JOMBANG – Bulan Juni adalah Bulan Bung Karno, salah seorang Pahlawan Proklamator Indonesia. Bulan lahirnya, bulan wafatnya dan juga bulan ketika dia menyampaikan pidato tentang lahirnya Pancasila. Bagi masyarakat Jombang, bukti-bukti persinggungan dan jejak masa kecil Bung Karno dengan kota santri masih terus digali dan dikumpulkan.
Pemerintah Republik Indonesia, telah menganugerahkan gelar pahlawan kepada Ir Soekarno pada 23 Oktober 1986. Kemudian pada 2012, kembali dipertegas dengan gelar Pahlawan Nasional.
Sebagian sudah terangkai kisah keterkaitan sejarahnya di Jombang, khususnya Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso. Termasuk upaya yang sudah dilakukan para pemerhati dan penelusur sejarah dalam mengumpulkan bukti berupa foto dan dokumen tertulis.
Selama ini, baik di buku dan dokumen menyebut tempat lahir Bung Karno di Kota Surabaya. Namun banyak yang meyakini jika Putra Sang Fajar ini sebenarnya lahir di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso. Begitu juga waktu kelahirannya tertulis 6 Juni 1901, ternyata ada juga dokumen yang sudah ditemukan menulis 6 Juni 1902.
Salah satu pemerhati sejarah Jombang yang tertarik menelusuri jejak Bung Karno di utara Brantas ini adalah Binhad Nurohmat. Menurutnya, kejelasan tempat (locus) dan lokasi rumah lahir Presiden Pertama Indonesia ini sangat penting. “Saya sejak empat tahun lalu sudah mulai serius menggali dan mengumpulkan bukti-bukti,” katanya.
Kondisi rumah yang pernah ditinggali keluarga Bung Karno di Rejoagung, sekarang memang sudah tidak utuh lagi. Hanya tinggal pondasi. Berbeda sebelum 2010 lalu, kondisi rumah masih berdiri utuh. Sayang, karena kurang perawatan, akhirnya lapuk dan roboh total. Beberapa tahun terakhir, mulai dirintis kembali untuk merawat rumah lahir Bung Karno.
Bahkan jika memungkinkan akan dibangun ulang. Hanya saja, karena kepemilikannya bukan atas nama pemerintah, maka niat itu belum bisa terlaksana. Sementara ini, lanjutnya, hanya bisa mengadakan kegiatan-kegiatan insidentil di bekas rumah tersebut.
Salah satu bukti yang mendukung jika bayi Kusno (nama kecil Bung Karno, Red) dilahirkan oleh Ida Ayu Nyoman Rai Srimben di rumah Rejoagung Ploso adalah kedekatan rumah tinggal dengan lokasi sekolah tempat R Soekeni Sosrodihardjo, ayah Bung Karno mengajar. Saat itu, ayah Bung Karno menjadi Mantri Guru di Tweede Inlandsche School (IS/Sekolah Pribumi) Ploso, sejak 28 Desember 1901. Sekolah itu juga populer dengan sebutan Sekolah Ongko Loro.
Sayangnya, saat Binhad mencoba mencari keberadaan sekolah itu, kondisinya sudah tak terawat. Sebagian besar ambruk dan hancur di berbagai sudut.
Ada pula pengakuan putri Bung Karno, Sukmawati Soekarno Putri kepada Kuswartono, cucu ayah angkat Bung Karno (RM Soemosewojo) 2010 lalu. Sukmawati memberitahu Kuswartono, jika Bung Karno sebenarnya lahir di Jombang.
Namun, Sukma tidak menyebutkan secara spesifik di Jombang bagian mana. Salah satu yang mengetahui pengakuan itu Wiji Mulyo Maradianto alias Dian Sukarno, penelusur sejarah Jombang. “Saya bersama Mas Kuswartono saat itu menemui Mbak Sukma di acara Haul Bung Karno di Blitar,” katanya.
Sementara itu, Kuswartono menjelaskan, selain Sukmawati Soekarno Putri yang menyebutkan jika Bung Karno lahir di Jombang. Putri Bung Karno lainnya, Rahmawati Soekarno Putri pun pernah menyampaikan hal yang sama. Saat itu, Rahmawati sedang berkunjung ke Ponpes Majma’al Bahroin Shiddiqiyyah Losari Ploso 2019. “Bahkan Mbak Rahmawati waktu itu bilang ke saya jika Bung Karno memang lahir di PlosoJombang,” ungkapnya.
Hal itu semakin menguatkan keyakinan jika rumah tempat lahir Bung Karno benar-benar ada di Rejoagung Ploso. Selain itu, beberapa orang yang ditemui Kuswartono di sekitar rumah tempat lahir Bung Karno juga membenarkan. Ada beberapa kisah yang didapatkan dari orangtua atau kakeknya yang mendukung kebenaran tersebut.
Dokumenyang Sudah Ditemukan
SAMPAI saat ini, beberapa dokumen pendukung yang sudah ditemukan di antaranya potongan Buku Induk atau rapor Bung Karno saat mendaftar kuliah di Technische Hogeschool (THS) Bandung.
Di lembaran itu tertulis tanggal lahirnya 6 Juni 1902. Namun, tempat lahirnya di Surabaya. Nama ayah R Sosrodihardjo, pekerjaan ayah pendidik di Blitar (mengajar di Normaal School Blitar). Nama ibu Ida Nyoman Aka. Asal sekolah Hoogere Burgerschool (HBS) Surabaya. Tanggal pendaftaran 10 Juni 1921. Tanggal masuk kuliah 1 Juli 1921. Fakultas yang diambil Jalan dan Pengelolaan Air.
Kemudian dokumen lain adalah tulisan tangan Bung Karno sendiri di formulir pendaftaran untuk pendataan yang dilakukan oleh Gunseikanbu Jepang 1943 silam. Data-data itu nanti dibukukan oleh Gunseikanbu Jepang dengan judul Orang Indonesia yang Terkemuka di Jawa. Penjajah Jepang membagi dalam klasifikasi profesi. Misalnya tokoh politik, ulama, sosial, dan lain-lain.
Nah, yang menarik Bung Karno menuliskan riwayat pendidikannya. Memang benar, saat usia sekolah dasar berada di PlosoJombang. Jadi, Bung Karno menempuh pendidikan dasarnya di Inlandsche School/IS Ploso lulus tahun 1909.
Kutipan sesuai asli tulisan Bung Karno itu berbunyi:
Moela-2 sekolah desa di Ploso/Djombang. Kemoedian sekolah kelas II di Sidhoardjo. Kemoedian sekolah kelas I di Modjokerto. Kemoedian Europeesche Lagere School di Modjokerto. Diploma tahoen 2576. H.B.S Soerabaja. Diploma KE tahoen 2581.
Dari dua dokumen temuan ini bisa disimpukan riwayat jenjang pendidikan yang pernah ditempuh Bung Karno. Mulai Inlandsche School Ploso, Inlandsche School Sidoarjo, dan Hollandsch Inlandsche School I (HIS) Mojokerto 1914. Saat kelas 5 naik kelas 6, pindah ke ELS Mojokerto. Karena dari ELS bisa ke HBS Surabaya.
Kemudian, Europeesche Tweede Lagereschool (ELS) Mojokerto 1915. Klein Ambtenaars Diploma Soerabaja/Diploma lulus 1915. Hoogere Burgerschool V (HBS) Surabaya lulus 1921. Technische Hogeschool (THS) Bandung, masuk 10 Juni 1921 kemudian lulus 1926. (fai/bin/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.