Pasar Brantas pada Minggu, 10 Desember 2023 lalu terlihat berbeda dengan adanya banyak anak-anak usia TK/ RA dan ke bawah yang ikut serta dalam Lomba Mewarnai Pasar Brantas bertema Pemandangan Desa. Lomba ini bisa diikuti oleh siapa saja yang usia TK/ RA atau ke bawah secara gratis baik yang berasal dari Desa Ngogri maupun di luar Desa Ngogri.
Lomba ini bertujuan antara lain:
Panitia menyediakan kertas mewarnai namun peserta perlu membawa pensil warna/ spidol/ crayon juga meja lipat sendiri. Dengan waktu sekitar 90 menit, peserta bebas berekspresi dan menuangkan kreativitasnya dalam bentuk warna-warni di kertas mewarnai yang disediakan. Peserta terlihat antusias mengikuti acara tersebut.
Karya peserta dinilai dari beberapa aspek yakni kerapihan yang berbobot 30%, kombinasi warna yang berbobot 30%, dan keindahan & kreativitas yang berbobot 40%.
“Saya senang sekali bisa terlibat dalam lomba ini. Lomba ini adalah lomba pertama yang diadakan Pasar Brantas dan saya harap bisa memberikan manfaat terutama untuk menyalurkan bakat anak-anak yang jadi peserta.” kata Faizatul Rohma, narahubung Lomba Mewarnai Pasar Brantas.
Para pemenang mendapatkan hadiah berupa piala, uang tunai, uang keping Brantas, piagam penghargaan, serta merchandise. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu pelaksanaan lomba ini. Terima kasih untuk seluruh peserta termasuk orang tua yang mendampingi mereka. Juga tentunya selamat untuk seluruh pemenang.
Seluruh karya pemenang akan disimpan oleh Panitia Pasar Brantas dan Njombangan untuk tujuan dokumentasi serta publikasi di kemudian hari. Kami berencana untuk memamerkan karya ini jika ada kesempatan yang memungkinkan.
Salam Pasar Brantas #BanggaCintaiPeduliKaliBrantas
Njombangan bersama dengan Pemerintah Desa Ngogri sukses mengadakan Lomba Opyak Njombangan pada Sabtu, 18 November 2023 di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh. Opyak adalah tradisi masyarakat desa berupa aktivitas ronda malam dengan tujuan menjaga keamanan. Opyak atau di daerah lain dikenal dengan sebutan patrol, dilakukan dengan membunyikan alat seperti kentongan, instrumen gamelan, alat masak, botol atau alat sederhana lainnya.
Masyarakat desa biasanya mengadakan opyak setiap hari pada dini hari dengan berkeliling desa. Mereka membuat jadwal pembagian berdasarkan urutan RT atau pertimbangan lain. Opyak keliling wilayah desa ini selain dengan membunyikan berbagai peralatan itu juga disertai dengan lagu yang dinyanyikan oleh orang-orang yang melakukan opyak ini.
.“Opyak merupakan tradisi masyarakat desa sebagai bentuk nyata gotong royong dan kebersamaan dalam mewujudkan kondisi bersama yang lebih aman, adem ayem, dan rukun. Lomba yang kami adakan bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas warga dan melestarikan opyak.” Ujar Muchdlir Johar Zauhariy, pendiri Njombangan.
Acara dibuka dengan berbagai sambutan mulai dari Ketua Panitia (Mas Johan), Kepala Desa Ngogri, dan perwakilan Kecamatan Megaluh. Dilanjutkan dengan pemukulan gong oleh Kepala Desa Ngogri diikuti dengan pemukulan kenthongan oleh para dewan juri. Selain itu ada juga penampilan tari remo oleh mas Geta yang merupakan pemuda Ngogri serta penampilan grup gejok lesung Guyub Rukun yang menyanyikan empat lagu yakni Tombo Ati, Taman Jurug, Caping Gunung, dan Lali Janjine.
