• info@njombangan.com

Category ArchiveSeni Budaya Pariwisata

Suksesnya Pementasan Perempuan Brantas Menembus Batas

Pementasan Perempuan Brantas Menembus Batas yang melibatkan total 65 orang perempuan sebagai penampil dan panitia sukses di selenggarkaan di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang pada sabtu malam minggu, 20 Juli 2024. Nama Perempuan Brantas Menembus Batas sendiri mengandung arti bahwa para perempuan yang tinggal di pedesaan tepian Sungai Brantas ternyata mampu menjadi subyek pegiat pelestari seni dan budaya. Bahwa hal ini menembus batas-batas anggapan atau asumsi selama ini yang menyebutkan bahwa seni budaya adalah domain atau monopoli kaum pria semata. 65 perempuan ini bisa membuktikan bahwa mereka merupakan motor pendorong kontribusi baik dalam masyarakat.

“Sambutan Bapak Anton, Perwakilan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur”

Pementasan berlangsung selama sekitar 3 jam dan dibuka dengan penampilan Wayang Brantas, Grup Dhagelan Kembang Anggrek (Kempal Bareng, Ayo Ngguyu Rek!), dan tari remo yang dibawakan oleh Ilmiatus Sa’diah, siswi SDN Ngogri 1. Pementasan inti bercerita tentang dinamika kehidupan masyarakat pedesaan di tepian Sungai Brantas dari pagi hari sampai tengah malam. Kehidupan pedesaan yang masih erat rasa kekeluargaan dan kebersamaan satu sama lain. Dibawakan secara apik oleh lima grup seni budaya yang tergabung yakni grup gejok lesung Guyub Rukun, grup opyak Adem Ayem, grup hadroh dan samroh Rahmatan Lil Alamin, grup karawitan Purnama Laras, dan grup teater SDN Ngogri 1, pementasan ini memukau para penonton dan tercatat sebagai pementasan pertama yang melibatkan perempuan dalam jumlah terbanyak.

“Penampilan Gejok Lesung Guyub Rukun”

Terselenggara karena dukungan dan pendanaan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur, dalam sambutannya Bapak Anton yang merupakan perwakilan dari BPK Wilayah XI Jawa Timur mengungkapkan penghargaannya bagi semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara ini. Selain itu, diharapkan juga setelah acara akan ada tindak lanjut aktivasi pelestarian seni budaya khususnya di Desa Ngogri.

Ririn Agustinah selaku ketua panitia menyampaikan dalam sambutannya, apresiasi yang besar atas bantuan yang diberikan oleh BPK Wilayah XI Jawa Timur. Selain itu, diharapkan ada masukan yang membangun untuk kegiatan serupa di masa depan agar lebih baik lagi.

“Penampilan Grup Karawitan Purnama Laras”

Pementasan ini berhasil memberikan manfaat berupa penguatan kapasitas perempuan dalam pelestarian dan promosi seni budaya, pemberdayaan ekonomi warga, serta memberikan hiburan tontonan sekaligus tuntunan bagi masyarakat sekitar. Acara berlangsung semakin meriah karena banyaknya doorprize atau hadiah yang diberikan kepada penonton.

“Meriahnya Grup Opyak Adem Ayem”

Kegiatan Perempuan Brantas Menembus Batas adalah bagian dari ekosistem kreatif Pasar Brantas. Pada bulan Agustus 2024 ini, Pasar Brantas akan buka di malam hari mulai 3 Agustus 2024 sampai akhir bulan dalam menyemarakkan lomba voli tingkat kecamatan yang diadakan oleh Pemerintah Desa Ngogri yang berlangsung di area Pasar Brantas. Selain itu, pada penyelenggaraan Pasar Brantas reguler bulanan yakni di hari Minggu, 18 Agustus 2024, akan ada perayaan kemerdekaan Republik Indonesia dan aneka lomba Agustusan. Kami tunggu kedatangan arek-arek dan dulur semuanya di Pasar Brantas, Desa Ngogri, Megaluh!

Didukung BPK Wilayah XI Jawa Timur, Perempuan Brantas Makin Semangat Melestarikan Seni Budaya

Perempuan Brantas adalah inisiatif gabungan perempuan-perempuan dari Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh dengan latar belakang yang beragam. Ketertarikan dan komitmen mereka dalam mempromosikan dan melestarikan seni budaya menjadi benang merah yang menyatukan mereka dalam inisiatif Perempuan Brantas tersebut. Perempuan Brantas terdiri dari beberapa grup seni budaya yakni karawitan, gejok lesung, hadroh dan samroh, opyak serta teater. Perempuan Brantas merupakan bagian dari ekosistem Pasar Brantas.

