.Setelah melewati berbagai proses yang panjang dalam ajang lomba Kreativitas dan Inovasi Kabupaten Jombang Tahun 2023, akhirnya Njombangan mendapatkan peringkat atau juara 2. Lomba yang diadakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jombang ini bertujuan untuk menggalang munculnya ide-ide segar lintas bidang dan sektor sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Jombang. Lomba ini dibagi menjadi 2 kategori yakni Kategori Perangkat Daerah dan Kategori Masyarakat.
Njombangan mengangkat tema Njombangan Messem (Njombangan Mewujudkan Ekosistem Seniman dan Seniwati yang Madani). Tujuan dari ide ini adalah untuk mewujudkan ekosistem yang memungkinkan tersalurkannya kreativitas seniman dan seniwati sehingga mereka memiliki tata kelola yang lebih baik, sumber penghidupan yang lebih baik, dan kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan seni dan budayanya.
Njombangan sendiri telah secara konsisten sejak 2017 melakukan berbagai kegiatan baik yang sifatnya online maupun offline. Kegiatan tersebut antara lain Parikan Njombangan, Jombang Sambang Sedulur, Jombang Heritage Walk, Njombangan Giveway, dan lainnya. Selain itu, Njombangan juga punya 3 grup seni budaya yakni Jaranan New Kuda Purnama, Karawitan New Kuda Purnama, dan Gejok Lesung Guyub Rukun. Grup ini selain bisa membuka wadah bagi anggotanya untuk berkreasi juga membuka peluang rejeki bagi mereka.
Njombangan Messem bisa dibilang inisiatif berbasis seni budaya pertama yang meraih juara dalam penyelenggaraan ajang serupa selama beberapa tahun ini. Penyerahan hadiah dilakukan di Gedung Bappeda, Jombang Kota. Penghargaan berupa piala, sertifikat, dan plakat diserahkan langsung oleh Bupati Jombang, Bu Mundjidah Wahab. Tim Njombangan diwakili oleh Mbak Ayla Rohma – Program Manager Njombangan, Bu Agus Lishartitik – Kepala Desa Ngogri, dan Mas Yoyok Budi Utomo – Penggerak New Kuda Purnama.
Adapun daftar lengkap juara adalah sebagai berikut:
“Kami bersyukur bahwa Njombangan bisa meraih juara dua dalam ajang Krenova Kabupaten Jombang Tahun 2023. Secara skor memang bedanya sedikit sekali dengan juara pertama namun ini tidak mengurangi rasa syukur, semangat, dan apresiasi kami bagi seluruh pihak yang telah mendukung suksesnya partisipasi Njombangan dalam ajang ini.” Kata Mbak Ayla Rohma.
Selain penyerahan penghargaan, juga ada acara ramah tamah dan makan siang bersama. Selain itu ada juga hiburan musik gamelan kontemporer yang disajikan oleh Mojoagung Gamelan Heritage.
ISemoga atas raihan juara Njombangan ini bisa menjadi berkah serta membuka peluang-peluang lainnya bagi keluarga besar Njombangan, seniman-seniwati Jombang, dan masyarakat Jombang umumnya.
Jombang – Sebagai salah satu wilayah yang pernah jadi wilayah kekuasaan kerajaan besar di masa kuno, Kabupaten Jombang menyimpan sejumlah peninggalannya. Terutama yang berupa prasasti.
Beberaa prasasti itu, masih tersimpan rapi di tempat asalnya. Namun, ada juga yang telah dipindahkan untuk alasan keamanan. Ada juga yang kondisinya telah rusak dan terlupakan seiring waktu.
1. Prasasti Poh Rinting
Candi Glagahan saat ditemukan dan dieksvasi BPCB sekitar tahun 1980 (ANGGI FRIDIANTO/JAWA POS RADAR JOMBANG)Kamu mungkin asing dengan prasasti ini Ya, prasasti Poh Rinting adalah salah satu prasasti yang ditemukan di Desa Glagahan, Kecamatan perak. Lokasi penemuannya, juga berada di sebuah bangunan candi.
