunya telah tiba
Monggo rayakan pilkada
Demokrasi untuk semua
Hidup adil sejahtera
Ojo sampek ribut
Ojo saling sikut
Ojo terus mrengut
Politik uang gak usah ikut
Esuk-esuk mangan getas
Karo nyawang Kali Brantas
Pemimpin pekerja keras
Mbangun Njombang sampek tuntas
.
BAGIAN 2:
Yo ayo yo (ayo ayo mas)
Yo ayo yo (ayo ayo mbak)
Monggo dicoblos blos, dicoblos coblos
Ojo sampek podho adu jotos
Yo ayo yo (ayo ayo guk)
Yo ayo yo (ayo ayo yuk)
Suaramu berharga, yok bijaksana
Pilih terbaik sekarang juga
Yo ayo yo (ayo ayo rek)
Yo ayo yo (ayo ayo rek)
Sukseskan pilkada, bersama-sama
Demi Jombang kita tercinta
Ayo Rek, kita dukung dan sukseskan pilkada di Jombang juga daerah lainnya dimana kamu berada. Pilkada ini akan menentukan siapa pemimpin yang akan memimpin daerah dan menggerakkan segala upaya pembangunan untuk mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera.
Matur suwun!
Berbicara tentang Sungai Brantas tentu tidak ada habisnya. Sungai terpanjang di Provinsi Jawa Timur dan kedua di Pulau Jawa ini telah selama ratusan tahun menjadi sumber kehidupan dan cerita bagi masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungainya. Dinamika ekologi berderu bersama dengan dinamika sosial budaya belasan juta masyarakat Jawa Timur yang menggantungkan sumber air dari sungai ini.
Sungai Brantas memainkan peran yang sangat penting bagi kehidupan. Airnya menjadi sumber irigasi bentangan lahan pertanian di belasan kabupaten dan kota, menjadi sumber air minum dan kebutuhan domestik lainnya. Sungai ini juga menjadi simpul penghubung antara satu daerah di sisi satu dengan sisi lainnya melalui angkutan sungai. Tidak hanya itu, Brantas juga menjadi sumber ekonomi lainnya berupa perikanan sungai dimana ikan di sana adalah ikan tangkapan dari masyarakat nelayan sungai. Belum lagi fungsi edukasi dan rekreasi dari sungai ini yang tidak kalah menarik untuk ditelusuri.
Membelajari Sungai Brantas memang menarik apalagi jika ada satu tempat dimana informasi yang beranekaragam tentang sungai ini tersedia. Adalah Museum Brantas Jombang yang kemudian didirikan di Dusun Ngogri, Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Museum ini diinisiasikan, didirikan, dan dimiliki oleh Muchdlir Zauhariy atau akrab disapa Johar yang merupakan putra daerah asli Ngogri namun kemudian telah menetap di Jakarta. Museum ini adalah bentuk kontribusinya untuk kampung halaman. “Museum ini menjadi bagian Ekosistem Kreatif Brantas yang kami kembangkan. Beberapa rangkaian kegiatan peresmian pembukaan museum ini antara lain Trial Visit atau Kunjungan Percobaan, Pertunjukan Seni Budaya Gayeng Nang Museum, serta Lomba Menggambar dan Mewarnai di Pasar Brantas.” Ujarnya.
Museum Brantas Jombang adalah museum berbasis masyarakat artinya berdiri independen dan dikelola oleh masyarakat. Museum ini buka dari Selasa-Minggu kecuali di tanggal merah, dan buka dari pagi sampai sore. Kunjungan adalah berbasis reservasi minimal 1 hari sebelum hari kedatangan. Pengunjung berkesempatan untuk dipandu pemandu museum dengan waktu kunjungan ideal adalah sekitar 2 jam. Tidak hanya berkegiatan museum, pengunjung bisa melihat Sungai Brantas langsung karena museum ini memang terletak di tepi Sungai Brantas.
Adapun koleksi dari museum ini dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian pertama adalah sejarah Sungai Brantas, bagian kedua Sungai Brantas dan keseharian warga, bagian ketiga adalah flora dan fauna Sungai Brantas, bagian keempat adalah tantangan yang dihadapi Sungai Brantas, bagian kelima adalah sosial budaya masyarakat daerah aliran Sungai Brantas. Selain itu pengunjung juga bisa mencoba alat musik tradisional opyak.
Semaraknya Rangkaian Pembukaan Museum Brantas Jombang
Pembukaan museum ini terbilang semarak dan dibalut dalam rangkaian acara selama tiga hari berturut-turut dari Jum’at-Minggu, 13-15 September 2024. Pada hari Jum’at, diadakan syukuran pembukaan museum dengan mengundang beberapa warga sekitar museum. Syukuran atau di dalam bahasa lokal disebut banca’an ini sebagai ungkapan syukur dan terima kasih karena akhirnya museum ini bisa berdiri. Juga sebagai apresiasi terhadap warga yang telah mendukung inisiatif ini. Pada hari yang sama diadakan visit trial yang diikuti oleh siswa-siswi dari SDN Ngogri 1 yang merupakan sekolah yang dekat dengan lokasi museum. Di malam harinya, ada acara Gayeng Nang Museum dengan pertunjukan seni budaya. Acara terbuka untuk umum dan dibuka dengan tampilan tari remo yang dibawakan oleh adek Ilmi dan do’a yang dipimpin oleh Ibu Hj. Tutuk Yulistariningtyas. Sambutan-sambutan diberikan oleh Mas Johar Zauhariy selaku penggagas dan pendiri museum serta Bu Agus Lishartitik selaku Kepala Desa Ngogri. Acara ini meriah karena adanya alunan gamelan dari grup karawitan perempuan Purnama Laras. Ada juga penampilan Wayang Brantas yang mengangkat lakon jogo kali serta dhagelan lucu dan menyegarkan yang dibawakan grup dhagelan Kembang Anggrek (Kempal Bareng, Ayo Ngguyu Rek!) yang membawakan lakon Suminten edan. Acara makin meriah dengan adanya pembacaan puisi yang dibawakan oleh tiga orang yakni Mbak Ririn, Mbak Mi, dan adek Azizah. Selain itu penonton juga bisa mendapatkan doorprize menarik dari Museum Brantas Jombang.