Kunjungan Tim BPK Wilayah XI di Desa Ngogri

Beberapa waktu lalu, Perempuan Brantas ditetapkan sebagai penerima Bantuan Pemerintah Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur. Adapun bantuan ini akan digunakan untuk penyelenggaraan pementasan seni budaya bertajuk “Perempuan Brantas Menembus Batas”. Yang unik adalah penyaji dan panitia pementasan ini semuanya perempuan. Tema “menembus batas” diambil karena adanya semangat bahwa perempuan bisa juga menjadi garda terdepan pelestarian seni budaya.

“Selama ini mungkin banyak orang mengira bahwa promosi dan pelestarian seni budaya dimonopoli laki-laki. Nyatanya tidak demikian, kami para perempuan juga punya daya dan peran di dalamnya.” Tegas Ririn Agustinah, salah satu penggerak Perempuan Brantas yang juga koordinator grup gejok lesung Guyub Rukun.

Terima Kasih atas Kunjungan Tim BPK Wilayah XI

Pementasan akan melibatkan sekitar 65 perempuan dan menyajikan tema cerita kehidupan masyarakat pedesaan dengan lakon cerita kegiatan warga desa dari pagi sampai tengah malam. Pementasan ini akan penuh dengan pitutur atau pesan kebaikan seperti semangat gotong royong, kebersamaan, toleransi, penghormatan akan lingkungan, dan saling menghargai.

“Kehidupan di pedesaan penuh dengan nilai-nilai kebaikan yang perlu terus digaungkan dan dilestarikan. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan pemerintah melalui BPK Wilayah XI” ujar Tutuk Yulistariningtyas yang merupakan koordinator grup hadroh dan samroh Rahmatan Lil Alamin.

Perwakilan Perempuan Brantas di Kantor BPK Wilayah XI di Trowulan, Mojokerto

Dengan dukungan ini, maka akan memberikan banyak dampak baik misalnya meningkatkan semangat, raca percaya diri, serta kebanggaan bagi para Perempuan Brantas. Selain itu tentunya juga bisa meningkatkan kapasitas mereka dalam pengelolaan pementasan seni budaya yang berkualitas. Pementasan ini tentu diharapkan menjadi sarana tontonan dan tuntunan bagi masyarakat desa yang menyaksikannya dan menginspirasi para penonton untuk terus ikut dalam pelestarian seni dan budaya setempat.

Wayang Brantas, Wayang Klithik Unik dari Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh

Wayang adalah salah satu seni budaya luhur yang jika ditarik sejarah konon bermula dari tradisi wayang beber zaman Kerajaan Majapahit. Wayang kemudian berkembang ke berbagai daerah lain dengan penggunaan media yang makin beragam baik itu kulit, kayu, atau lainnya. Wayang selama ini menjadi tontonan sekaligus tuntunan karena di tiap pementasannya selalu membawa cerita dengan nilai-nilai nasehat atau pitutur.

Adalah di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang yang baru-baru ini mengembangkan kreasi wayang baru yang disebut Wayang Brantas. Wayang Brantas adalah wayang klithik atau terbuat dari kayu dan kharakter atau tokoh-tokohnya adalah warga pedesaan seperti petani, guru, ustadz, ibu rumah tangga. Tidak hanya manusia, kharakter dalam Wayang Brantas juga berupa tumbuh-tumbuhan atau flora, hewan atau fauna bahkan bangsa makhluk halus seperti pocong dan wewe gombel. Nama Brantas sendiri diambil karena Desa Ngogri merupakan desa di tepian Sungai Brantas dimana sungai ini memegang peran penting bagi kehidupan di desa tersebut.

“Wayang Brantas ini memang dibuat untuk bisa mencerminkan kehidupan masyarakat desa. Begitupun cerita yang diangkat, adalah cerita kehidupan sehari-hari di pedesaan.” jelas Mas Lahir Jaka, koordinator Wayang Brantas.

Bersama Pak Rawi, Pembuat Wayang Klitik

Dipilihnya wayang klithik dan juga tema pedesaan ini agar lebih menarik bagi warga desa dan diharapkan meningkatkan antusiasme mereka untuk melihat wayang ini. Sejatinya pertunjukan wayang di Desa Ngogri telah lama mati suri. Terakhir bisa dibilang ada di tahun 1990-an dimana pertunjukan wayang kulit diselenggarkaan untuk tujuan ruwatan. Setelah itu, tidak ada pertunjukan wayang sama sekali. Sama halnya dengan pertunjukan wayang pada umumnya, Wayang Brantas juga terdiri dari tim seperti dalang, niyaga atau penabuh gamelan, serta sinden.