Lokasinya, berada di belakang sebuah rumah warga. Candi ini, ditemukan di era 1980an. Namun empat tahun setelah diekskavasi, atau 1985, situs ini kemudian diuruk kembali oleh BPCB Jawa Timur.
Dalam penggalian itu jugalah, ditemukan sebuah prasasti yang disebut prasasti Poh Rinting. Prasasti ini, berangka tahun 825 Saka atau tahun 929 Masehi. Isinya, berisi tentang penetapan kawasan di mana prasasti itu ditemukan sebagai daerah sima atau daerah bebas pajak karena adanya bangunan suci. Prasasti ini, kini telah diamankan di museum Trowulan untuk kepentingan keamanan.
2. Prasasti Tengaran / Prasasti Geweg
Prasasti ini, memang ditemukan di Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan. Lokasinya, berada di tengah sawah. Kini, lokasinya berada tepat di pinggir Tol Jombang-Mojokerto. Prasasti ini, juga berbentuk seperti nisan, bentuknya tablet batu andesit gepeng dengan ujung runcing.
Di dalam prasasti berangka tahun 857 saka atau 935 Masehi ini, dijelaskan jika wilayah Geweg yang saat ini adalah wilayah tengaran, ditetapkan sebagai daerah sima atau daerah bebas pajak oleh Mahamantri Mpu Sindok Sang Sri Iṡanatunggadewa (Mpu Sindok) bersama Rakyan Sri Parameswari Sri Wardhani Kbi Umisori (Dyah Kbi) sang permaisuri. Penetapan sima itu, berhubungan dengan masyarakat geweg yang dinilai berjasa bagi kerajaan karena membantu mencari dan menemukan putri raja.
Saat ditemukan, prasasti ini terpendam sedalam 40 sentimeter. Namun, beberapa tahun lalu proses pengangkatannya sudah dilakukan. Kini, bagian lapik atau dasar prasasti hingga bagian bwah prasasti sudah berhasil ditampakkan sepenuhnya.
3. Prasasti Gurit / Prasasti Munggut
Prasasti ini, berada di Dusun Sumber Gurit, Desa Katemas, Kecamatan Kudu. Lokasinya, berada di halaman rumah Badri, yang kini juga jadi juru pelihara situs ini. Bentuknya, sebuah tablet batu besar dengan ujung runcing. PRasasti ini, bentuknya sangat terawat, meski beberapa huruf di dalamnya sudah aus dan tak terbaca.
Dalam batu ini, tertulis juga sejumlah kata beraksara jawa kuno. Dari enskripsi yang telah terbaca, prasasti ini berangka tahun 944 Saka atau 1022 Masehi. Laiknya prasasti lain, prasasti ini juga berisi tentang penetapan daerah sebagai daerah bebas pajak atau daerah sima. Yang membuatnya adalah Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan Daerah yang ditetapkan sebagai sima itu, adalah desa bernama Munggut, yang kini lokasinya berada di Desa Cupak, Kecamatan Ngusikan.
4. Prasasti Grogol (Kusambyan)
Prasasti ini, ditemukan di area persawahan milik PT. Intelen, tepatnya di Dusun Grogol, Desa Katemas, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang. Akses jalan menuju prasasti adalah jalan setapak, dari jalan desa sekitar 500 meter. Kondisi prasasti ini, juga sudah rusak dan terbelah menjadi 9 bagian.
Prasasti Grogol, juga disebut sebagai Prasasti Kusambyan karena berisi tentang wilayah Kuno bernama Kusambyan yang dijadikan wilayah sima atau wilayah bebas pajak oleh Sri Maharaja. Di prasasti ini, juga disebutkan nama tokoh Rahyan Iwak, yang diduga merupakan tokoh yang sangat berpengaruh di Kusambyan. Kemdikbud dalam webnya menjelaskan, prasasti ini berangka tahun 1037 Masehi atau dibuat dalam era Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan.
Di antara empat prasasti itu, mana yang sudah pernah kamu kunjungi? (riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
Jombang – Selain wisata religi sebagai unggulannya, Kebupaten Jombang, Jawa Timur juga memiliki beberapa landmark yang bisa jadi alternatif wisata. Bahkan, seluruhnya gratis dan murah meriah.