Pada Sabtu, 14 September 2024 diadakan visit trial yang diikuti oleh siswa-siswi dari MI Nurul Ulum yang letaknya tidak jauh dari lokasi museum. Dan pada Minggu, 15 September 2024 diadakan Lomba Menggambar dan Lomba Mewarnai Museum Brantas Jombang di area Pasar Brantas. Acara lomba yang bisa diikuti secara gratis ini, diikuti oleh puluhan peserta. Pemenang mendapatkan berbagai hadiah menarik seperti piala, piagam penghargaan, uang tunai, dan paket merchandise.
Rangkaian kegiatan ini menjadi komitmen dari Museum Brantas Jombang untuk memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Museum Brantas Jombang diharapkan jadi destinasi wisata baru berbasis ekologi dan edukasi di Jombang. “Kami senang bisa menyambut kedatangan wisatawan untuk bisa eksplor museum yang terletak tepat di tepi Sungai Brantas ini. Informasi bisa dicek di instagram @museumbrantas” Ujar Lahir Jaka, Koordinator dan Pemandu Museum Brantas Jombang.
Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu berdirinya museum ini. Semoga museum ini terus bisa hidup memberi berkah dan kemanfaatan seperti halnya aliran Sungai Brantas yang tidak pernah berhenti mengalir.
Halo Rek! Momen Agustusan selalu dinanti oleh banyak orang karena di bulan ini, Indonesia merayakan kemerdekaannya. Perayaan ini adalah berupa rasa syukur dan juga pesta warga atas segala karunia Tuhan Yang Maha Esa dalam bentuk kebebadan juga kemerdekaan. Selain itu sebagai bentuk komitmen warga untuk terus mengisi dan berkontribusi kepada Indonesia dengan cara-cara dan kapasitas yang dimiliki masing-masing.
Nah, tiap daerah punya caranya masing-masing dalam merayakan kemerdekaan ini. Begitu juga di Desa Wisata Pasar Brantas, ada rangkaian acara yang menjadi cermin guyub rukun warganya. Yuk simak warna-warni perayaan kemerdekaan Indonesia di Desa Wisata Pasar Brantas, Desa Ngogri.
Lomba Voli Kades Ngogri Cup III
Lomba voli di selenggarakan oleh Pemerintah Desa Ngogri dan diikuti oleh puluhan tim yang terbagi jadi kategori putera dan kategori puteri. Lomba ini adalah se-kecamatan Megaluh dan diselenggarakan pada 3-10 Agustus 2024 di lokasi Pasar Brantas. Lomba yang diselenggarakan ba’da isya ini bisa mengundang animo masyarakat dan penonton terlihat memenuhi area sekitar pertandingan. Pasar Brantas juga buka di malam hari untuk menemani jalannya pertandingan. Masyarakat bisa membeli makanan dan minuman di Pasar Brantas. Pemenang mendapatkan hadiah berupa piala, piagam, dan uang tunai. Selamat untuk para pemenang. Terima kasih untuk seluruh peserta, suporter, penonton juga pastinya panitia dan relawan yang telah menyukseskan acara ini.
Lomba Gerak Jalan Kemerdekaan Kecamatan Megaluh
Tim Pasar Brantas ikut serta dalam lomba gerak jalan kemerdekaan yang diadakan oleh Pemerintah Kecamatan Megaluh pada 15 Agustus 2024. Lomba ini terbuka untuk umum dan start-nya di perempatan Desa Sumberagung dan finish di lapangan Megaluh. Tim Pasar Brantas ikut dengan menggunakan kaos panitia Pasar Brantas warna biru. Walau belum beruntung menjadi pemenang, tapi ini adalah pengalaman perdana yang diikuti dan tentunya senang bisa memeriahkan gerak jalan tersebut.
Tirakatan Kemerdekaan
Tirakatan bisa diartikan sebagai syukuran bersama berupa do’a dan makan bareng-bareng. Tirakatan ini diadakan pada malam hari tanggal 16 Agustus 2024. Dilakukan di tiap-tiap RT, warga bersama-sama membawa ambeng atau makanan, minuman, dan jajan sesuai kemampuan masing-masing. Do’a syukur dipanjatkan atas kemerdekaan Indonesia. Ada juga acara yang dikemas dengan menyanyikan lagu-lagu nasional dan ada pula yang memeriahkan dengan nyala kembang api.
Lomba-Lomba Agustusan
Tidak lengkap rasanya jika perayaan kemerdekaan tidak ada lomba-lomba yang rame, seru, dan berhadiah menarik. Pasar Brantas edisi 18 Agustus 2024 mengadakan aneka lomba seperti thuthuk kendil, balap bago, joget kursi, nangkap bebek, sunggi tempeh, lomba kuk geruk kok, bahkan bola voli sarung. Acara ini rame sekali dan terlihat warga sangat antusias. Pemenang mendapatkan hadiah berupa uang tunai. Selain itu juga ada lomba-lomba yang serupa yang diadakan di beberapa RT di Desa Ngogri. Kira-kira lomba apa yang pernah kamu ikuti dan kamu jadi pemenang?