Wayang Brantas ini diharapkan juga meningkatkan kreativitas warga yang bergabung di dalamnya untuk terus menggali cerita-cerita unik khas pedesaan dengan kearifan lokalnya.

“Saat ini sudah ada sekitar lebih dari 20 cerita Wayang Brantas yang kami kembangkan. Pastinya akan terus bertambah ke depannya.” tutur Cak Toso, salah satu anggota tim Wayang Brantas.

Cak Toso, Salah Satu Pegiat Wayang Brantas

Dalam usianya yang relatif muda, Wayang Brantas telah berkesempatan tampil di Pasar Brantas tepatnya saat kunjungan penjurian Lomba Kreasi dan Inovasi (Krenova) Bappeda Kabupaten Jombang. Dalam ajang ini, Pasar Brantas berhasil menjadi juara 2 kategori umum/ UMKM/ wiraswasta. Wayang Brantas sendiri merupakan bagian dari ekosistem Pasar Brantas.

Mas Jaka yang Juga Pegiat Wayang Brantas

“Kami juga akan tampil pada acara sedekah desa Ngogri hari Minggu, 23 Juni mendatang. Selain itu, tentu kami siap jika diundang ke berbagai acara di daerah lain di luar desa kami.” kata Cak Muhcklisin, anggota tim Wayang Brantas.

Adanya Wayang Brantas ini diharapkan makin memperkaya khasanah seni dan budaya khususnya di pedesaan tepian Sungai Brantas. Serta tentunya membawa kemanfaatan bagi masyarakat di sekitarnya.

Njombangan Dokumentasikan Ragam Pujian di Jombang untuk Pertama Kalinya

Halo Rek! Semoga kalian semua selalu dalam keadaan baik, sehat, dan bahagia. Senang sekali akhirnya Njombangan bisa melaksanakan inisiatif untuk mendokumentasikan ragam pujian terutama yang ada di Dusun Ngogri, Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Pujian adalah lantunan kalimat dalam Bahasa Arab, Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia atau campuran dari bahasa tersebut yang dilakukan setelah adzan dan sebelum iqomat. Pujian ini menjadi salah satu bentuk budaya/kebiasaan dan kearifan lokal dari banyak masyarakat seperti masyarakat Dusun Ngogri. Tidak hanya di sini, pujian juga umum ditemukan di daerah pedesaan Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sekitarnya. Namun mungkin ada beberapa persamaan dan ada perbedaan antara daerah satu dengan lainnya.

Musholla Nurul Jannah

Melestasikan pujian ini sangat penting karena pujian mengandung banyak nasehat atau pengingat atau pitutur yang syarat akan nilai-nilai kebaikan. Pujian pun ada aneka rupa dan ragam baik yang pujian lama maupun pujian baru. Pelestarian budaya atau kebiasaan bertutur di banyak daerah menghadapi kendala yang serupa atau serupa tapi tak sama, sebagai berikut:

  1. Tidak adanya dokumentasi dalam bentuk foto dan/ atau video
  2. Kurangnya transfer pembelajaran dari satu generasi ke generasi lainnya
  3. Kurangnya minat masyarakat untuk mempelajarinya

Musholla Al Ikhlas

Begitu juga dengan pujian di Dusun Ngogri, maka penting untuk melakukan pendokumentasian sehingga pujian ini bisa terus “hidup” serta bisa dipelajari secara lestari antara generasi satu ke generasi berikutnya. Kegiatan Dokumentasi Ragam Pujian ini adalah inisiatif sudah terbersit sejak lama.

Masjid Besar Nuruddin

Syukurnya di akhir 2023, akhirnya ide ini bisa terwujud. Kegiatan ini akhirnya menghasilkan Hasil Dokumentasi Ragam Pujian di Masjid & Musholla di Dusun Ngogri, yang bisa menjadi acuan semua orang. Kegiatan ini melibatkan belasan orang kontributor dan relawan yang mewakili 3 musholla dan masjid di Dusun Ngogri yakni Musholla Nurul Jannah, Musholla Al Ikhlas, Musholla Al Amir, dan Masjid Besar Nuruddin. Kegiatannya sendiri dilakukan di Masjid Besar Nuruddin.