Lokasi-lokasi ini juga cocok untuk wisata keluarga, muda mudi, sekadar nongkrong ataupun wahana bermain untuk anak-anak, ditambah suasana asri, pasti bikin kamu makin nyaman.
1. Alun-alun Jombang
Alun-alun Jombang terletak tepat di depan Pendopo Kabupaten Jombang. Pengunjung luar kota, juga bisa menjangkaunya dengan mudah karena lokasinya berada tepat di dean Staiusn Jombang atau pinggir Jl Basuki Rahmad.
Wahana ini, kini semakin banyak diminati para pengunjung setelah disediakan berbagai wahana playgroung untuk anak. Selain tempatnya bersih, juga luas sehingga anak anak bisa bermain sepuas mereka. Dan yang pasti, seluruhnya bisa dinikmati secara gratis, tanpa tiket masuk.
Karena lokasinya terbuka, pastikan tidak berkunjung saat hujan ya. Atau kalau nggak mau kepanasan bisa memilih waktu saat malam atau dore hari. Dijamin suasananya makin ciamik dengan temaram lampu yang disiapkan pengelola di sana.
2. Kebon Rojo
Kebon Rojo, juga salah satu landmark Jombang yang bisa jadi solusi healing tipis-tipis. Berlokasi di Jantung kota atau pinggir Jl KH Wahid Hasyim, taman ini bahkan sudah terkenal sejak era kolonial lho.
Selain taman dan sejumlah fasilitas bermain dan olahraga, pecinta kuliner juga bakal dimanjakan di sini. Pengunjung bisa menikmati segarnya taman sekaligus menghabiskan waktu quality time bersama keluarga di taman Kebon Rojo. Ada banyak pujasera yang menyediakan berbagai macam makanan murah disana. Mulai aneka minuman, makanan ringan hingga makanan berat. Anak anak juga bisa bermain di taman Kebon Rojo.
3. Pasar Mojoagung
Seperti namanya, pasar ini memang terletak di Kecamatan Mojoagung. Sekitar 15 kilometer di timur pusat Kabupaten Jombang. Landmark ini, memang terlihat biasa saja di siang hari. Namun, saat malam datang, gemerlap lampu pedagang dan penyedia wahan bermain anak membuat tampilan pasar ini makin ciamik.
Setiap malam datang, halaman depan pasar ini memang jadi wahan bermain. Tak hanya itu, sejumlah pedagang makanan ringan, warung kopi hingga makanan berat juga terseida di sini. Pastikan juga bawa payung saat akan berkunjung di musim hujan ya, karena kebanyakan stand pedagang merupakan stand terbuka.
4. RTH Kebonratu
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kebonratu cocok jadi jujugan keluarga yang ingin healing di kawasan kota. Taman ini berada di pinggir Jalan Nasional Soekarno Hatta Keplak Sari, Kecamatan Peterongan. Lokasinya juga dekat dengan taman Tirta Wisata dan Terminal Kepuhsari Jombang.
Terletak di pinggiran kota, RTH ini memiliki keunggulan dari sisi arealnya yang sangat luas. di dalam taman, terdapat juga banyak wisata yang cocok untuk sekadar nongkrong, bersantai dan bermain bersama keluarga. Yang paling penting, tiket masuknya juga ) rupiah, alias gratis sepenuhnya. (ang/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Di Dusun Bedander, Desa Sumbergondang, Kecamatan Kabuh, terdapat sumur yang dikeramatkan warga sekitar. Sumur itu diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit 1319 M.
”Pada waktu itu ada pemberontakan Rakuti sehingga memaksa Kerajaan Majapahit untuk mengamankan Raja Jayanegara ke tempat yang aman,” ujar Sambang salah seorang tokoh masyarakat. Konon, sumur itu digunakan Raja Jayanegara untuk mandi.
Dikatakannya, Dusun Bedander ini diyakini menjadi tempat persembunyian Raja Jayanegara. Banyak situs atau prasasti yang ditinggalkan, salah satunya sumur tersebut. ”Sumur itu sekarang dinamai Sumur Bujo,” katanya.