Lomba Gerak Jalan Indah/ Unik Desa Ngogri
Pemerintah Desa Ngogri mengadakan lomba ini pada 31 Agustus 2024 dan terbuka untuk seluruh warga Desa Ngogri. Tim Pasar Brantas ikut turun dengan berbagai kostum warna-warni yang menarik. Gerak jalan rasa karnaval ini dimulai dari Dusun Beweh dan bergerak ke Dusun Pulodadi dan berakhir di Dusun Ngogri. Terlihat para peserta tampil all out dengan berbagai kostum dan hiasan yang meriah, ada juga banyak yang lucu. Beberapa dari mereka juga menari dan punya yel-yel yang menggelegar. Tim Pasar Brantas menjadi juara harapan 3 dan mendapatkan hadiah berupa piala juga uang tunai.
Rame banget kan Rek perayaan kemerdekaan di Indonesia. Semoga bisa menumbuhkan kecintaan juga nasionalisme bagi semua warga atas Indonesia. Ayo kita berdoa agar negara ini selalu dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa dan diberkahi sepanjang masa. Dirgahayu Republik Indonesia ke-79. Merdekaaaa!
Sabtu dan Minggu, 23-24 September 2023, di Dusun Ngogri Desa Ngogri Kecamatan Megaluh, diselenggarakan acara Pasar Brantas sekaligus penutupan KKN Kelompok-19 Unwaha Jombang
Pasar tematik yang mengusung nuansa pasar tradisional ini menyuguhkan dagangan berupa kuliner tradisional mulai dari klanting, dawet beras, bothok iwak kali, rujak manis, dan sebagainya. Untuk stand kerajinan tangan, ada penjual berbagai macam pernak pernik yang terbuat dari kayu seperti, caping, topi, dan tas berbahan pandan, home decoration dari bahan kayu, dan beberapa merchandise dari Komunitas Njombangan.
Tak hanya itu, untuk memanjakan pengunjung yang datang pada Pasar Brantas edisi perdana ini penampilan berbagai seni budaya Gejog Lesung Guyub Rukun, Tari Remo, Jaran Dor New Kuda Purnama dan penampilan tari tradisional oleh para siswa-siswi SD yang ada di Desa Ngogri turut meramaikan acara yang dimulai pukul 08.00 hingga di 17.00 WIB ini.
Inisiatif ini merupakan kolaborasi apik antara Brantas Lestari, Pemerintah Desa Ngogri, dan KKN Kelompok-19 Unwaha Jombang dan bertujuan untuk menumbuhkan semangat masyarakat untuk peduli dengan potensi yang dimiliki Desa Ngogri yakni pegiat UMKM dan pegiat seni budaya. Selain itu juga sebagai ajang untuk mengajak masyarakat untuk saling memiliki, mencintai, dan melestarikan Sungai Brantas.
“Pasar Brantas ini diharapkan bisa menjadi kegiatan bulanan. Acaranya beragam begitu juga aneka jualannya. Nantinya ada penambahan mainan tradisional untuk anak-anak.”, ucap Agus Lis Hartitik, Kepala Desa Ngogri dalam sambutannya saat pembukaan Pasar Brantas pada Sabtu kemarin.
Pasar Brantas ini memang diharapkan jadi signature event di pesisir Sungai Brantas.
“Harapannya Pasar Brantas bisa berjalan di bulan-bulan berikutnya tetap konsisten selalu ada. Untuk teman-teman KKN Kelompok-19 Unwaha yang dua hari ini menjadi panitia semoga kedepannya sukses, tetap bisa mengabdi kepada masyarakat dimanapun berada.”, ungkap M. Cahya Panca Wijaya, ketua pelaksana Pasar Brantas Desa Ngogri.
Pelaksanaan Pasar Brantas ini ternyata mendapat sambutan yang sangat luar biasa baik dari warga Desa Ngogri sendiri maupun luar Ngogri. Ratusan pengunjung memadati area selama dua hari perhelatan pasar ini. Uang yang berputar dari transaksi di pasar ini juga mencapai lebih dari 5 juta rupiah. Para pengisi acara mendapatkan panggung untuk mengekspresikan bakat mereka. Dan tentunya ada edukasi kepada para pengunjung terkait Sungai Brantas.
Njombangan juga senang bisa menjadi bagian dari pelaksanaan pasar ini. “Pasar Brantas adalah salah satu cita-cita dari Brantas Lestari, sister initiative Njombangan. Kami senang akhirnya ide ini bisa menjadi kenyataan karena kerja bersama bareng Pemerintah Desa Ngogri dan teman-teman KKN Kelompok-19 Unwaha. Apresiasi dan penghargaan yang sebesar-besarnya untuk mereka semua.” ujar Johar Zauhariy, founder dan inisiator Njombangan juga Brantas Lestari.
Tuku temu diombe bareng kanca-kancane
Nganti ketemu nang Pasar Brantas selanjut e!
Nang kandang la kok akeh meri
Ingonane Dinda ket minggu wingi
Selamat datang ten Desa Ngogri
Semoga Bappeda terus jaya lestari
Njombangan terpilih menjadi salah satu lima besar finalis dari ajang Krenova Tahun 2023 yang diadakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Jombang. Dengan mengusung tema proposal Njombangan Messem (Mewujudkan Ekosistem Seniman-Seniwati yang End-to-End dan Madani), Njombangan menjadi satu-satunya finalis yang mengusung ide berbasis seni dan budaya. Melalui Njombangan Messem ini, Njombangan ingin mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk ikut serta dalam memainkan perannnya masing-masing dalam mempromosikan dan melestarikan seni dan budaya Jombang. Selain itu, Njombangan juga menawarkan berbagai inisiatif yang memberikan jawaban atas tantangan dalam pelestarian dan promosi seni budaya di Jombang tersebut.