Peserta dinilai dari empat kriteria yakni keserasian gerakan, kostum kreatif, kualitas suara, dan ekspresi & semangat. Dewan juri terdiri Mas Johar Zauhariy selaku pendiri dan inisiator Njombangan, Guk Rezha dan Yuk Marchella selaku Duta Wisata Jombang, dan Mas Syechjord selaku pendiri Mojoagung Gamelan Heritage. Penilaian dilakukan berdasarkan empat kriteria yakni kreativitas kostum, semangat dan ekspresi, kekompakan gerakan, dan kualitas suara. Tiap kriteria memiliki pembototan masing-masing. Penilaian dilakukan dengan obyektif dan bebas dari adanya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Total ada 14 peserta yang terdaftar namun 3 tim akhirnya mengundurkan diri. 11 tim yang ikut serta adalah Barokah, Subur Makmur, Arjuno, Kejora, Mawar Merah, Besut, Purnama, Dewi Bulan, Panca Maheswari, Salasika, Gerabah. Setelah dilakukannya rangkaian penilaian akhirnya yang menjadi juara 1, 2, 3, dan favorit berturut-turut adalah grup Gerabah, Salasika, Panca Maheswari, dan Dewi Bulan.
“Pemerintah Desa Ngogri mengapresiasi diadakannya lomba opyak ini. Warga terlihat sangat semangat dan antusias mengikuti lomba ini. Semoga bisa menjadi event rutin tahunan.” Kata Agus Lishartitik, Kepala Desa Ngogri.
Penyelenggaraan lomba ini terbukti mendapat antusiasme yang luar biasa dari penduduk desa. Ratusan orang menonton ajang ini dari awal sampai akhir. Diharapkan ajang ini bisa menjadi flagship event tahunan Njombangan dan diselenggarakan lebih baik lagi di tahun-tahun mendatang.
“Senang sekali menjadi juara 3 di lomba ini. Kami berusaha tampil maksimal dan membuat kostum yang menarik.” Kata Reni perwakilan grup Panca Maheswari. Mereka menggunakan kostum seragam dengan atasan warna hijau, bawahan warna kuning dan merah, serta topi dari daun mangga.
Selain itu ada juga undian doorprize untuk peserta yang ikut lomba. Ada 10 hadiah berupa produk UMKM khas Jombang.
Njombangan mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam kegiatan ini seperti panitia (Mas Johan, Mas Deni, Mbak Naning, Mbak Ayla, Cak So, dan lainnya), Pemerintah Desa Ngogri, seluruh warga desa baik peserta maupun penonton, serta seluruh pihak yang mendukung kelancaran acara ini, matur suwun.
Sampai jumpa di ajang Lomba Opyak Njombangan tahun depan!
.Untuk kedua kalinya secara berturut-turut, Njombangan menyelenggarakan Lomba Jaranan Njombangan pada Sabtu, 14 Oktober 2023. Bertempat di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang, lomba ini bertujuan untuk menjaring bibit unggul penerus dan pelestari seni budaya, memberikan apresiasi bagi peserta dan pemenang, serta mendukung ekosistem seni budaya yang selama ini Njombangan kembangkan.
Lomba ini dibagi menjadi 2 kategori yakni Kategori Anak-Anak dengan batasan usia maksimal kelas 3 SD/ sederajat dan Kategori Remaja dengan batasan usia kelas 4 SD/ sederajat sampai kelas 3 SMP/ sederajat. Peserta terbuka untuk umum dan gratis. Pembuatan 2 kategori ini merupakan tindak lanjut dari lomba serupa tahun lalu dimana hanya ada satu kategori saja saat itu tanpa memperhatikan umur peserta.
“Lomba Jaranan Njombangan merupakan salah satu flagship event Njombangan yang diselenggarakan setahun sekali. Tentu saya pribadi dan mewakili Njombangan merasa senang karena antusiasme anak-anak yang luar biasa dan tentunya karena dukungan orang tua mereka yang memberikan kebebasan dan dorongan untuk anak-anak mereka agar ikut lomba ini.” Ujar Muchdlir Zauhariy atau akrab disapa Johar, pendiri dan inisiator Njombangan.