Sumur yang berada di tengah permukiman itu dikelilingi pagar khas kerajaan berwarna merah. Terdapat banyak batu-batu atau lumbung di sekitar prasasti. ”Sumur ini tidak pernah surut. Dulu desa sebelah (Desa Jatibanjar, Red) kesulitan air ya mengambil air di sumur bujo,” ungkap dia.
Tak hanya itu, sumur peninggalan Kerajaan Majapahit juga sering digunakan ritual khusus untuk warga sekitar. ”Biasanya kalau warga mau menggelar hajatan atau akan menikah, datang ke sumur tersebut,” bebernya.
Sementara itu, Iswandi Sekretaris Desa Sumbergondang, menambahkan warga tidak pernah merasakan hal aneh atau penampakan di sekitar sumur bujo. Akan tetapi, tempat tersebut tetap dikeramatkan warga sampai sekarang. ”Biasanya sedekah desa, ke sumur itu untuk mencari keberkahan,” pungkas dia. (yan/bin/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Momentum hari tari sedunia diperingati dengan cara unik di Kabupaten Jombang, Sabtu (29/4). Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang (P dan K) mengadakan tari masal yang diikuti ratusan pelajar di Stasiun Jombang. Aksi tersebut menarik perhatian penumpang.
Tari masal berlangsung pukul 10.15 sebelum kereta lewat. Para penari pelajar menyuguhkan beberapa tarian tradisional khas Jawa Timur kepada para penumpang dan pengunjung di Stasiun Jombang.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang, Senen, menjelaskan, aksi tari memperingati hari tari sedunia tersebut baru pertama kali ini dilaksanakan. ’’Kegiatan ini untuk memperingati hari tari sedunia. Kita laksanakan di ruang publik seperti ini, agar lebih dikenal masyarakat,’’ kata Senen didampingi Kabid Kebudayaan, Dian Yunitasari.
Dengan diajak tampil di ruang publik, para pelajar akan lebih percaya diri menampilkan bakatnya. ’’Ini sekaligus untuk mengenalkan jenis tarian tradisonal kita kepada masyarakat. Sehingga, seni tari lebih dikenal dan dapat semakin dilestarikan,’’ tambahnya.
Total ada 100 penari dari SD, SMP dan SMA yang tampil. ’’Dengan kegiatan ini, kita berharap anak-anak lebih cinta terhadap seni tari,’’ ungkapnya.
Sementara itu, Deputy Vice Presiden PT KAI Daop 7 Madiun, Irene Margareth Konstantine, yang menyaksikan aksi tari di Stasiun Jombang mengaku terpukau. ’’Kami sangat terbuka dengan kegiatan seperti ini. Pada prinsipnya, ruang publik bisa digunakan seluruh elemen masyarakat,’’ jelasnya. (ang/jif/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Momen libur lebaran membuat kawasan wisata religi makam Gus Dur ramai didatangi peziarah. Sambil anjangsana ke kerabat, banyak warga mampir berziarah ke kompleks pemakaman yang terletak di kompleks Ponpes Tebuireng ini.
Seperti terpantau Minggu (30/4) kemarin. Tampak ribuan peziarah keluar masuk kompleks makam. Tidak hanya warga lokal Jombang, namun peziarah juga banyak berdatangan dari luar kota.
M Sobirin, 34, salah satu peziarah asal Kabupaten Bojonegoro. Ia datang berziarah bersama kelompok pengajian. ”Setiap kali libur panjang seperti ini atau hari hari besar Islam, sering ke sini bersama rombongan pengajian,” ujar dia ditemui Jawa Pos Radar Jombang usai ziarah, kemarin.
Ia mengaku, tujuan berziarah agar lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq dan meneladani para ulama. ”Ya mendekatkan diri kepada Allah SWT serta meningkatkan iman juga,” jelas dia.
Sementara itu, Teuku Azwani salah satu pengurus pondok menerangkan, tren kunjungan peziarah sudah mulai meningkat sejak H+5 Lebaran lalu. Sampai saat ini, tren peziarah terus meningkat. ”Benar, mulai meningkat sejak Jumat lalu,” ujar dia.