Rangkaian penjurian ajang Krenova 2023 ini berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama adalah penjurian berbasis dokumen proposal yang sebelumnya dikirimkan ke panitia. Setelah penjurian ini, Njombangan masuk 10 besar yang kemudian kami melakukan presentasi di hadapan dewan juri. Total ada lima juri yang hadir di gedung Bappeda saat itu. Setelah sesi presentasi ini, Njombangan dinyatakan lolos lima besar dan berlanjut ke babak kunjungan lapangan.
“Ini adalah pertama kali Njombangan ikut serta dalam ajang kompetitif. Dan syukurnya Njombangan bisa lolos ke babak kunjungan lapangan.” Ujar Laylatul Desia Rohmawati, Program Manager Njombangan yang menjadi penanggungjawab utama Njombangan dalam ajang ini.
Sajikan Pengalaman Seni Budaya yang Berkesan
Dipan rengat mak jemunuk methu klabang
Ayo teros semangat bareng bangun Jombang
Njombangan bersyukur karena dalam babak kunjungan lapangan ini dibantu oleh banyak pihak. Mulai dari Pemerintah Desa Ngogri, grup jaranan New Kuda Purnama, dan grup gejok lesung Guyub Rukun. Rombongan juri dan panitia sampai di Desa Ngogri tepatnya di Kantor Desa Ngogri pada siang hari. Rombongan disambut oleh tari jaranan anak-anak dimana tiga orang anak menampilkan jaranan, jepaplok, dan ganongan. Mereka menari dengan semangat untuk menyambut para tamu.
Rombongan juri dan panitia kemudian mencuci tangan di bokor yang sudah berisi air dan bunga yang kemudian dilanjutkan dengan pengalungan bunga kamboja. Rombongan disambut oleh Ibu Lurah Desa Ngogri dan melakukan sesi ramah tamah yang dilanjutkan dengan makan siang bersama. Bunga kamboja adalah salah satu ciri khas dari Kerajaan Majapahit dan dengan pengalungan bunga ini, Njombangan ingin memberi makna bahwa kami ingin menghidupkan semangat di tlatah Majapahit lewat seni dan budaya.
“Senang sekali saya bisa diajak ikut menyambut bapak-ibu tamu kegiatan. Saya jadi makin semangat latihan jaranan.” kata Reyhan, anak Desa Ngogri yang selama ini ikut berkegiatan bareng New Kuda Purnama.
Seteleh sesi ramah tamah di desa selesai, rombongan berlanjut ke Kantor Njombangan “ Bertemu untuk Kebaikan Bersama”. Di sana dilakukan tanya jawab antara dewan juri dan tim Njombangan. Dewan juri juga diajak untuk parikan bersama. Parikan dari juri nantinya akan dimasukkan ke dalam Buku Kompilasi Parikan Njombangan Tahun 2023.
Kunjungan berlanjut ke lokasi grup jaranan New Kuda Purnama. Di sana, dewan juri disambut oleh tim New Kuda Purnama dan peralatan gamelan yang sudah ditata sedemikian rupa. Setelah tanya jawab, rombongan mendengarkan alunan gamelan dan mencoba beberapa peralatan jaranan.
Rombongan kemudian berlanjut ke grup seni gejok lesung Guyub Rukun. Di sana, rombongan disambut ibu-ibu yang kemudian menunjukkan kemampuan mereka bermain gejok lesung. Satu lagu kemudian dinyanyikan yaitu lagu lesung jumengglung.
Njombangan mengucapkan terima kasih atas untuk semua warga desa yang telah ikut serta menyukseskan kunjungan lapangan ini. Semoga menjadi pengalaman dan berkah bersama.
Terima kasih juga untuk semua rombongan Bappeda yang telah berkunjung ke Desa Ngogri. Semoga bisa menjadi awal kolaborasi yang baik untuk seni dan budaya Jombang.
Wayah bengi wektune nonton hiburan ndek tivi
Acara dendang dangdut artis e ibukota
Njombangan terbukti sampun berkontribusi
Dari Jombang kanggo Jawa Timur lan Indonesia
Ndelok seni budaya khas Njombangan
Disambi mangan jajan enak rasane
Ayo podho ngrayakno kemerdekaan
Karo karya sing membanggakan sak lawas e
Agustus selalu menjadi bulan yang istimewa untuk rakyat Indonesia. Di bulan ini, Indonesia merdeka dan karena kemerdekaan ini, semua dari kita bisa menjadi manusia bebas tidak lagi terkungkung karena penjajahan. Apresiasi dan penghormatan tentunya diberikan untuk semua yang telah berjuang dalam merebut kemerdekaan ini. Menjadi tanggung jawab bersama untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang baik, membanggakan, dan kontributif.
Njombangan ikut serta dalam mengisi kemerdekaan melalui berbagai inisiatif yang dilakukan. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, Njombangan mengadakan aneka lomba Agustusan. Lomba ini diadakan sehari semalam pada tanggal 17 Agustus 2023. Terbuka untuk umum dan ada banyak hadiah menarik, acara ini rame sekali. Lomba ini diadakan di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang.
Lomba dibagi menjadi lomba untuk anak-anak dan orang dewasa. Lomba anak-anak mulai lomba memindahkan karet dengan sedotan, lomba memasukkan sedotan ke botol, lomba makan kue, lomba joget royok an kursi, lomba estafet kardus, dan masih banyak lagi. Anak-anak terlihat sangat semangat juga kompetitif untuk menjadi juara dan mendapatkan hadiah.