Musholla Al Amir

Salah satu temuan menarik adalah ada beberapa pujian yang memiliki lebih dari 1 versi. Akhirnya terdata ada lebih dari 30 pujian dengan pitutur yang sangat menarik dan arti yang mendalam. Beberapa mungkin belum ada judul pujian secara resmi sehingga kami inisiatif untuk memberikan judul sendiri. Lebih penting lagi, semoga ke depannya ada kemauan dan pembelajaran pujian, terutama pujian versi lama, bagi generasi pemuda dan remaja. Pembelajaran yang bisa dimulai dari skala ruma h, sekolah, atau taman pendidikan agama/ Al Qur’an.

Proses Dokumentasi di Masjid Besar Nuruddin

Njombangan mengucapkan terima kasih kepada Bapak-Bapak, Mas-Mas, dan Adek-Adek yang terlibat dalam kegiatan ini. Sebaik ingatan saya, bahwa kegiatan ini adalah kegiatan yang pertama kali dilakukan di Dusun Ngogri. Kami melihat antusiasme sekaligus rasa grogri dari pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. Wajar sekali untuk hal dan pengalaman pertama. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada tim panitia yang telah membantu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut kegiatan ini.

Sungguh apreasiasi karena teman-teman mau dan mampu menindaklanjuti ide yang awalnya sangat abstrak ini. Dokumentasi serupa perlu dilakukan di lain waktu dengan tujuan untuk bisa menjaring makin banyak pendataan ragam pujian. Serta tentunya adalah untuk menguatkan rasa memiliki atas tradisi pujian yang tidak ternilai harganya ini. Silahkan kontak kami apabila ada masukan dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga kegiatan ini bisa bermanfaat dan menjadi berkah bagi banyak orang.

Hasil Dokumentasi Ragam Pujian bisa diakses di sini.

Terima kasih.

Padu Padan Nada Gamelan Ala Purnama Laras

Njombangan kembali menelurkan grup seni baru yakni karawitan perempuan yakni bernama Purnama Laras. Grup ini beranggotakan perempuan lintas usia di Desa Ngogri Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang. Grup ini juga bagian dari New Kuda Purnama, grup karawitan yang juga dibuat oleh Njombangan.

Purnama Laras ini menjadi klangenan atau kangen-kangenan bagi generasi tua yang dulu pernah atau sering mendengar suara gamelan atau bahkan memainkannya namun karena sudah lama sekali puluhan tahun tidak ada set gamelan di daerah mereka, sehingga mereka seperti terputus dari gamelan sepanjang waktu itu. Bagi generasi yang lebih muda, maka Purnama Laras ini menjadi tempat belajar akan seni musik adi luhur peninggalan leluhur.

Instruktur Mengajar dengan Sabar

Purnama Laras terbuka untuk umum dan gratis. Latihan dilakukan seminggu sekali biasanya di Sabtu malam minggu. Latihan dipandu langsung oleh dua orang instruktur atau pengajar yang sabar mengajarkan lagu dan nada.

“Senang sekali bisa bergabung dengan Purnama Laras. Akhirnya bisa bernostalgia dengan bermain langsung gamelan.” kata Mujiati.

Purnama Laras ditargetkan bisa memainkan beberapa lagu mulai dari yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Selain itu juga ada anggota yang diperankan sebagai sinden. Nantinya, grup ini diharapkan bisa tampil di event-event desa atau event yang lebih besar.

Peserta Antusias Mengikuti Latihan

“Mengajar gamelan itu harus sabar. Tiap orang punya kecepatan belajar yang berbeda-beda, sehingga cocok-cocokan. Artinya orang tertentu cocoknya memegang atau memainkan alat gamelan jenis tertentu.” ujar Bu Dar, salah satu instruktur.

Njombangan mengucapkan terima kasih dan penghargaan untuk semua yang telah mendukung terwujudnya Purnama Laras mulai dari ibu-ibu dan mbak-mbak anggota, instruktur, dan juga teman-teman dari New Kuda Purnama. Semoga grup ini bisa konsisten latihan dan bisa meningkatkan performanya sehingga nanti bisa menjadi grup kebanggaan desa atau bahkan Jombang.

Lomba Opyak Njombangan Tahun 2023 Sukses Diselenggarakan

Njombangan bersama dengan Pemerintah Desa Ngogri sukses mengadakan Lomba Opyak Njombangan pada Sabtu, 18 November 2023 di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh. Opyak adalah tradisi masyarakat desa berupa aktivitas ronda malam dengan tujuan menjaga keamanan. Opyak atau di daerah lain dikenal dengan sebutan patrol, dilakukan dengan membunyikan alat seperti kentongan, instrumen gamelan, alat masak, botol atau alat sederhana lainnya.