Dalam sehari, ia menyebut jumlah peziarah rata-rata berkisar 3.000 orang. ”Ini juga bertepatan sebelum anak sekolah kembali masuk pekan depan,” pungkasnya. (ang/naz/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – H+3 Lebaran sejumlah wisata di Jombang terlihat dipadati pengunjung. Wisata Sumber Biru di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, bahkan ramai pengunjung sejak H+2 Lebaran.
Bambang Mutaqin, 35, pengunjung asal Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto mengaku, setiap tahun setelah Lebaran selalu berkunjung ke salah satu wisata di Kecamatan Wonosalam. ’’Kebetulan saya punya saudara di Wonosalam. Jadi setelah silahturahmi saya bersama keluarga menyempatkan wisata,’’ katanya.
Dia sudah dua kali berkunjung ke wisata Sumberbiru. Menurutnya, suasananya sangat menyenangkan. ’’Bisa kuliner diatas sungai,’’ bebernya.
Sementara Ketua Unit Wisata Sumber Biru, Tekad Selamet, mengatakan, wisata Sumber Biru dibuka sejak dua hari setelah Lebaran. ’’Minggu (23/4) itu sudah buka,’’ ungkapnya.
Setiap libur Lebaran, pengunjung jauh meningkat dibandingkan hari-hari biasa. ’’Hampir ratusan pengunjung setiap hari. Biasanya hanya puluhan,’’ jelasnya. (yan/jif/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Jelang hari raya Idul Fitri, pemandangan berbeda terlihat di Alun-Alun Jombang, Jumat (14/4) siang. Petugas Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jombang mempersolek rumput alun-alun dengan pola kotak-kotak ala sarung. Selain elok dipandang, alun-alun menjadi kental akan suasana bulan Ramadan.
”Itu sengaja kita persolek dengan berpola kotak-kotak terinspirasi sarung,” terang Kepala DLH Jombang Miftahul Ulum kepada Jawa Pos Radar Jombang (14/4).
Ia menambahkan, sarung sebagai salah satu kelengkapan alat beribadah umat Islam di nusantara lambat laun menjadikannya, sarung sebagai identitas umat muslim. ”Selain itu konon pada masa kolonial, sarung menjadi identitas bangsa kita sebagai simbol penolakan atas budaya barat yang dibawa penjajah,” imbuhnya.
Sarung di Indonesia, lanjut Ulum, identik dengan motif kotak-kota yang konon memiliki filosofi kehidupan yang dalam. ”Bahwa dalam menjalankan hidup manusia dan ke mana pun arah langkah hidupnya, entah ke kiri ataupun ke kanan, ke atas, ke bawah, ke depan, ke belakang selalu harus lurus sesuai ajaran agama dan nilai-nilai luhur,” singkat Ulum. (fid/naz/riz)
Sarung di Indonesia, lanjut Ulum, identik dengan motif kotak-kota yang konon memiliki filosofi kehidupan yang dalam. ”Bahwa dalam menjalankan hidup manusia dan ke mana pun arah langkah hidupnya, entah ke kiri ataupun ke kanan, ke atas, ke bawah, ke depan, ke belakang selalu harus lurus sesuai ajaran agama dan nilai-nilai luhur,” singkat Ulum. (fid/naz/riz)
Njombangan punya program baru nih namanya Njombangan Promosi. Jadi, selama beberapa
minggu ke depan, kami akan menerima free endorsement (bukan paid promote ya)
bagi kalian yang mau promosi jualan makanan, barang, atau jasa yang berlokasi
di Jombang.
Kami menyadari bahwa di saat pandemi corona saat ini, kita perlu saling mendukung agar bisa kuat dan melewati semuanya. Kami sangat senang jika bisa ikut mempromosikan keberadaan UMKM di Jombang baik produk maupun jasa.
Kalian tidak perlu mengirimkan sampel barang atau tester, tapi cukup siapkan hal-hal berikut:
.