Faiz salah satu peserta mengungkapkan bahwa dirinya senang bisa ikut lomba-lomba ini. Karena lomba ini setahun sekali diadakan.
Tidak kalah meriahnya adalah lomba untuk ibu-ibu yang juga hampir sama dengan lomba untuk anak-anak. Ibu-ibu juga terlihat sangat antusias, rame, dan penuh gelak tawa.
“Senang rasanya bisa ikut lomba dan dapat banyak hadiah. Acara lomba Agustusan dari Njombangan ini memang selalu saya tunggu.” Ujar Mbak Supre salah satu peserta.
Tampilkan Seni Budaya Njombangan
Selain aneka lomba, pada malam hari juga ditampilkan beberapa seni budaya setempat. Anak-anak ditantang untuk njaran menggunakan properti atau peralatan yang sudah ada mulai dari jaranan, jepaplok, ganongan, juga lainnya. Ternyata anak-anak ini benar-benar antusias. Beberapa di antaranya terlihat sangat luwes gerakannya, tentu menjadi harapan untuk pelestarian jaranan lebih lanjut.
Setelah itu tampil 3 orang anak-anak yang pernah mengikuti Lomba Jaranan Njombangan tahun lalu. Mereka memainkan jaranan, jepaplok, dan ganongan diiringi oleh musik khas jaranan.
Seni jaranan memang populer di Megaluh dan Jombang pada umumnya. Njombangan sendiri punya grup jaranan New Kuda Purnama yang juga berlokasi di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang.
Acara pentas dilanjutkan dengan penampilan grup gejok lesung Guyub Rukun. Grup ini juga dibuat dan didampingi oleh Njombangan. Beranggotakan 13 orang, grup ini baru berkegiatan di awal Juli tahun ini. Dengan menggunakan kostum kebaya hitam dan sewek mereka menampilkan berbagai nyanyian mulai dari lagu lesung jumengglung, jaranan, hari merdeka, gundul-gundul pacul, dan perahu layar. Apresiasi yang sebesar-besarnya untuk ibu-ibu dan mbak-mbak yang telah aktif dan giat berlatih selama ini. Semoga gejok lesung bisa bangkit lagi dan lestari.
“Sepertinya lama sekali kami tidak memainkan atau mendengar gejok lesung. Adanya grup gejok lesung Guyub Rukun ini membuat desa menjadi lebih berwana.” Jelas Mbak Lena, salah satu anggota grup gejok lesung.
Selain itu juga ada banyak doorprize menarik dari Njombangan yang diberikan kepada para peserta yang bisa menjawab berbagai pertanyaan atau melakukan tantangan tertentu.
Sekali lagi, selamat kemerdekaan Indonesia.
Semoga kita semua selalu bangga akan negeri yang indah ini.
Merdeka!
Halo Rek,
Alhamdulilah grup karawitan dan campursari New Kuda Purnama (NKP) milik Njombangan terpilih sebagai grantee (penerima bantuan) dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI (Jawa Timur). Acara penyerahan bantuan/ grant dilakukan di Hotel Ayola, Sunrise Mall, Kabupaten Mojokerto pada Rabu, 2 Agustus 2023. NKP diwakili oleh dua orang yakni Mas Yoyok Budi Utomo dan Bapak Timbul Wijaya.
Setelah melewati berbagai rangkaian proses yang panjang, akhirnya dari 121 proposal dari berbagai grup seni dan budaya di Jawa Timur, NKP bisa lolos sampai tahap akhir. Proses tersebut mulai dari seleksi administrasi sampai verifikasi lapangan. Verikasi lapangan dilakukan oleh dua orang perwakilan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur yakni Ibu Eva dan Bapak Kartono beberapa minggu lalu.
NKP juga merupakan satu-satunya grantee dari Kabupaten Jombang. Grantee lainnya berasal dari berbagai kabupaten dan kota lainnya di Jawa Timur.
NKP menjadi bentuk pilot project atau proyek percontohan pelestarian seni budaya berbasis masyarakat yang sudah Njombangan dampingi dan danai 3 tahun ke belakang. Perlahan tapi pasti, berkat kerja keras dan komitmen seluruh keluarga besar NKP, grup ini mulai menemukan bentuknya.
“Saya sangat menghargai komitmen dari teman-teman New Kuda Purnama yang selama ini giat melestarikan gamelan tanpa mengeluh. Semua dikerjakan dengan gotong royong bersama-sama. Semoga bantuan ini bisa mendorong kreativitas dari New Kuda Purnama ke level yang lebih tinggi.” ujar Muchdlir Zauhariy atau akrab disapa Johar yang merupakan Inisiator dan Pendiri Njombangan.
Grant yang didapat akan digunakan sesuai peruntukan yang diusulkan yakni penciptaan 10 lagu gending baru. Lagu yang terinspirasi dari kehidupan desa, masyarakat agraris, lingkungan, Sungai Brantas dan dinamikanya. Selain itu kegiatan kedua adalah pendokumentasian 11 tembang macapat.
Kegiatan ini akan berlangsung selama kurang lebih tiga bulan dimulai di Agustus tahun ini.
“Njombangan akan mendampingi pelaksanaan program ini dari awal sampai akhir untuk memastikan bahwa target tercapai dan pengelolaan dana bantuan dilakukan secara transparan dan bertanggungjawab.” tandas Laylatul Desia Rohmawati, atau kerap dipanggil Ayla, Program Manager Njombangan.
