Halo Rek! Semoga kabarnya selalu baik dan sehat. Pasca kunjungan dari Plt Camat Megaluh beberapa waktu lalu, keluarga besar Ekosistem Kreatif Brantas menyambut baik rencana dari Pemerintah Kecamatan untuk mewujudkan interkoneksi pengembangan pariwisata, seni, dan budaya yang ada di Kecamatan Megaluh. Kecamatan Megaluh adalah kecamatan di sisi barat Kabupaten Jombang yang terdiri dari 13 desa yakni Kedung Rejo, Pacarpeluk, Sumberagung, Dukungarum, Balonggemek, Sidomulyo, Ngogri, Sudimoro, Sumbersari, Megaluh, Balongsari, Gongseng, dan Turipinggir.
Faktanya memang Kecamatan Megaluh memiliki banyak potensi yang bisa dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Potensi alam seperti aliran Sungai Brantas dan beberapa sungai kecil lainnya serta hamparan sawah dataran rendah yang menjadi landskap alam paling dominan di kecamatan ini. Potensi seni budaya seperti keberadaan grup seni budaya jaran kepang atau kuda lumping, dhagelan, karawitan dan campursari, gejok lesung, hadroh dan samroh, opyak, dan wayang serta keberadaan rumah-rumah tradisional khas Jawa Timur yang disebut dara gepak. Potensi sejarah dengan keberadaan beberapa situs bersejarah seperti Damar Wulan dan Candi Mireng. Potensi kuliner dengan adanya banyak warung yang menjual makanan khas Jawa Timur seperti rawon, soto, lodeh, pecel, rujak, tahu thek dan tentunya aneka sambelan ikan sungai atau iwak kali.
Selain itu di kecamatan ini juga berkembang berbagai usaha kecil menengah (UKM) dengan produk yang beragam mulai dari makanan atau minuman seperti olahan salak, aneka kue, dan aneka keripik; produk fashion dan rajutan; produk berbasis bambu misalnya kurungan burung, dan masih banyak lagi. Tentu tidak ketinggalan bahwa kecamatan ini merupakan lumbung padi sekaligus penghasil semangka, melon, dan timun suri yang sudah terkenal. Aliran Sungai Brantas juga memberikan berkah berupa ikan lokal khas Sungai Brantas seperti rengkik, jendil, dan aneka kerang sungai seperti kremis dan kijing. Dengan demikian, kecamatan ini menjadi penting dan strategis dalam mendukung adanya ketahanan pangan dari tingkat desa sampai kecamatan.
Grup opyak Adem Ayem adalah satu dari tujuh grup seni budaya yang ada di Desa Ngogri. Terdiri dari belasan anggota baik laki-laki dan perempuan. Kali ini grup ini membuat lagu terkait dengan Kecamatan Megaluh. Lagu ini berisi cerita tentang pertemanan dan silaturahmi yang mulai merenggang karena jarangnya bertemu serta berkomunikasi. Padahal menyambung silaturahmi dengan teman dan pastinya adalah hal yang penting. Rasa kangen untuk bertemu menjadi harapan. Nah ide bertemu ini ternyata akan lebih seru jika sambil jalan-jalan di Kecamatan Megaluh. Ternyata kecamatan ini punya banyak atraksi wisata yang menarik untuk dijelajahi. “Kami berharap bahwa lagu yang berjudul Mlaku-Mlaku Nang Megaluh ini bisa menjadi salah satu media untuk promosi pariwisata, seni, dan budaya yang ada di Kecamatan Megaluh.” ujar Fitri, anggota grup opyak Adem Ayem.
Lagu ini bisa diakses di youtube Ekosistem Kreatif Brantas dan nantinya grup opyak ini berharap bisa melakukan syuting video klip lagu tersebut. Ekosistem Kreatif Brantas juga akan mengadakan kegiatan promosi untuk memperkenalkan lagu ini ke masyarakat luas khususnya Megaluh dan Kabupaten Jombang lainnya. Berikut ini adalah lirik dari lagu Mlaku-Mlaku Nang Megaluh.
Halo Rek pie koe kabar e?
Wes suwi ra tau ketemu rasane
Mugo becik, sehat, tentrem atine
Opo koe ra kangen awak dhewe
.
Ayo ndang pisan-pisan ketemu
Guyon jagongan bareng podho ngguyu
Malah penak disambi mlaku-mlaku
Nang Megaluh daerah e mesti seru!
.
Reff 1:
Megaluh kecamatan nang Jombang
Pisan-pisan ayo kabeh ndang sambang
Cakut kenal bakal gae kebimbang
Suwe-suwe mesti tresno lan sayang
.
Taman Turipinggir karyane wargo
Situs Damar Wulan nang Sudimoro
Pasar Megaluh dodolan werno-werno
Olahan salak onok nang Kedung Rejo
.
Pacarpeluk pusat usaha genteng
Monumen perjuangan nang Desa
Gongseng
Situs Candi Mireng nang Sumberagung
Kabeh deso ndue kebanggaan luhung
.
Reff 2:
Megaluh wonge blater ramah-ramah
Gotong royong mesti ra bakal bubrah
Sugih karo werno seni budoyo
Terkenal dadi penghasil semongko
.