Informasi detail:
Pengusul mengisi data secara lengkap sebagai berikut:
Contoh:
Ketentuan umum:
Silahkan untuk cek FAQ di bawah ini untuk pemahaman lebih lanjut
Pengiriman data:
Whatsapp: 0822-3345-4518 (Stella) – hanya pesan whatsapp
Jam operasional 09.00-14.00 WIB
E-mail: njombangan@gmail.com
.
Yuk bagikan info ini ke teman, orangtua, saudara, atau tetangga yang usahanya perlu dibantu promosi dan kiranya terdampak corona.
Suwun Rek!
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan
Frequently Asked Question (FAQ)
Apakah program ini gratis?
Ya, program ini gratis sepenuhnya dan bisa diikuti siapa saja orang yang berdomisili di Kabupaten Jombang.
Saya orang Jombang tapi domisili dan lokasi usaha di luar Jombang, apakah bisa ikut serta dalam program ini?
Tidak, program ini sekarang masih terbatas untuk mereka yang berdomisili di Kabupaten Jombang saja.
Kenapa ada program ini?
Kami menyadari bahwa keberadaan corona membuat perputaran uang di Jombang menjadi lebih lambat karena banyak kegiatan ekonomi menjadi tersendat atau berhenti sama sekali
Banyak pihak yang terdampak langsung terutama pekerja harian, pedagang atau mereka yang bekerja sifatnya hand-to-mouth (upah hari ini untuk membiayai kehidupan hari ini pula).
Njombangan berinisiatif untuk mempromosikan UMKM di Jombang supaya diketahui oleh khalayak. Kiranya diharapkan akan ada ketertarikan dan terjadi transaksi jual beli antara pembeli potensial dan penjual atau pemilik UMKM itu.
Bagaimana Njombangan membantu?
Dengan cara sederhana yaitu melalui promosi di media sosial milik Njombangan.
Berapa lama program ini berlangsung?
Program akan berlangsung sampai 31 Juli 2020. Program mungkin ada lagi di masa mendatang melihat perkembangan kondisi yang terjadi.
Siapa yang bisa diusulkan?
Siapa saja orang yang memiliki usaha:
Kamu bisa mengusulkan produk mu sendiri atau produk milik teman, keluarga, tetangga atau lainnya – dengan atas persetujuan mereka.
Apakah ini berlaku untuk produk dari Lembaga atau perkumpulan non profit?
Ya, berlaku.
Jika saya mengusulkan produk orang lain, apakah saya butuh persetujuan mereka?
Ya, kamu wajib mendapat persetujuan mereka. Usulan yang diterima Njombangan adalah usulan yang sudah ada persetujuan (consent) dari seluruh pihak terkait. Kami tidak bertanggungjawab jika ada potensi konflik ke depannya atas promosi yang kami lakukan terkait dengan ada tidaknya persetujuan ini.
Jika saya terpilih, berapa kali produk saya akan dipromosikan?
Produk barang atau jasa apa saja yang bisa diusulkan?
Apa saja kecuali produk yang melanggar hukum, ketentuan norma dan etika yang berlaku di masyarakat Jombang, Jawa Timur dan Indonesia.
Contoh produk akan kami tolak seperti produk minuman beralkohol, produk sex, produk perjudian, produk obat-obatan tidak berizin, produk narkotika atau produk atau jasa yang melanggar HAM.
Dimana produk kami akan dipromosikan?
Bagaimana proses seleksinya?
Contoh:
Apa yang dimaksud foto produk?
Foto bisa berupa foto:
Foto adalah punya pemilik usaha sendiri bukan foto orang lain atau asal ambil di internet.
Kamu boleh mengirimkan beberapa foto pendukung untuk bisa kami pilih lebih lanjut.
Apakah boleh mengirim desain poster sendiri?
Tidak karena ada template desain poster dari Njombangan. Kami hanya membutuhkan foto seperti tersebut di atas.
Berapa lama proses seleksi?
Njombangan membutuhkan waktu maksimal 2 hari untuk menyeleksi. Kami akan infokan apakah usulan kami disetujui atau tidak.
Berapa besar kemungkinan saya terpilih?
Sepanjang produkmu adalah produk yang tidak melanggar hukum, norma, dan etika serta data yang kami terima lengkap dan jelas, maka usulanmu besar kemungkinan akan kami setujui.