Grant ini adalah institutional financial assistance pertama yang diterima oleh NKP. Dan ini juga pertama kalinya Njombangan mendorong grup seni budaya di bawah naungannya untuk mengajukan institutional financial assistance. Njombangan ingin memastikan bahwa grup seni budaya ini sudah siap baik secara SDM, tata kelola, dan kualitas pertunjukan sebelum diajukan ke pihak eksternal untuk kesempatan asistensi dalam bentuk apapun.
“Kami berterima kasih atas kesempatan yang diberikan ini kepada NKP. Juga untuk semua pihak yang telah mendukung kami seperti Njombangan, Pemerintah Desa Ngogri, juga tentunya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI (Jawa Timur). Bantuan ini menjadi penyemangat bagi semua anggota NKP untuk terus berkreasi.” kata Yoyok Budi Utomo, pimpinan grup karawitan dan campursari New Kuda Purnama.
Semoga dengan adanya grant ini bisa memberikan kebaikan dan keberkahan tidak hanya untuk NKP tapi juga pelestarian seni budaya di Jombang secara umum.
Njombangan akan terus meng-update berita pelaksanaan program di instagram dan website kami.
Numpak sepur nggowo sukun
Kabeh dulur, kulo matur suwun
Halo Rek,
Tari remo sebagai ikon budaya Jawa Timur merupakan kebanggaan seni budaya yang berasal dari Jombang. Tari ini bahkan sudah menyebar ke berbagai daerah lain dan kerap di tampilkan pada acara tertentu. Tari yang memiliki pesan nilai kepahlawanan dan keberanian ini juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat Jombang.
Njombangan bersyukur bahwa inisiatif pelestarian tari ini sudah dilakukan oleh berbagai pihak. Tari ini bahkan diajarkan ke anak-anak melalui sekolah-sekolah atau sanggar-sanggar seni. Bahkan beberapa waktu lalu ada pemecahan rekor MURI untuk tari remo massal yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang.
Tahukah kalian Rek bahwa logo Njombangan juga terinspirasi dari tari remo gaya boletan yang sangat khas Jombang.
Nah Njombangan juga pernah mengadakan program Njombangan Menari yang memberikan latihan remo gratis untuk anak-anak dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya.
Kali ini, Njombangan juga ingin menjadi dan mengambil peran yang lebih luas dalam pelestarian tari daerah ini. Kami membuat grup tari remo yang bernama Srikandi Jombang. Kegiatan dipusatkan di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang. Nama srikandi digunakan karena sebagai representasi atau simbol perempuan yang berani juga tangguh. Srikandi menjadi inspirasi perempuan terutama anggota dari grup tari ini.
“Grup tari remo Srikandi Jombang ini terbuka untuk siapa saja perempuan yang memiliki ketertarikan untuk belajar tari remo. Pelatih profesional akan mengajarkan tari dari awal sampai akhir dan semua peserta bisa ikut secara gratis.” ujar Muchdlir Zauhariy atau akrab disapa Johar yang merupakan Inisiator dan Pendiri Njombangan.
Latihan dilakukan seminggu sekali dan peralatan pendukung latihan disediakan oleh Njombangan. Bahkan konsumsi juga disediakan oleh panitia lokal.
“Latihan tari remo ini sangat seru bagi semua anggota. Beberapa di antaranya sudah pernah belajar tari saat kecil namun sebagian besar adalah baru pertama kali.” Kata Mbak Ririn yang merupakan ketua grup Srikandi Jombang.
Njombangan mendampingi dan membiayai secara penuh grup seni budaya ini. Kami mengundang siapa saja yang tertarik belajar tari remo untuk ikut serta.
Njombangan ingin mendorong agar grup ini nanti bisa naik kelas dan menjadi kebanggaan tidak hanya warga Ngogri, namun juga Megaluh dan Jombang.
Semoga harapan ini akan terwujud segera.
Suwun Rek!
Wong tani panen akeh bebas hama
Ayo nda padha latihan tari ngremo
Halo Rek,
Pernahkah kamu mendengar lesung, alu, atau gejok lesung? Bagi sebagian dari kalian tentu pernah mendengar kata ini, namun sebagian lainnya akan terdengar asing.
Lesung dan alu adalah dua alat yang kerap ditemui di budaya masyarakat agraris atau pertanian. Lesung adalah alat tradisional, biasanya terbuat dari satu kayu utuh yang kemudian dilubangi. Sedang alu adalah tongkat yang juga terbuat dari kayu. Lesung dan alu digunakan untuk menumbuk padi, jagung, atau hasil panen lainnya dengan tujuan untuk menghaluskannya.
Ketika mesin penghalus otomatis sudah mulai gampang ditemui, fungsi lesung dan alu ini mulai terganti. Sayang sekali memang, karena lesung alu adalah bagian dan kearifan lokal masyarakat.
Selain difungsikan untuk menumbuk hasil panen, lesung dan alu ini juga kerap dibunyikan oleh masyarakat pada momen-momen tertentu misalnya saat mulai tanam atau saat panen atau di acara perayaan desa lainnya. Alunan musik ini kemudian disebut dengan gejok lesung. Selain membunyikan lesung dengan alu, biasanya warga akan menyanyi dan menari. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu daerah Jawa. Gejok lesung menjadi hiburan untuk warga di kala lelah atau saat merayakan sesuatu.
Njombangan memahami pentingnya pelestarian gejok lesung. Bahkan gejok lesung sudah menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
“Lesung dan alu menjadi bagian penting dari cerita budaya agraris masyarakat secara utuh. Walau saat ini sudah tidak banyak digunakan, melestarikan sisi seni dari peralatan ini akan sangat menarik.” ujar Muchdlir Zauhariy atau akrab disapa Johar yang merupakan Inisiator dan Pendiri Njombangan.