Masyarakat desa biasanya mengadakan opyak setiap hari pada dini hari dengan berkeliling desa. Mereka membuat jadwal pembagian berdasarkan urutan RT atau pertimbangan lain. Opyak keliling wilayah desa ini selain dengan membunyikan berbagai peralatan itu juga disertai dengan lagu yang dinyanyikan oleh orang-orang yang melakukan opyak ini.

Pembukaan Lomba Opyak Njombangan

.“Opyak merupakan tradisi masyarakat desa sebagai bentuk nyata gotong royong dan kebersamaan dalam mewujudkan kondisi bersama yang lebih aman, adem ayem, dan rukun. Lomba yang kami adakan bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas warga dan melestarikan opyak.” Ujar Muchdlir Johar Zauhariy, pendiri Njombangan.

Acara dibuka dengan berbagai sambutan mulai dari Ketua Panitia (Mas Johan), Kepala Desa Ngogri, dan perwakilan Kecamatan Megaluh. Dilanjutkan dengan pemukulan gong oleh Kepala Desa Ngogri diikuti dengan pemukulan kenthongan oleh para dewan juri. Selain itu ada juga penampilan tari remo oleh mas Geta yang merupakan pemuda Ngogri serta penampilan grup gejok lesung Guyub Rukun yang menyanyikan empat lagu yakni Tombo Ati, Taman Jurug, Caping Gunung, dan Lali Janjine.

Penampilan Tari Remo Khas Jombang

Peserta dinilai dari empat kriteria yakni keserasian gerakan, kostum kreatif, kualitas suara, dan ekspresi & semangat. Dewan juri terdiri Mas Johar Zauhariy selaku pendiri dan inisiator Njombangan, Guk Rezha dan Yuk Marchella selaku Duta Wisata Jombang, dan Mas Syechjord selaku pendiri Mojoagung Gamelan Heritage. Penilaian dilakukan berdasarkan empat kriteria yakni kreativitas kostum, semangat dan ekspresi, kekompakan gerakan, dan kualitas suara. Tiap kriteria memiliki pembototan masing-masing. Penilaian dilakukan dengan obyektif dan bebas dari adanya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme.

Ibu-Ibu Grup Gejok Lesung Guyub Rukun

Total ada 14 peserta yang terdaftar namun 3 tim akhirnya mengundurkan diri. 11 tim yang ikut serta adalah Barokah, Subur Makmur, Arjuno, Kejora, Mawar Merah, Besut, Purnama, Dewi Bulan, Panca Maheswari, Salasika, Gerabah. Setelah dilakukannya rangkaian penilaian akhirnya yang menjadi juara 1, 2, 3, dan favorit berturut-turut adalah grup Gerabah, Salasika, Panca Maheswari, dan Dewi Bulan.

Salah Satu Peserta, Grup Barokah

“Pemerintah Desa Ngogri mengapresiasi diadakannya lomba opyak ini. Warga terlihat sangat semangat dan antusias mengikuti lomba ini. Semoga bisa menjadi event rutin tahunan.” Kata Agus Lishartitik, Kepala Desa Ngogri.

Peserta Lainnya yakni Grup Purnama

Penyelenggaraan lomba ini terbukti mendapat antusiasme yang luar biasa dari penduduk desa. Ratusan orang menonton ajang ini dari awal sampai akhir. Diharapkan ajang ini bisa menjadi flagship event tahunan Njombangan dan diselenggarakan lebih baik lagi di tahun-tahun mendatang.

“Senang sekali menjadi juara 3 di lomba ini. Kami berusaha tampil maksimal dan membuat kostum yang menarik.” Kata Reni perwakilan grup Panca Maheswari. Mereka menggunakan kostum seragam dengan atasan warna hijau, bawahan warna kuning dan merah, serta topi dari daun mangga.

Selain itu ada juga undian doorprize untuk peserta yang ikut lomba. Ada 10 hadiah berupa produk UMKM khas Jombang.

Pemenang Doorprize Peserta Lomba

Njombangan mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini seperti panitia (Mas Johan, Mas Deni, Mbak Naning, Mbak Ayla, Cak So, dan lainnya), Pemerintah Desa Ngogri, seluruh warga desa baik peserta maupun penonton, serta seluruh pihak yang mendukung kelancaran acara ini, matur suwun.

Sampai jumpa di ajang Lomba Opyak Njombangan tahun depan!

Lomba Jaranan Njombangan Diselenggarakan Kembali!

.Untuk kedua kalinya secara berturut-turut, Njombangan menyelenggarakan Lomba Jaranan Njombangan pada Sabtu, 14 Oktober 2023. Bertempat di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, lomba ini bertujuan untuk menjaring bibit unggul penerus dan pelestari seni budaya, memberikan apresiasi bagi peserta dan pemenang, serta mendukung ekosistem seni budaya yang selama ini Njombangan kembangkan.