Siapa narahubung yang bisa dihubungi?
Silahkan kontak:
Stella: 0822-3345-4518 – hanya melayani pesan whatsapp
Silahkan untuk kontak yang bersangkutan dalam jam berikut:
Dimana informasi lebih lanjut terkait program ini bisa saya akses?
Di link website berikut:
Jombang – Cukup banyak industri mebel di wilayah utara Brantas. Seiring berjalannya waktu, para perajin mulai tak hanya memproduksi furniture. Melihat pasar, mereka berinovasi membuat ukiran sketsa wajah yang berbahan kayu jati.
Dari sebuah bangunan kecil yang lokasinya di belakang rumah, Adi Hariono, 25, pemuda Desa Tanjungwadung, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang, memulai bisnisnya. Bermodalkan mesin ukir dan pengalamannya sebagai perajin mebel, Adi mengubah papan kayu jati bekas menjadi kerajinan yang bernilai jual yaitu sketsa siluet.
Bisnis ini sudah ia jalani sejak tiga bulan lalu. Awalnya, dia hanya memproduksi sketsa ukir untuk koleksi pribadi. ”Namun setelah itu, banyak yang minta dibuatkan. Sementara ini permintaan dari warga desa sendiri, dan desa tetangga. Biasanya untuk dipajang di dinding rumah,” kata Adi kepada Jawa Pos Radar Jombang, kemarin (15/3).
Ide tersebut bermula ketika ia jengah dengan banyaknya limbah kayu jati hasil dari perusahaan mebel milik saudaranya. Sebagian besar limbah kayu jati itu hanya digunakan sebagai kayu bakar untuk memasak. ”Saya mencoba memaksimalkan limbah tersebut sebagai kerajinan. Pertama kali saya coba buat sendiri, ternyata banyak peminat,” lanjutnya.
Alasan lain, selama ini Adi kesulitan mendapatkan lapangan kerja yang layak. ”Sekarang susah mencari pekerjaan. Dalam setiap tahun ada begitu banyak lulusan SMA dan perguruan tinggi. Sedangkan lapangan kerja semakin sempit, mencari pekerjaan saja seperti kompetisi,” imbuh Adi.
Atas dasar itu, Adi mencoba berwirausaha dengan mengolah limbah kayu jati untuk produk kerajinan ukiran. ”Awalnya untuk pekerjaan saya sendiri. Tapi mimpi saya, ke depan bisa menyerap dan memberikan peluang pekerjaan untuk teman-teman di desa,” tambahnya.
Untuk membuat ukir sketsa wajah ini, Adi menggunakan limbah kayu jati yang sudah berbentuk papan. Selain jenis kayu jati, untuk jenis sketsa tertentu Adi juga menggunakan kombinasi kayu triplek. ”Proses awal yaitu menyiapkan sketsa wajah yang akan digambar di kayu. Pola sketsa dicetak di kertas,” ujarnya. Setelah itu papan yang akan diukir dipotong sesuai ukuran pemesan.
”Papan biasanya tebal satu sentimeter, tapi bisa juga dua meter. Tergantung permintaan,” tambahnya. Begitu sudah terpotong sesuai ukuran, papan kemudian disambung menggunakan lem kayu. ”Rata-rata permintaan ukuran 50×70 sentimeter. Kadang ada juga yang minta ukuran lebih kecil. Untuk satu sketsa yang ukuran 50×70 biasanya butuh waktu 2 sampai 3 hari,” lanjutnya.
Selain menggunakan mesin, dalam mengukir Adi juga menggunakan alat pahat manual. Mengenai harga, Adi menyebut tergantung ukuran serta permintaan bahan. ”Misalnya sketsa Bung Karno ukuran 50×70 dengan bahan kayu jati sama triplek, saya bandrol dengan harga 300 ribu,” katanya. Sedangkan jika permintaan full kayu jati, Adi menyebut harga bisa lebih mahal lagi. ”Paling mahal 400 ribu,” pungkasnya. (*)
(jo/mar/mar/JPR)
Photo courtesy: Radar Jombang
Article courtesy: Radar Jombang