Kami akhirnya membentuk grup gejok lesung yang kami namakan Guyub Rukun. Di awal pembentukannya grup ini beranggotakan 13 orang yang merupakan ibu-ibu dan mbak-mbak di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang. Anggota bisa ikut latihan secara gratis. Mereka berlatih secara rutin mingguan dan dilatih oleh pelatih profesional.
Njombangan mendampingi dan membiayai secara penuh grup seni budaya ini mulai dari biaya pelatihan, konsumsi, pembuatan kaos, sampai pembuatan kostum. Target Njombangan adalah agar grup ini nantinya bisa siap tampil memainkan gejok lesung dengan nyanyian dan tarian.
“Warga di desa ini sangat antusias. Mereka kangen akan kebiasaan membunyikan gejok lesung yang dulu ada namun sudah lama hilang. Kami ingin mengenang masa itu dan menumbuhkan kreativitas seni kami.” kata Novi, yang didapuk dari ketua grup gejok lesung Guyub Rukun.
Njombangan ingin mendorong agar grup ini nanti bisa naik kelas dan menjadi kebanggaan tidak hanya warga Ngogri, namun juga Megaluh dan Jombang.
Semoga harapan ini akan terwujud segera.
Suwun Rek!
Sore-sore ngrukno gejok lesung
Rame-rame ayo seduluran disambung
Fariz Ilham Rosyidi
Latar Belakang & Permasalahan
Elemen warna sering kali dijadikan instrumen untuk memaknai sesuatu. Proses pemaknaan juga terjadi di Kabupaten Jombang, yang simbol kedaerahannya diwakili secara dominan oleh warna ijo (hijau) dan abang (merah). Dari kedua warna itu muncul akronim Jombang yang dipercaya sebagai asal muasal nama Kabupaten Jombang.
Sosiolog Universitas Darul Ulum Jombang, Dr. Tadjoer Ridjal, mengatakan bahwa dalam kultur masyarakat Jawa dikenal metode pemaknaan yang diistilahkan dengan Kirata (kira-kira ning nyata). Menurutnya, ijo mewakili kultur santri, kaum agamawan, atau lebih spesifik beragama Islam yang berasal dari masyarakat pesisir. Sedangkan abang mewakili kultur masyarakat yang berpaham nasionalis yang berasal dari pedalaman dan berlatar sejarah Kejawen (Penerbit Kompas, 2004:386).
Tujuan Penulisan
Tulisan ini berusaha memberikan gambaran mengenai sejarah dan dinamika sosial yang membentuk masyarakat Jombang dewasa ini. Melalui cerita ini diharapkan masyarakat Indonesia di daerah lainnya dapat mengambil pelajaran yang baik dari Kabupaten Jombang. Sehingga, konflik sosial yang berbasis suku, agama, maupun ras tidak akan muncul kembali.
Pembahasan
Simbol warna Kabupaten Jombang, Ijo dan abang, seringkali dianggap sebagai kultur yang berseberangan, namun kedua warna ini ternyata memiiki makna yang khusus bagi masyarakat Jombang. Hal ini dapat dilihat dari kehadiran dua kerajaan besar di pulau Jawa. Kerajaan Majapahit menjadi simbol keselarasan kosmis Hindu di Nusantara, sementara Kerajaan Mataram kemunculannya menciptakan budaya dominan Islam di Tanah Jawa. Kedua aliran tersebut berkelindan di Jombang karena dianggap sebagai miniatur dari perpaduan keseimbangan yang memunculkan nilai-nilai toleransi, kemoderatan, dan sikap terbuka.
Pagar Pesantren di Kota Santri
Keadaan itu juga ditengarai oleh banyaknya pondok pesantren (ponpes) di Jombang yang membuat masyarakat Jombang lebih terbuka. Para santrinya tidak hanya berasal dari wilayah Jawa saja, akan tetapi juga berasal dari luar Pulau Jawa dengan kultur yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut tidak dilihat sebagai ancaman bagi penduduk lokal sehingga pesantren di Jombang juga tetap diminati hingga saat ini.
Setidaknya, terdapat empat pondok pesantren besar yang didirikan sejak akhir abad ke-19. Keempat pondok pesantren itu seolah memagari pusat Kota Jombang, dengan sebelah utara Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, sebelah selatan Pondok Pesantren Salafiyah Safiyah Tebuireng, Sebelah timur Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan, dan sebelah barat terdapat Pondok Pesantren Denanyar yakni Mambaul Ma’arif.
Pada tahun 1885 Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso dirintis oleh K.H. Cholil Al-Djuraemi dan K.H. Thamim Romly. Diberikannya nama Darul Ulum sendiri juga memiliki arti yang berarti darul adalah gudang dan ulum adalah ilmu-ilmu (secara jamak). Sehingga, pondok pesantren Darul Ulum diharapkan dapat menjadi “gudangnya ilmu-ilmu”. Pondok Pesantren ini dipercayai untuk mengayomi para santri dengan mencetak kader-kader muslim yang mampu menjalankan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dengan balutan pendidikan modern.
Sementara itu, pada tahun 1899, Pesantren Salafiyah Safiyah Tebuireng didirikan oleh Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari. Pondok Pesantren ini mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan dengan disumbang oleh masyarakat sekelilingnya. Pondok Pesantren Tebuireng juga menjadi saksi perjuangan melawan penjajah Jepang dengan menolak seikerei, dan tentunya seruan Resolusi Jihad untuk melawan agresi militer setelah Indonesia merdeka.