Lomba berlangsung dari jam 19.00 sampai 23.00 malam. Peserta diberi kebebasan untuk memilih apakah akan menampilkan tari jaranan, tari bantengan, tari jepaplok, atau tari ganongan. Waktu yang diberikan adalah sekitar maksimal 5 orang untuk tiap peserta. Dewan juri terdiri dari perwakilan Njombangan dan New Kuda Purnama, grup seni budaya jaranan yang dibuat dan dimiliki oleh Njombangan.
Adapun kriteria penilaian meliputi kostum, gerakan, dan ekspresi. Juri menilai dengan obyektif dan seadil mungkin. Setelah melalui penilaian yang seksama akhirnya ditentukan juara untuk masing-masing kategori.
Kategori Anak-Anak
Juara 1: Sandy Tirta Hidayat
Juara 2: Panca Sadewa
Juara 3: Marcellino Ramadhani
Kategori Remaja
Juara 1: Ilmiatus Sa’diah
Juara 2: M.Reyhan Ibrahimovic
Juara 3: Muhammad Tasbihun Naja
I“Lomba Jaranan Njombangan ini adalah lomba yang selalu ditunggu-tunggu oleh anak-anak di sini. Semoga pelaksanaannya bisa terus ditingkatkan dan skalanya bisa diperluas sehingga bisa mendapatkan apresiasi dan partisipasi dari makin banyak pihak.” kata Yoyok Budi Utomo, penggerak New Kuda Purnama.
Selain pemberian hadiah bagi para pemenang. Ada juga hadiah untuk 10 besar peserta serta doorprize untuk para penonton. Acara bisa dilaksanakan secara meriah dan sukses.
Wetengkok lesu wayah e mangan
Aku kamu kabeh lestarikno jaranan
Sampai jumpa di Lomba Jaranan Njombangan tahun 2024!
.Setelah melewati berbagai proses yang panjang dalam ajang lomba Kreativitas dan Inovasi Kabupaten Jombang Tahun 2023, akhirnya Njombangan mendapatkan peringkat atau juara 2. Lomba yang diadakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Jombang ini bertujuan untuk menggalang munculnya ide-ide segar lintas bidang dan sektor sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Jombang. Lomba ini dibagi menjadi 2 kategori yakni Kategori Perangkat Daerah dan Kategori Masyarakat.
Njombangan mengangkat tema Njombangan Messem (Njombangan Mewujudkan Ekosistem Seniman dan Seniwati yang Madani). Tujuan dari ide ini adalah untuk mewujudkan ekosistem yang memungkinkan tersalurkannya kreativitas seniman dan seniwati sehingga mereka memiliki tata kelola yang lebih baik, sumber penghidupan yang lebih baik, dan kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan seni dan budayanya.
Njombangan sendiri telah secara konsisten sejak 2017 melakukan berbagai kegiatan baik yang sifatnya online maupun offline. Kegiatan tersebut antara lain Parikan Njombangan, Jombang Sambang Sedulur, Jombang Heritage Walk, Njombangan Giveway, dan lainnya. Selain itu, Njombangan juga punya 3 grup seni budaya yakni Jaranan New Kuda Purnama, Karawitan New Kuda Purnama, dan Gejok Lesung Guyub Rukun. Grup ini selain bisa membuka wadah bagi anggotanya untuk berkreasi juga membuka peluang rejeki bagi mereka.
Njombangan Messem bisa dibilang inisiatif berbasis seni budaya pertama yang meraih juara dalam penyelenggaraan ajang serupa selama beberapa tahun ini. Penyerahan hadiah dilakukan di Gedung Bappeda, Jombang Kota. Penghargaan berupa piala, sertifikat, dan plakat diserahkan langsung oleh Bupati Jombang, Bu Mundjidah Wahab. Tim Njombangan diwakili oleh Mbak Ayla Rohma – Program Manager Njombangan, Bu Agus Lishartitik – Kepala Desa Ngogri, dan Mas Yoyok Budi Utomo – Penggerak New Kuda Purnama.