Kali Brantas ojo koe sampek lali
Mangan enak penyetan iwak kali
Dijogo bareng supoyo lestari
Museum e ono nang Deso Ngogri
.
Balonggemek, Sidomulyo, Sumbersari
Disyukuri kabeh berkah e ilahi
Dukuharum lan Deso Balongsari
Mugo kabeh podho lancar rejeki
.
Balik ke Reff 1
Balik ke Reff 2
.
Reff 3:
Megaluh kebanggaan Jawa Timur
Kerjo keras nganti kabeh podho makmur
Rawe rantas yo malang-malang putung
Silaturahmi yok terus disambung!
Karya: Tim Ekosistem Kreatif Brantas – Grup Opyak Adem Ayem
Nada : Yoyok Budi Utomo
Lirik : Muchdlir Johar Zauhariy
Tim Pengembang:
Plt Camat Megaluh, Bapak Nurdin Purwoko, beserta jajaran melakukan kunjungan ke Pasar Brantas pada Minggu, 26 Januari 2025. Pasar Brantas yang berada di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang adalah pasar tematik sebulan sekali yang sudah berjalan 2 tahun dan bertujuan untuk pengembangan ekonomi masyarakat sekitar, wadah promosi seni budaya, dan wadah penggalangan kepedulian lingkungan khususnya Sungai Brantas. Selama kunjungan, Bapak Camat melakukan dialog dengan warga, menyaksikan dan mencoba berbagai tampilan seni budaya seperti karawitan, gejok lesung, dan dhagelan serta berkunjung ke Museum Brantas Jombang yang ada di desa itu. “Kami mengucapkan terima kasih atas kunjungan dan dukungan Bapak Camat beserta jajaran. Kami berharap geliat wisata, seni, dan budaya di desa kami makin berkembang melalui kolaborasi berbagai pihak termasuk Pemerintah Kecamatan Megaluh.” kata Agus Lishartitik, Kepala Desa Ngogri.
Acara pada pagi itu berjalan dengan gayeng dan meriah. Grup karawitan perempuan Purnama Laras dengan apik menampilkan berbagai gending-gending campursari lagu-lagu Jawa populer. Begitu juga dengan grup gejok lesung Guyub Rukun yang terlihat mengajak banyak pengunjung usia muda memainkan musik tradisional itu. Sebagai informasi, grup gejok lesung ini adalah yang satu-satunya ada di Kecamatan Megaluh. Acara makin dipenuhi dengan gelak tawa ketika grup dhagelan Kembang Anggrek (Kempal Bareng Ayo Ngguyu Rek) tampil dengan lakon dukun tiban. Lakon ini bercerita tentang seorang dukun yang kedatangan beberapa tamu/ kliennya. Ada yang minta hujan karena mau tanam/ tandur di sawah. Ada juga yang datang minta agar tidak turun hujan atau cuaca cerah karena yang bersangkutan akan ada tanggapan. Ada juga tamu lainnya yang datang protes karena ubo rampe yang diberikan oleh si dukun ternyata keliru. Tidak disangka ternyata kemudian para tamu/ klien tersebut mendatangi rumah dukun kembali bersama-sama. Seperti penyelenggaraan Pasar Brantas pada umumnya, juga diselenggarakan games berhadiah Tebak Lambe dalam format baru yakni Komunikata.
Saat berada di Museum Brantas Jombang, Muchdlir Zauhariy atau akrab disapa Johar yang merupakan pendiri Ekosistem Kreatif Brantas mengatakan bahwa Ekosistem Kreatif Brantas adalah inisiatif paying yang menaungi tiga klaster sub inisiatif yakni Njombangan, Pasar Brantas, dan Museum Brantas Jombang. “Inisiatif awal yang kami dirikan adalah Njombangan yang terdiri dari 7 grup seni budaya mulai dari jaranan, karawitan dan campursari, gejok lesung, opyak, hadroh dan samroh, dhagelan, dan wayang.” kata Johar. Di museum itu pula, Mas Jaka yang memandu kunjungan menjelaskan tentang Wayang Brantas, wayang klitik kreasi yang mengangkat cerita-cerita tentang kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan. Saat ini ada ratusan kharakter Wayang Brantas baik itu manusia, flora, fauna, bahkan makhluk halus.
Kunjungan Plt Camat dan jajaran ini merupakan bagian dari upaya pemetaan, dokumentasi, dan promosi potensi wisata yang ada di Megaluh Raya, meliputi seluruh desa di Megaluh, yang totalnya ada 13 desa. Megaluh memiliki potensi alam berupa aliran Sungai Brantas dan beberapa anak sungainya, bentangan sawah luas yang menjadi garda ketahanan dan lumbung pangan di Jombang, serta kekayaan sejarah, seni, dan budaya termasuk keberadaan situs bersejarah Damar Wulan. “Kami mendorong adanya rencana pengembangan interkoneksi pariwisata di Megaluh karena potensinya yang banyak dan beragam. Ke depannya, kami akan terus mengagendakan berbagai diskusi bersama para pegiat wisata, seni, dan budaya Megaluh. Harapannya, pariwisata bisa memberikan berbagai dampak baik bagi masyarakat setempat” ujar Nurdin Purwoko.