Lomba ini dibagi menjadi 2 kategori yakni Kategori Anak-Anak dengan batasan usia maksimal kelas 3 SD/ sederajat dan Kategori Remaja dengan batasan usia kelas 4 SD/ sederajat sampai kelas 3 SMP/ sederajat. Peserta terbuka untuk umum dan gratis. Pembuatan 2 kategori ini merupakan tindak lanjut dari lomba serupa tahun lalu dimana hanya ada satu kategori saja saat itu tanpa memperhatikan umur peserta.

Beberapa Peserta Lomba Jaranan Njombangan

“Lomba Jaranan Njombangan merupakan salah satu flagship event Njombangan yang diselenggarakan setahun sekali. Tentu saya pribadi dan mewakili Njombangan merasa senang karena antusiasme anak-anak yang luar biasa dan tentunya karena dukungan orang tua mereka yang memberikan kebebasan dan dorongan untuk anak-anak mereka agar ikut lomba ini.” Ujar Muchdlir Zauhariy atau akrab disapa Johar, pendiri dan inisiator Njombangan.

Doorprize untuk Penonton yang Beruntung

Lomba berlangsung dari jam 19.00 sampai 23.00 malam. Peserta diberi kebebasan untuk memilih apakah akan menampilkan tari jaranan, tari bantengan, tari jepaplok, atau tari ganongan. Waktu yang diberikan adalah sekitar maksimal 5 orang untuk tiap peserta. Dewan juri terdiri dari perwakilan Njombangan dan New Kuda Purnama, grup seni budaya jaranan yang dibuat dan dimiliki oleh Njombangan.

Hadiah untuk 10 Besar yang Non Juara 1, 2, dan 3

Adapun kriteria penilaian meliputi kostum, gerakan, dan ekspresi. Juri menilai dengan obyektif dan seadil mungkin. Setelah melalui penilaian yang seksama akhirnya ditentukan juara untuk masing-masing kategori.

Kategori Anak-Anak

Juara 1: Sandy Tirta Hidayat

Juara 2: Panca Sadewa

Juara 3: Marcellino Ramadhani

Kategori Remaja

Juara 1: Ilmiatus Sa’diah

Juara 2: M.Reyhan Ibrahimovic

Juara 3: Muhammad Tasbihun Naja

Ilmiatus Sa’idah Juara 1 Kategori Remaja

I“Lomba Jaranan Njombangan ini adalah lomba yang selalu ditunggu-tunggu oleh anak-anak di sini. Semoga pelaksanaannya bisa terus ditingkatkan dan skalanya bisa diperluas sehingga bisa mendapatkan apresiasi dan partisipasi dari makin banyak pihak.” kata Yoyok Budi Utomo, penggerak New Kuda Purnama.

Selain pemberian hadiah bagi para pemenang. Ada juga hadiah untuk 10 besar peserta serta doorprize untuk para penonton. Acara bisa dilaksanakan secara meriah dan sukses.

Wetengkok lesu wayah e mangan

Aku kamu kabeh lestarikno jaranan

Sampai jumpa di Lomba Jaranan Njombangan tahun 2024!

Dari Era Mpu Sindok Hingga Airlangga, Ini Sederet Prasasti Kuno di Jombang

Jombang – Sebagai salah satu wilayah yang pernah jadi wilayah kekuasaan kerajaan besar di masa kuno, Kabupaten Jombang menyimpan sejumlah peninggalannya. Terutama yang berupa prasasti.

Beberaa prasasti itu, masih tersimpan rapi di tempat asalnya. Namun, ada juga yang telah dipindahkan untuk alasan keamanan. Ada juga yang kondisinya telah rusak dan terlupakan seiring waktu.

1. Prasasti Poh Rinting

Candi Glagahan saat ditemukan dan dieksvasi BPCB sekitar tahun 1980 (ANGGI FRIDIANTO/JAWA POS RADAR JOMBANG)Kamu mungkin asing dengan prasasti ini Ya, prasasti Poh Rinting adalah salah satu prasasti yang ditemukan di Desa Glagahan, Kecamatan perak. Lokasi penemuannya, juga berada di sebuah bangunan candi.

Lokasinya, berada di belakang sebuah rumah warga. Candi ini, ditemukan di era 1980an. Namun empat tahun setelah diekskavasi, atau 1985, situs ini kemudian diuruk kembali oleh BPCB Jawa Timur.