Adapun daftar lengkap juara adalah sebagai berikut:
“Kami bersyukur bahwa Njombangan bisa meraih juara dua dalam ajang Krenova Kabupaten Jombang Tahun 2023. Secara skor memang bedanya sedikit sekali dengan juara pertama namun ini tidak mengurangi rasa syukur, semangat, dan apresiasi kami bagi seluruh pihak yang telah mendukung suksesnya partisipasi Njombangan dalam ajang ini.” Kata Mbak Ayla Rohma.
Selain penyerahan penghargaan, juga ada acara ramah tamah dan makan siang bersama. Selain itu ada juga hiburan musik gamelan kontemporer yang disajikan oleh Mojoagung Gamelan Heritage.
ISemoga atas raihan juara Njombangan ini bisa menjadi berkah serta membuka peluang-peluang lainnya bagi keluarga besar Njombangan, seniman-seniwati Jombang, dan masyarakat Jombang umumnya.
Sabtu dan Minggu, 23-24 September 2023, di Dusun Ngogri Desa Ngogri Kecamatan Megaluh, diselenggarakan acara Pasar Brantas sekaligus penutupan KKN Kelompok-19 Unwaha Jombang
Pasar tematik yang mengusung nuansa pasar tradisional ini menyuguhkan dagangan berupa kuliner tradisional mulai dari klanting, dawet beras, bothok iwak kali, rujak manis, dan sebagainya. Untuk stand kerajinan tangan, ada penjual berbagai macam pernak pernik yang terbuat dari kayu seperti, caping, topi, dan tas berbahan pandan, home decoration dari bahan kayu, dan beberapa merchandise dari Komunitas Njombangan.
Tak hanya itu, untuk memanjakan pengunjung yang datang pada Pasar Brantas edisi perdana ini penampilan berbagai seni budaya Gejog Lesung Guyub Rukun, Tari Remo, Jaran Dor New Kuda Purnama dan penampilan tari tradisional oleh para siswa-siswi SD yang ada di Desa Ngogri turut meramaikan acara yang dimulai pukul 08.00 hingga di 17.00 WIB ini.
Inisiatif ini merupakan kolaborasi apik antara Brantas Lestari, Pemerintah Desa Ngogri, dan KKN Kelompok-19 Unwaha Jombang dan bertujuan untuk menumbuhkan semangat masyarakat untuk peduli dengan potensi yang dimiliki Desa Ngogri yakni pegiat UMKM dan pegiat seni budaya. Selain itu juga sebagai ajang untuk mengajak masyarakat untuk saling memiliki, mencintai, dan melestarikan Sungai Brantas.
“Pasar Brantas ini diharapkan bisa menjadi kegiatan bulanan. Acaranya beragam begitu juga aneka jualannya. Nantinya ada penambahan mainan tradisional untuk anak-anak.”, ucap Agus Lis Hartitik, Kepala Desa Ngogri dalam sambutannya saat pembukaan Pasar Brantas pada Sabtu kemarin.
Pasar Brantas ini memang diharapkan jadi signature event di pesisir Sungai Brantas.
“Harapannya Pasar Brantas bisa berjalan di bulan-bulan berikutnya tetap konsisten selalu ada. Untuk teman-teman KKN Kelompok-19 Unwaha yang dua hari ini menjadi panitia semoga kedepannya sukses, tetap bisa mengabdi kepada masyarakat dimanapun berada.”, ungkap M. Cahya Panca Wijaya, ketua pelaksana Pasar Brantas Desa Ngogri.
Pelaksanaan Pasar Brantas ini ternyata mendapat sambutan yang sangat luar biasa baik dari warga Desa Ngogri sendiri maupun luar Ngogri. Ratusan pengunjung memadati area selama dua hari perhelatan pasar ini. Uang yang berputar dari transaksi di pasar ini juga mencapai lebih dari 5 juta rupiah. Para pengisi acara mendapatkan panggung untuk mengekspresikan bakat mereka. Dan tentunya ada edukasi kepada para pengunjung terkait Sungai Brantas.