Wayang dan Tari di Situs Damar Wulan
Selepas santap siang, rombongan kemudian melanjutkan kunjungan ke situs Damar Wulan yang ada di Desa Sudimoro, Kecamatan Megaluh, Jombang. Desa ini adalah desa tetangga Desa Ngogri, yang mana lokasi situs tidak lebih dari dua menit dari lokasi Pasar Brantas. Untuk tujuan yang sama, tim Pemerintah Kecamatan Megaluh melakukan dokumentasi di situs tersebut. Keluarga Besar Njombangan yang merupakan bagian dari Ekosistem Kreatif Brantas ikut menjadi talent yakni untuk penampilan tari remo yang dibawakan oleh Ilmi, Ifa, dan Nadia serta wayang punokawan yang dibawakan oleh Cak Jaka. Wayang yang ditampilkan menampilkan cerita tentang Petruk dan Bagong yang berkelana dan akhirnya sampai di tempat yang indah yakni Situs Damar Wulan. Ternyata Bagong baru tahu ada situs Damar Wulan tersebut. Lantas muncul Semar yang memberikan penjelasan tentang siapa itu Damar Wulan juga pentingnya tahu dan menghargai sejarah.
Lebih lanjut, keluarga besar Ekosistem Kreatif Brantas berkomitmen untuk ikut dalam proses membangun Megaluh sebagai pusat pariwisata, seni, dan budaya berbasis pesisir atau tepian sungai. Ekosistem Kreatif Brantas akan ikut serta dalam diskusi lintas pegiat wisata, seni, dan budaya se-Megaluh Raya yang difasilitasi oleh Pemerintah Kecamatan Megaluh, serta tentunya secara paralal akan tetap berproses dan bergiat dengan berbagai inisiatif yang sudah kami rencanakan.
Pada Jum’at, 20 Desember 2024 diselenggarakan acara Jagongan Parikan Njombangan di Museum Brantas Jombang, yang berlokasi di Dusun Ngogri, Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Acara ini bertujuan untuk mengembangkan parikan aneka tema yang akan dikurasi lalu dipilih untuk menjadi buku Kompilasi Parikan Njombangan Tahun 2024. Parikan adalah pantun dalam Bahasa Jawa yang bisa menjadi media komunikasi dan berisi pesan, kritik, teguran, atau informasi tertentu. Parikan ini adalah kekayaan seni budaya tak benda yang sering dituturkan dalam pertunjukan ludruk, atau dituturkan dalam pementasan mandiri.
Njombang dalam beberapa tahun belakang ini secara aktif ikut melakukan berbagai upaya dalam mempromosikan dan melestarikan parikan ini. Beberapa program yang dilakukan antara lain:
Adapun Jagongan Parikan adalah sesi kumpul bersama ba’da isya yang terbuka untuk umum, yang mana peserta didorong untuk membuat parikan aneka tema. Tahun ini, tema parikan yang dibuat antara lain:
“Njombangan rencananya akan release Buku Kompilasi Parikan Njombangan Tahun 2024 pada awal Januari 2025 ini. Parikan yang dimuat pastinya adalah sudah pilihan dan representatif terhadap tema yang kami angkat. Mewakili Njombangan, saya mengucapkan terima kasih atas segala dukungan dari semua pihak.” ujar Muchdlir Zauhariy atau kerap disapa Johar, founder Njombangan.
Acara Jagongan Parikan sendiri berjalan dengan seru. Diikuti oleh sekitar 12 orang, peserta menghabiskan sekitar 4 jam dengan berbagai aktivitas yang menyenangkan. Aktivitas itu antara lain adalah pembuatan parikan sesuai dengan tema di atas. Selain itu ada juga monolog Wayang Brantas yang dibawakan oleh Cak Jaka dan Cak Toso. Monolog dalam hal ini adalah berupa percakapan dua tokoh kharakter wayang yang dibawakan oleh dua dalang di atas. Monolog yang dibawakan bercerita tentang berbagai hal mulai dari cerita pemuka agama yang menghina penjual es teh, seorang ponakan yang bercerita kepada pamannya tentang rencana perayaan tahun baru sampai cerita maling yang bertemu orang gila. Acara dilanjutkan dengan musik opyak, dimana peserta acara membunyikan berbagai instrumen opyak mulai dari kenthongan, galon, botol, kaleng besi, dan ecek-ecek atau tamborin. Lagu yang dibawakan mulai dari lagu-lagu Jawa sampai sholawatan.
“Acara Jagongan Parikan ini berjalan dengan gayeng dan hangat. Peserta terlihat menikmati jalannya acara dari awal sampai akhir. Selain itu juga disediakan konsumsi berupa jajan gorengan, makan malam, serta minuman sehingga acara makin seru.” tutur Faiturrohma atau Ifa, Community & Content Lead dari Njombangan.