Lalu Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar didirikan oleh K.H. Bisri Syamsuri (Mbah Bisri) salah satu Tokoh pendiri Nahdatul Ulama (NU). Berdirinya Pondok Pesantren ini sekitar tahun 1917. Dibandingkan dari ketiga pesantren di atas, Pondok Mambaul Ma’arif Denanyar masih sangat muda. Pesantren ini adalah tanah kelahiran K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (Presiden Republik ke-4) tokoh plurarisme Indonesia yang dikagumi di dunia.
Terakhir, Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras didirikan oleh KH Abdus Salam pada tahun 1825. K.H. Abdus Salam merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit, beliau menikahi seorang putri dari Demak dan memiliki empat anak. Salah satu anaknya menikah dengan K.H. Hasyim Asy’ari cikal bakal Pondok Pesantren Tebuireng. Pondok ini hampir setara dengan Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso. Hanya saja, kekentalan budaya di pondok itu masih sangat melekat. Secara bertahap Pondok Pesantren Bahrul Ulum semakin berkembang dengan pendidikan keislamannya yang kental, sehingga dapat mencetak khalifah-khalifah muslim yang aktif dan tetap patuh terhadap ajaran islam di Indonesia. (https://m.bernas.id, 2018).
Gereja dan Kelenteng Sebagai Warna Toleransi
Selain peran dari pondok pesantren, masyarakat Jombang yang religius juga telah lama mengenal model toleransi antar pemeluk agama. Hal ini bahkan sudah berjalan sejak masa pemerintahan Kolonial Belanda, seperti adanya beberapa bangunan Gereja yang ada di sekitar Pondok Pesantren Tebuireng: Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) di Bongsorejo dan Mojowarno. Disinyalir, gereja itu berperan penting pada penyebaran agama kristen di Indonesia.
GKJW Mojowarno merupakan gereja Jawa tertua di Jawa Timur. Bangunan ini menjadi saksi penyebaran agama Kristen melalui Nederlandsch Zendeling Genotsch (NZG) untuk memerangi perilaku buruk seperti madat, mabuk, dan main judi. Selain itu, GKJW Mojowarno juga berfungsi sebagai pelopor perdamaian pada peristiwa G30/S. Peran misionaris dan pendeta GKJW Mojowarno pada waktu itu tak henti-hentinya memberikan semangat untuk menjaga persatuan dan kebhinekaan di Kabupaten Jombang.
Lalu, sekitar dua puluh kilometer ke arah selatan dari pusat kota Jombang ada kelenteng yang sudah lama didirikan sejak tahun 1700-an. Kelenteng itu bernama Hong San Kiong yang terletak di Kecamatan Gudo. Diketahui, kelenteng ini menjadi tempat peribadatan bagi penganut Tri Dharma, yakni agama Budha, Konghucu, dan Taois. Selain menjadi tempat peribadatan, kelenteng ini juga berfungsi sebagai balai pengobatan bagi warga sekitar, baik Tionghoa maupun pribumi (situsbudaya.id, 2017).
Hal menarik lainnya dapat kita temui di Dusun Ngepeh, Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro. Disana terdapat tiga penganut agama besar di Indonesia yakni Islam, Kristen, dan Hindu . Warga di sana membangun rumah ibadat secara berdampingan dengan jarak sekitar 100 meter. Rumah ibadah tersebut didirikan sejak tahun 1983. Meskipun demikian, tak pernah terdengar ada konflik apalagi yang berkaitan dengan agama. Bahkan, ketika peristiwa rasis yang muncul akibat krisis tahun 1998 yang melanda Indonesia, masyarakat Ngepeh tidak terpengaruh karena selalu menjaga toleransi antar umat beragama. (Triraharjo, 2019)
Kesimpulan & Saran
Bisa disimpulkan bahwa masyarakat Jombang sudah lama hidup dalam harmoni, toleransi, dan pantas mendapat gelar sebagai The Most Harmonious City in ASEAN atau kota paling toleran di kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 2017, Jombang mendapatkan penghargaan tersebut atas pencapaiannya menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia, baik lewat pemikiran tokoh-tokohnya seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Nurcholis Madjid, Emha Ainun Najib (Cak Nun) maupun lewat masyarakatnya sendiri yang berkultur moderat ijo dan abang.
Sekarang, untuk melihat monumen pencapaian atas prestasi itu, kita dapat melihatnya di simpang tiga Ringin Contong Jombang, tepatnya di Taman ASEAN yang bercokol sepuluh bendera negara ASEAN di atasnya. Dan monumen itu akan menjadi saksi bagi generasi selanjutnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya bahwa kita harus terus merajut persaudaraan di tengah masyarakat Indonesia yang multikultur. Dengan hidup berdampingan, maka kita akan menjadi bangsa yang kuat dan maju bersama dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.
Daftar Pustaka
Penerbit Kompas, 2004. Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 4, Jakarta: Kompas Media Nusantara.
https://www.bernas.id/60901-mau-nyantri-inilah-referensi-4-pondok-pesantren-yang-ada-di-jombang-yuk-simak.html diakses tanggal 20 Mei 2019 pukul 11.25 WIB
http://jejakkolonial.blogspot.com/2018/09/mengenal-mojowarno-pusat-siar-kristen.html diakses tanggal 20 Mei pukul 11.49 WIB
https://situsbudaya.id/sejarah-klenteng-hong-san-kiong-gudo/ diakses tanggal 20 Mei 2019 pukul 11.58 WIB
https://radarjombang.jawapos.com/read/2019/01/25/115791/di-dusun-ngepeh-masjid-gereja-dan-pura-hanya-berjarak-100-meter diakses tanggal 20 Mei