Dalam penggalian itu jugalah, ditemukan sebuah prasasti yang disebut prasasti Poh Rinting. Prasasti ini, berangka tahun 825 Saka atau tahun 929 Masehi. Isinya, berisi tentang penetapan kawasan di mana prasasti itu ditemukan sebagai daerah sima atau daerah bebas pajak karena adanya bangunan suci. Prasasti ini, kini telah diamankan di museum Trowulan untuk kepentingan keamanan.

2. Prasasti Tengaran / Prasasti Geweg

Prasasti ini, memang ditemukan di Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan. Lokasinya, berada di tengah sawah. Kini, lokasinya berada tepat di pinggir Tol Jombang-Mojokerto. Prasasti ini, juga berbentuk seperti nisan, bentuknya tablet batu andesit gepeng dengan ujung runcing.

Di dalam prasasti berangka tahun 857 saka atau 935 Masehi ini, dijelaskan jika wilayah Geweg yang saat ini adalah wilayah tengaran, ditetapkan sebagai daerah sima atau daerah bebas pajak oleh Mahamantri Mpu Sindok Sang Sri Iṡanatunggadewa (Mpu Sindok) bersama Rakyan Sri Parameswari Sri Wardhani Kbi Umisori (Dyah Kbi) sang permaisuri. Penetapan sima itu, berhubungan dengan masyarakat geweg yang dinilai berjasa bagi kerajaan karena membantu mencari dan menemukan putri raja.

Saat ditemukan, prasasti ini terpendam sedalam 40 sentimeter. Namun, beberapa tahun lalu proses pengangkatannya sudah dilakukan. Kini, bagian lapik atau dasar prasasti hingga bagian bwah prasasti sudah berhasil ditampakkan sepenuhnya.

3. Prasasti Gurit / Prasasti Munggut

Prasasti ini, berada di Dusun Sumber Gurit, Desa Katemas, Kecamatan Kudu. Lokasinya, berada di halaman rumah Badri, yang kini juga jadi juru pelihara situs ini. Bentuknya, sebuah tablet batu besar dengan ujung runcing. PRasasti ini, bentuknya sangat terawat, meski beberapa huruf di dalamnya sudah aus dan tak terbaca.

Dalam batu ini, tertulis juga sejumlah kata beraksara jawa kuno. Dari enskripsi yang telah terbaca, prasasti ini berangka tahun 944 Saka atau 1022 Masehi. Laiknya prasasti lain, prasasti ini juga berisi tentang penetapan daerah sebagai daerah bebas pajak atau daerah sima. Yang membuatnya adalah Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan Daerah yang ditetapkan sebagai sima itu, adalah desa bernama Munggut, yang kini lokasinya berada di Desa Cupak, Kecamatan Ngusikan.

4. Prasasti Grogol (Kusambyan)

Prasasti ini, ditemukan di area persawahan milik PT. Intelen, tepatnya di Dusun Grogol, Desa Katemas, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang. Akses jalan menuju prasasti adalah jalan setapak, dari jalan desa sekitar 500 meter. Kondisi prasasti ini, juga sudah rusak dan terbelah menjadi 9 bagian.

Prasasti Grogol, juga disebut sebagai Prasasti Kusambyan karena berisi tentang wilayah Kuno bernama Kusambyan yang dijadikan wilayah sima atau wilayah bebas pajak oleh Sri Maharaja. Di prasasti ini, juga disebutkan nama tokoh Rahyan Iwak, yang diduga merupakan tokoh yang sangat berpengaruh di Kusambyan. Kemdikbud dalam webnya menjelaskan, prasasti ini berangka tahun 1037 Masehi atau dibuat dalam era Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan.

Di antara empat prasasti itu, mana yang sudah pernah kamu kunjungi? (riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Lagi Gabut? 4 Landmark di Jombang ini Bisa Jadi Solusi Healing Tipis-Tipis

Jombang – Selain wisata religi sebagai unggulannya, Kebupaten Jombang, Jawa Timur juga memiliki beberapa landmark yang bisa jadi alternatif wisata. Bahkan, seluruhnya gratis dan murah meriah.

Lokasi-lokasi ini juga cocok untuk wisata keluarga, muda mudi, sekadar nongkrong ataupun wahana bermain untuk anak-anak, ditambah suasana asri, pasti bikin kamu makin nyaman.

1. Alun-alun Jombang

Alun-alun Jombang terletak tepat di depan Pendopo Kabupaten Jombang. Pengunjung luar kota, juga bisa menjangkaunya dengan mudah karena lokasinya berada tepat di dean Staiusn Jombang atau pinggir Jl Basuki Rahmad.