Acara Jagongan Parikan ini rencananya akan diadakan rutin yakni dua kali dalam setahun. Semua orang bisa ikut serta secara gratis. Jadi Rek, nantikan ya jadwal Parikan Jagongan serta launching buku Kompilasi Parikan Njombangan di tahun 2025.
Matur suwun!
Dua punggawa Museum Brantas Jombang menorehkan prestasi membanggakan pada Lomba Literasi Budaya Desa Tahun 2024 yang diadakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia. Ini lomba pembuatan esai bertema; Meningkatkan literasi budaya desa sebagai aktualisasi desa tangguh budaya dalam mendukung pemajuan kebudayaan nasional.
Inisiator dan Pendiri Museum Brantas, Johar Zauhariy, masuk peringkat delapan lomba tersebut. Esainya berjudul; Bersama Menjaga Tradisi Opyak Terus Lestari di Desa Ngogri. Ini satu-satunya esai dari Jawa Timur di jajaran 10 besar. Opyak adalah seni musik dengan menggunakan alat tradisional seperti kentongan, perkakas rumah tangga, atau gamelan yang awalnya digunakan untuk tujuan ronda atau patrol keamanan. Namun sekarang berkembang sebagai media hiburan dan juga penyampaian pitutur kebaikan.
“Di daerah kami ada grup opyak Adem Ayem. Grup ini aktif mengadakan latihan dan juga pementasan di momen-momen tertentu. Opyak di tingkat desa juga masih hidup sebagai cara masyarakat desa untuk melakukan pengamanan. Tiap malam, grup opyak yang biasanya terdiri dari laki-laki berbagai umur keliling melakukan ronda malam sambil membunyikan berbagai peralatan yang kami sebut musik opyak ini.” ujar Johar.
Koordinator Pengelola Museum Brantas, Lahir Jaka masuk 40 besar dengan esai yang berjudul; Wayang Brantas: Wayang Klithik Kreasi Penjaga Tradisi. Wayang Brantas yang lahir belum genap setahun ini terus berkreasi dalam menggali ide-ide cerita yang segar, menghibur serta tentunya punya nilai-nilai luhur di dalamnya. Tidak hanya itu, berkembangnya ide cerita ini tentu dibarengi dengan lahirnya kharakter wayang lainnya yang baru.
’’Wayang Brantas adalah ide kreatif pengembangan wayang berbasis kayu dengan karakter dan cerita khas kehidupan pedesaan. Melalui wayang ini, kami menyampaikan pesan-pesan dan ajakan kebaikan untuk masyarakat,’’ kata Jaka.
Kedua esai itu akan dibukukan bersama esai dari berbagai daerah di Indonesia yang masuk 40 besar lomba. Tentu menjadi kebanggaan bahwa dua warisan budaya khas pedesaan dari Kabupaten Jombang bisa masuk dalam buku kompilasi tersebut.
“Masuk 10 besar, selain mendapatkan piagam penghargaan juga mendapat hadiah uang tunai. Uang ini akan digunakan sepenuhnya untuk syukuran akhir tahun dalam acara yang bertajuk Gayeng nang Museum.” pungkas Johar.
Museum Brantas Jombang merupakan museum mandiri berbasis masyarakat yang berlokasi di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang. Museum ini tempat mengenal dan memahami dinamika lingkungan atau ekologi Sungai Brantas serta aspek ekonomi dan sosial budaya masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungainya, terutama di sekitar lokasi museum. Museum ini terbuka untuk umum dan gratis. Silahkan berkunjung ke Museum Brantas Jombang dengan melakukan konfirmasi dulu ke narahubung Mas Jaka di nomer: 0895807955345.
Pementasan Perempuan Brantas Menembus Batas yang melibatkan total 65 orang perempuan sebagai penampil dan panitia sukses di selenggarkaan di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang pada sabtu malam minggu, 20 Juli 2024. Nama Perempuan Brantas Menembus Batas sendiri mengandung arti bahwa para perempuan yang tinggal di pedesaan tepian Sungai Brantas ternyata mampu menjadi subyek pegiat pelestari seni dan budaya. Bahwa hal ini menembus batas-batas anggapan atau asumsi selama ini yang menyebutkan bahwa seni budaya adalah domain atau monopoli kaum pria semata. 65 perempuan ini bisa membuktikan bahwa mereka merupakan motor pendorong kontribusi baik dalam masyarakat.
Pementasan berlangsung selama sekitar 3 jam dan dibuka dengan penampilan Wayang Brantas, Grup Dhagelan Kembang Anggrek (Kempal Bareng, Ayo Ngguyu Rek!), dan tari remo yang dibawakan oleh Ilmiatus Sa’diah, siswi SDN Ngogri 1. Pementasan inti bercerita tentang dinamika kehidupan masyarakat pedesaan di tepian Sungai Brantas dari pagi hari sampai tengah malam. Kehidupan pedesaan yang masih erat rasa kekeluargaan dan kebersamaan satu sama lain. Dibawakan secara apik oleh lima grup seni budaya yang tergabung yakni grup gejok lesung Guyub Rukun, grup opyak Adem Ayem, grup hadroh dan samroh Rahmatan Lil Alamin, grup karawitan Purnama Laras, dan grup teater SDN Ngogri 1, pementasan ini memukau para penonton dan tercatat sebagai pementasan pertama yang melibatkan perempuan dalam jumlah terbanyak.
Terselenggara karena dukungan dan pendanaan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur, dalam sambutannya Bapak Anton yang merupakan perwakilan dari BPK Wilayah XI Jawa Timur mengungkapkan penghargaannya bagi semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya acara ini. Selain itu, diharapkan juga setelah acara akan ada tindak lanjut aktivasi pelestarian seni budaya khususnya di Desa Ngogri.
Ririn Agustinah selaku ketua panitia menyampaikan dalam sambutannya, apresiasi yang besar atas bantuan yang diberikan oleh BPK Wilayah XI Jawa Timur. Selain itu, diharapkan ada masukan yang membangun untuk kegiatan serupa di masa depan agar lebih baik lagi.
Pementasan ini berhasil memberikan manfaat berupa penguatan kapasitas perempuan dalam pelestarian dan promosi seni budaya, pemberdayaan ekonomi warga, serta memberikan hiburan tontonan sekaligus tuntunan bagi masyarakat sekitar. Acara berlangsung semakin meriah karena banyaknya doorprize atau hadiah yang diberikan kepada penonton.
Kegiatan Perempuan Brantas Menembus Batas adalah bagian dari ekosistem kreatif Pasar Brantas. Pada bulan Agustus 2024 ini, Pasar Brantas akan buka di malam hari mulai 3 Agustus 2024 sampai akhir bulan dalam menyemarakkan lomba voli tingkat kecamatan yang diadakan oleh Pemerintah Desa Ngogri yang berlangsung di area Pasar Brantas. Selain itu, pada penyelenggaraan Pasar Brantas reguler bulanan yakni di hari Minggu, 18 Agustus 2024, akan ada perayaan kemerdekaan Republik Indonesia dan aneka lomba Agustusan. Kami tunggu kedatangan arek-arek dan dulur semuanya di Pasar Brantas, Desa Ngogri, Megaluh!
Dalam mendorong kemajuan daerah pedesaan, memang diperlukan adanya inovasi atau terobosan ide-ide pembangunan yang digali dari potensi dan kearifan lokal masing-masing daerah. Ide ini kemudian perlu diwujudkan menjadi kenyataan dengan didukung oleh sumber daya manusia yakni warga setempat, berkolaborasi dengan berbagai pihak.
Pasar Brantas adalah salah satu terobosan yang dilakukan oleh warga tepatnya warga Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang. Pasar Brantas pertama kali diselenggarakan pada September 2023 dan menjadi pasar warga tematik yang diadakan sebulan sekali. Pasar ini merupakan bentuk inspirasi dari keberadaan Kali Brantas yang melewati Desa Ngogri sekaligus sebagai bentuk nyata upaya melaksanakan pembangunan berkelanjutan wilayah pedesaan. Sebagai pasar pada umumnya, ada pemberdayaan ekonomi warga, ada interaksi antar warga, dan ada upaya untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya keberadaan lingkungan khususnya daerah aliran sungai Kali Brantas serta mendorong warga melakukan aksi nyata dalam konservasi lingkungan tersebut.
Belum setahun sejak “lahir”, Pasar Brantas telah meraih berbagai prestasi yang membanggakan. Tahun ini, Pasar Brantas meraih 300 besar dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024 yang diadakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia. Capaian ini tentu membanggakan mengingat jumlah pendaftar ada lebih dari 6.000 desa wisata dari seluruh Indonesia. Pasar Brantas juga mendapatkan juara 2 dalam Lomba Kreasi dan Inovasi (Krenova) 2024 yang diselenggarakan oleh Bappeda Kabupaten Jombang. Yang paling anyar adalah mendapat juara 2 dalam Pameran Produk Ramah Lingkungan dalam ajang Jombang Eco Creative 2024 yang diselenggarakan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang.
“Kurang dari setahun ini, Pasar Brantas berproses dan mengalami dinamika yang sangat cepat. Mengaktualisasikan ide menjadi kenyataan adalah sebuah tantangan. Sedang membuatnya terus konsisten adalah tantangan yang lebib berat. Pasar Brantas ada dan menjadi nyata karena kerja keras dan komitmen dari teman-teman warga Desa Ngogri. Berbagai prestasi yang kami raih tentu didedikasikan untuk mereka semua.” ujar Muchdlir Zauhariy, atau akrab disapa Johar, yang merupakan inisiator Pasar Brantas.
Pasar Brantas ke depannya tidak hanya menjadi pasar warga semata, namun akan didorong untuk menjadi ekosistem kreatif warga. Di Desa Ngogri sendiri ada banyak grup seni budaya dan lintas ketertarikan (interest).Beberapa di antaranya adalah grup hadroh dan samroh Rahmatan Lil Alamin, grup jaranan New Kuda Purnama, grup gejok lesung Guyub Rukun, grup opyak Adem Ayem, grup Wayang Brantas, grup karawitan perempuan Purnama Laras, dan grup campursari Purnama Wijaya.