Wahana ini, kini semakin banyak diminati para pengunjung setelah disediakan berbagai wahana playgroung untuk anak. Selain tempatnya bersih, juga luas sehingga anak anak bisa bermain sepuas mereka. Dan yang pasti, seluruhnya bisa dinikmati secara gratis, tanpa tiket masuk.

Karena lokasinya terbuka, pastikan tidak berkunjung saat hujan ya. Atau kalau nggak mau kepanasan bisa memilih waktu saat malam atau dore hari. Dijamin suasananya makin ciamik dengan temaram lampu yang disiapkan pengelola di sana.

2. Kebon Rojo

Kebon Rojo, juga salah satu landmark Jombang yang bisa jadi solusi healing tipis-tipis. Berlokasi di Jantung kota atau pinggir Jl KH Wahid Hasyim, taman ini bahkan sudah terkenal sejak era kolonial lho.

Selain taman dan sejumlah fasilitas bermain dan olahraga, pecinta kuliner  juga bakal dimanjakan di sini. Pengunjung bisa menikmati segarnya taman sekaligus menghabiskan waktu quality time bersama keluarga di taman Kebon Rojo. Ada banyak pujasera yang menyediakan berbagai macam makanan murah disana. Mulai aneka minuman, makanan ringan hingga makanan berat. Anak anak juga bisa bermain di taman Kebon Rojo.

3. Pasar Mojoagung

Seperti namanya, pasar ini memang terletak di Kecamatan Mojoagung. Sekitar 15 kilometer di timur pusat Kabupaten Jombang. Landmark ini, memang terlihat biasa saja di siang hari. Namun, saat malam datang, gemerlap lampu pedagang dan penyedia wahan bermain anak membuat tampilan pasar ini makin ciamik.

Setiap malam datang, halaman depan pasar ini memang jadi wahan bermain. Tak hanya itu, sejumlah pedagang makanan ringan, warung kopi hingga makanan berat juga terseida di sini. Pastikan juga bawa payung saat akan berkunjung di musim hujan ya, karena kebanyakan stand pedagang merupakan stand terbuka.

4. RTH Kebonratu

Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kebonratu cocok jadi jujugan keluarga yang ingin healing di kawasan kota. Taman ini berada di pinggir Jalan Nasional Soekarno Hatta Keplak Sari, Kecamatan Peterongan. Lokasinya juga dekat dengan taman Tirta Wisata dan Terminal Kepuhsari Jombang.

Terletak di pinggiran kota, RTH ini memiliki keunggulan dari sisi arealnya yang sangat luas. di dalam taman, terdapat juga banyak wisata yang cocok untuk sekadar nongkrong, bersantai dan bermain bersama keluarga. Yang paling penting, tiket masuknya juga ) rupiah, alias gratis sepenuhnya. (ang/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Diyakini Peninggalan Jayanegara, Sumur ini Tak Pernah Surut Meski Kemarau

JOMBANG – Di Dusun Bedander, Desa Sumbergondang, Kecamatan Kabuh, terdapat sumur yang dikeramatkan warga sekitar. Sumur itu diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit 1319 M.

”Pada waktu itu ada pemberontakan Rakuti sehingga memaksa Kerajaan Majapahit untuk mengamankan Raja Jayanegara ke tempat yang aman,” ujar Sambang salah seorang tokoh masyarakat. Konon, sumur itu digunakan Raja Jayanegara untuk mandi.

Dikatakannya, Dusun Bedander ini diyakini menjadi tempat persembunyian Raja Jayanegara. Banyak situs atau prasasti yang ditinggalkan, salah satunya sumur tersebut. ”Sumur itu sekarang dinamai Sumur Bujo,” katanya.

Sumur yang berada di tengah permukiman itu dikelilingi pagar khas kerajaan berwarna merah. Terdapat banyak batu-batu atau lumbung di sekitar prasasti. ”Sumur ini tidak pernah surut. Dulu desa sebelah (Desa Jatibanjar, Red) kesulitan air ya mengambil air di sumur bujo,” ungkap dia.

Tak hanya itu, sumur peninggalan Kerajaan Majapahit juga sering digunakan ritual khusus untuk warga sekitar. ”Biasanya kalau warga mau menggelar hajatan atau akan menikah, datang ke sumur tersebut,” bebernya.

Sementara itu, Iswandi Sekretaris Desa Sumbergondang, menambahkan warga tidak pernah merasakan hal aneh atau penampakan di sekitar sumur bujo. Akan tetapi, tempat tersebut tetap dikeramatkan warga sampai sekarang. ”Biasanya sedekah desa, ke sumur itu untuk mencari keberkahan,” pungkas dia. (yan/bin/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.