“Kami senang sekali karena keberadaan Pasar Brantas membawa banyak manfaat buat warga termasuk saya. Kami terdorong untuk menjadi kreatif, mengenali potensi desa kami, dan bersama-sama menciptakan suatu karya yang membanggakan dan berkesan.” ujar Leni Puji Purwati, warga dan juga anggota grup opyak Adem Ayem.
Dalam perencanaannya, ada beberapa hal dan terobosan lainnya yang akan dilakukan oleh Pasar Brantas. Semoga bisa menjadi kenyataan dan seluruh warga semakin kompak.
Perempuan Brantas adalah inisiatif gabungan perempuan-perempuan dari Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh dengan latar belakang yang beragam. Ketertarikan dan komitmen mereka dalam mempromosikan dan melestarikan seni budaya menjadi benang merah yang menyatukan mereka dalam inisiatif Perempuan Brantas tersebut. Perempuan Brantas terdiri dari beberapa grup seni budaya yakni karawitan, gejok lesung, hadroh dan samroh, opyak serta teater. Perempuan Brantas merupakan bagian dari ekosistem Pasar Brantas.
Beberapa waktu lalu, Perempuan Brantas ditetapkan sebagai penerima Bantuan Pemerintah Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan dari Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XI Jawa Timur. Adapun bantuan ini akan digunakan untuk penyelenggaraan pementasan seni budaya bertajuk “Perempuan Brantas Menembus Batas”. Yang unik adalah penyaji dan panitia pementasan ini semuanya perempuan. Tema “menembus batas” diambil karena adanya semangat bahwa perempuan bisa juga menjadi garda terdepan pelestarian seni budaya.
“Selama ini mungkin banyak orang mengira bahwa promosi dan pelestarian seni budaya dimonopoli laki-laki. Nyatanya tidak demikian, kami para perempuan juga punya daya dan peran di dalamnya.” Tegas Ririn Agustinah, salah satu penggerak Perempuan Brantas yang juga koordinator grup gejok lesung Guyub Rukun.
Pementasan akan melibatkan sekitar 65 perempuan dan menyajikan tema cerita kehidupan masyarakat pedesaan dengan lakon cerita kegiatan warga desa dari pagi sampai tengah malam. Pementasan ini akan penuh dengan pitutur atau pesan kebaikan seperti semangat gotong royong, kebersamaan, toleransi, penghormatan akan lingkungan, dan saling menghargai.
“Kehidupan di pedesaan penuh dengan nilai-nilai kebaikan yang perlu terus digaungkan dan dilestarikan. Kami mengucapkan terima kasih atas bantuan yang diberikan pemerintah melalui BPK Wilayah XI” ujar Tutuk Yulistariningtyas yang merupakan koordinator grup hadroh dan samroh Rahmatan Lil Alamin.
Dengan dukungan ini, maka akan memberikan banyak dampak baik misalnya meningkatkan semangat, raca percaya diri, serta kebanggaan bagi para Perempuan Brantas. Selain itu tentunya juga bisa meningkatkan kapasitas mereka dalam pengelolaan pementasan seni budaya yang berkualitas. Pementasan ini tentu diharapkan menjadi sarana tontonan dan tuntunan bagi masyarakat desa yang menyaksikannya dan menginspirasi para penonton untuk terus ikut dalam pelestarian seni dan budaya setempat.
Wayang adalah salah satu seni budaya luhur yang jika ditarik sejarah konon bermula dari tradisi wayang beber zaman Kerajaan Majapahit. Wayang kemudian berkembang ke berbagai daerah lain dengan penggunaan media yang makin beragam baik itu kulit, kayu, atau lainnya. Wayang selama ini menjadi tontonan sekaligus tuntunan karena di tiap pementasannya selalu membawa cerita dengan nilai-nilai nasehat atau pitutur.
Adalah di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang yang baru-baru ini mengembangkan kreasi wayang baru yang disebut Wayang Brantas. Wayang Brantas adalah wayang klithik atau terbuat dari kayu dan kharakter atau tokoh-tokohnya adalah warga pedesaan seperti petani, guru, ustadz, ibu rumah tangga. Tidak hanya manusia, kharakter dalam Wayang Brantas juga berupa tumbuh-tumbuhan atau flora, hewan atau fauna bahkan bangsa makhluk halus seperti pocong dan wewe gombel. Nama Brantas sendiri diambil karena Desa Ngogri merupakan desa di tepian Sungai Brantas dimana sungai ini memegang peran penting bagi kehidupan di desa tersebut.
“Wayang Brantas ini memang dibuat untuk bisa mencerminkan kehidupan masyarakat desa. Begitupun cerita yang diangkat, adalah cerita kehidupan sehari-hari di pedesaan.” jelas Mas Lahir Jaka, koordinator Wayang Brantas.
Dipilihnya wayang klithik dan juga tema pedesaan ini agar lebih menarik bagi warga desa dan diharapkan meningkatkan antusiasme mereka untuk melihat wayang ini. Sejatinya pertunjukan wayang di Desa Ngogri telah lama mati suri. Terakhir bisa dibilang ada di tahun 1990-an dimana pertunjukan wayang kulit diselenggarkaan untuk tujuan ruwatan. Setelah itu, tidak ada pertunjukan wayang sama sekali. Sama halnya dengan pertunjukan wayang pada umumnya, Wayang Brantas juga terdiri dari tim seperti dalang, niyaga atau penabuh gamelan, serta sinden.
Wayang Brantas ini diharapkan juga meningkatkan kreativitas warga yang bergabung di dalamnya untuk terus menggali cerita-cerita unik khas pedesaan dengan kearifan lokalnya.
“Saat ini sudah ada sekitar lebih dari 20 cerita Wayang Brantas yang kami kembangkan. Pastinya akan terus bertambah ke depannya.” tutur Cak Toso, salah satu anggota tim Wayang Brantas.
Dalam usianya yang relatif muda, Wayang Brantas telah berkesempatan tampil di Pasar Brantas tepatnya saat kunjungan penjurian Lomba Kreasi dan Inovasi (Krenova) Bappeda Kabupaten Jombang. Dalam ajang ini, Pasar Brantas berhasil menjadi juara 2 kategori umum/ UMKM/ wiraswasta. Wayang Brantas sendiri merupakan bagian dari ekosistem Pasar Brantas.
“Kami juga akan tampil pada acara sedekah desa Ngogri hari Minggu, 23 Juni mendatang. Selain itu, tentu kami siap jika diundang ke berbagai acara di daerah lain di luar desa kami.” kata Cak Muhcklisin, anggota tim Wayang Brantas.
Adanya Wayang Brantas ini diharapkan makin memperkaya khasanah seni dan budaya khususnya di pedesaan tepian Sungai Brantas. Serta tentunya membawa kemanfaatan bagi masyarakat di sekitarnya.
Halo Rek! Memasuki bulan Ramadhan 1445 H. Pasar Brantas diselenggarakan dengan cara yang berbeda. Pertama, acara ini diadakan 2 kali yakni hari Minggu, 24 Maret 2024 dan Minggu, 31 Maret 2024. Waktu pelaksanaan juga digeser dari awalnya pagi ke siang menjadi siang ke sore. Nah ada beberapa event menarik yang diadakan di gelaran ini salah satunya adalah pelaksanaan lomba-lomba Islami.
Lomba Tartil
Lomba ini diadakan pada Minggu, 24 Maret 2024. Terbuka untuk umum dan gratis, lomba ini bertujuan untuk mendorong rasa cinta masyarakat kepada Al Qur’an, mendorong giat baca Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari beserta pelaksanaan ajaran di dalamnya, dan juga meningkatkan daya saing anak-anak lewat lomba ini. Peserta adalah anak-anak usia SD/ MI baik laki-laki atau perempuan, dan terbuka baik mereka yang berasal dari Desa Ngogri maupun luar desa. Peserta boleh memilih beberapa surat pendek untuk dibaca saat lomba. Surat pendek itu adalah Adh Dhuha, Al Humazah, Al Kafirun, Al Qoriah, dan Al Zalzalah. Adapun peserta akan dinilai dari beberapa kriteria seperti kejelasan dan kemerduan suara (30%), ketepatan tajwid (40%), sikap dan penjiwaan (15%), serta kerapihan busana (15%). Lomba berlangsung dengan penuh antusias dan akhirnya dipilih 3 orang juara yang mendapatkan berbagai hadiah seperti piala, piagam, merchandise, uang tunai, dan keping Pasar Brantas.
Lomba Pujian
Lomba ini diadakan pada Minggu, 31 Maret 2024 dan bertujuan untuk membuka pengetahuan dan pemahaman akan aneka ragam atau jenis pujian yang ada khususnya di Ngogri dan umumnya di Jombang, mendorong adanya pembelajaran akan aneka ragam atau jenis pujian yang ada khususnya di Ngogri dan umumnya di Jombang, melestarikan aneka ragam atau jenis pujian yang ada khususnya di Ngogri dan umumnya di Jombang, mendorong dibunyikannya aneka ragam atau jenis pujian khususnya yang tradisional di masjid dan musholla di Ngogri, dan meningkatkan daya saing anak-anak lewat lomba ini. Lomba ini terbuka untuk anak-anak laki-laki usia SD/ MI, baik yang berasal dari Ngogri maupun luar negeri. Peserta bebas memilih 2 pujian yang akan dilantunkan atau dibunyikan dari beberapa pujian berikut Do’a untuk Orang Tua (Allahumaghfirli dzunubi), Eman Temen Wong Kang, Iyun-Iyun, Ojo Enak-Enak Turu Ning Kasur, dan Tombo Ati. Ragam pujian dan contoh rekaman video/ suara pujian yang bisa diakses di sini: https://s.id/lombapujianpasarbrantas.
Peserta dinilai berdasarkan beberapa kriteria seperti kejelasan suara (30%), kemerduan suara (30%), sikap dan penjiwaan (25%), dam kerapihan busana (15%). Lomba ini juga berlangsung dengan penuh antusias dan akhirnya dipilih 3 orang juara yang mendapatkan berbagai hadiah seperti piala, piagam, merchandise, uang tunai, dan keping Pasar Brantas.
Selain itu, ada juga penampilan dari ibu-ibu dan mbak-mbak yang jadi anggota grup hadroh Rahmatan Lil Alamin. Ini adalah pertama kali grup ini tampil di depan umum setelah giat berlatih sejak awal tahun 2024 dimana grup ini dibentuk. Salut untuk ibu-ibu yang tampil dengan percaya diri juga kompak menghibur semua orang yang ada di Pasar Brantas.
Terima kasih juga untuk seluruh peserta lomba dan orang tua yang mendampingi. Serta tentunya untuk seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan Pasar Brantas dan pengunjung semua. Sampai jumpa di Pasar Brantas Minggu Kliwon, 28 April 2024 edisi spesial peringatan Hari Kartini sekaligus Hari Bumi. Akan ada lomba baca puisi Hari Kartini untuk ibu-ibu atau mbak-mbak usia non sekolah. Serta sharing tentang pengelolaan sampah berbasis rumah tangga yang akan menghadirkan pembicara dari Sanggar Hijau Indonesia. Monggo datang dan ramaikan!
Halo Rek! Semoga kalian semua selalu dalam keadaan baik, sehat, dan bahagia. Senang sekali akhirnya Njombangan bisa melaksanakan inisiatif untuk mendokumentasikan ragam pujian terutama yang ada di Dusun Ngogri, Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur. Pujian adalah lantunan kalimat dalam Bahasa Arab, Bahasa Jawa, Bahasa Indonesia atau campuran dari bahasa tersebut yang dilakukan setelah adzan dan sebelum iqomat. Pujian ini menjadi salah satu bentuk budaya/kebiasaan dan kearifan lokal dari banyak masyarakat seperti masyarakat Dusun Ngogri. Tidak hanya di sini, pujian juga umum ditemukan di daerah pedesaan Jawa Timur, Jawa Tengah, dan sekitarnya. Namun mungkin ada beberapa persamaan dan ada perbedaan antara daerah satu dengan lainnya.
Melestasikan pujian ini sangat penting karena pujian mengandung banyak nasehat atau pengingat atau pitutur yang syarat akan nilai-nilai kebaikan. Pujian pun ada aneka rupa dan ragam baik yang pujian lama maupun pujian baru. Pelestarian budaya atau kebiasaan bertutur di banyak daerah menghadapi kendala yang serupa atau serupa tapi tak sama, sebagai berikut:
Begitu juga dengan pujian di Dusun Ngogri, maka penting untuk melakukan pendokumentasian sehingga pujian ini bisa terus “hidup” serta bisa dipelajari secara lestari antara generasi satu ke generasi berikutnya. Kegiatan Dokumentasi Ragam Pujian ini adalah inisiatif sudah terbersit sejak lama.
Syukurnya di akhir 2023, akhirnya ide ini bisa terwujud. Kegiatan ini akhirnya menghasilkan Hasil Dokumentasi Ragam Pujian di Masjid & Musholla di Dusun Ngogri, yang bisa menjadi acuan semua orang. Kegiatan ini melibatkan belasan orang kontributor dan relawan yang mewakili 3 musholla dan masjid di Dusun Ngogri yakni Musholla Nurul Jannah, Musholla Al Ikhlas, Musholla Al Amir, dan Masjid Besar Nuruddin. Kegiatannya sendiri dilakukan di Masjid Besar Nuruddin.
Salah satu temuan menarik adalah ada beberapa pujian yang memiliki lebih dari 1 versi. Akhirnya terdata ada lebih dari 30 pujian dengan pitutur yang sangat menarik dan arti yang mendalam. Beberapa mungkin belum ada judul pujian secara resmi sehingga kami inisiatif untuk memberikan judul sendiri. Lebih penting lagi, semoga ke depannya ada kemauan dan pembelajaran pujian, terutama pujian versi lama, bagi generasi pemuda dan remaja. Pembelajaran yang bisa dimulai dari skala ruma h, sekolah, atau taman pendidikan agama/ Al Qur’an.
Njombangan mengucapkan terima kasih kepada Bapak-Bapak, Mas-Mas, dan Adek-Adek yang terlibat dalam kegiatan ini. Sebaik ingatan saya, bahwa kegiatan ini adalah kegiatan yang pertama kali dilakukan di Dusun Ngogri. Kami melihat antusiasme sekaligus rasa grogri dari pihak yang terlibat dalam kegiatan ini. Wajar sekali untuk hal dan pengalaman pertama. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada tim panitia yang telah membantu persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut kegiatan ini.
Sungguh apreasiasi karena teman-teman mau dan mampu menindaklanjuti ide yang awalnya sangat abstrak ini. Dokumentasi serupa perlu dilakukan di lain waktu dengan tujuan untuk bisa menjaring makin banyak pendataan ragam pujian. Serta tentunya adalah untuk menguatkan rasa memiliki atas tradisi pujian yang tidak ternilai harganya ini. Silahkan kontak kami apabila ada masukan dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga kegiatan ini bisa bermanfaat dan menjadi berkah bagi banyak orang.
Hasil Dokumentasi Ragam Pujian bisa diakses di sini.
Terima kasih.