Njombangan juga senang bisa menjadi bagian dari pelaksanaan pasar ini. “Pasar Brantas adalah salah satu cita-cita dari Brantas Lestari, sister initiative Njombangan. Kami senang akhirnya ide ini bisa menjadi kenyataan karena kerja bersama bareng Pemerintah Desa Ngogri dan teman-teman KKN Kelompok-19 Unwaha. Apresiasi dan penghargaan yang sebesar-besarnya untuk mereka semua.” ujar Johar Zauhariy, founder dan inisiator Njombangan juga Brantas Lestari.
Tuku temu diombe bareng kanca-kancane
Nganti ketemu nang Pasar Brantas selanjut e!
Nang kandang la kok akeh meri
Ingonane Dinda ket minggu wingi
Selamat datang ten Desa Ngogri
Semoga Bappeda terus jaya lestari
Njombangan terpilih menjadi salah satu lima besar finalis dari ajang Krenova Tahun 2023 yang diadakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Jombang. Dengan mengusung tema proposal Njombangan Messem (Mewujudkan Ekosistem Seniman-Seniwati yang End-to-End dan Madani), Njombangan menjadi satu-satunya finalis yang mengusung ide berbasis seni dan budaya. Melalui Njombangan Messem ini, Njombangan ingin mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk ikut serta dalam memainkan perannnya masing-masing dalam mempromosikan dan melestarikan seni dan budaya Jombang. Selain itu, Njombangan juga menawarkan berbagai inisiatif yang memberikan jawaban atas tantangan dalam pelestarian dan promosi seni budaya di Jombang tersebut.
Rangkaian penjurian ajang Krenova 2023 ini berlangsung dalam beberapa tahap. Pertama adalah penjurian berbasis dokumen proposal yang sebelumnya dikirimkan ke panitia. Setelah penjurian ini, Njombangan masuk 10 besar yang kemudian kami melakukan presentasi di hadapan dewan juri. Total ada lima juri yang hadir di gedung Bappeda saat itu. Setelah sesi presentasi ini, Njombangan dinyatakan lolos lima besar dan berlanjut ke babak kunjungan lapangan.
“Ini adalah pertama kali Njombangan ikut serta dalam ajang kompetitif. Dan syukurnya Njombangan bisa lolos ke babak kunjungan lapangan.” Ujar Laylatul Desia Rohmawati, Program Manager Njombangan yang menjadi penanggungjawab utama Njombangan dalam ajang ini.
Sajikan Pengalaman Seni Budaya yang Berkesan
Dipan rengat mak jemunuk methu klabang
Ayo teros semangat bareng bangun Jombang
Njombangan bersyukur karena dalam babak kunjungan lapangan ini dibantu oleh banyak pihak. Mulai dari Pemerintah Desa Ngogri, grup jaranan New Kuda Purnama, dan grup gejok lesung Guyub Rukun. Rombongan juri dan panitia sampai di Desa Ngogri tepatnya di Kantor Desa Ngogri pada siang hari. Rombongan disambut oleh tari jaranan anak-anak dimana tiga orang anak menampilkan jaranan, jepaplok, dan ganongan. Mereka menari dengan semangat untuk menyambut para tamu.
Rombongan juri dan panitia kemudian mencuci tangan di bokor yang sudah berisi air dan bunga yang kemudian dilanjutkan dengan pengalungan bunga kamboja. Rombongan disambut oleh Ibu Lurah Desa Ngogri dan melakukan sesi ramah tamah yang dilanjutkan dengan makan siang bersama. Bunga kamboja adalah salah satu ciri khas dari Kerajaan Majapahit dan dengan pengalungan bunga ini, Njombangan ingin memberi makna bahwa kami ingin menghidupkan semangat di tlatah Majapahit lewat seni dan budaya.
“Senang sekali saya bisa diajak ikut menyambut bapak-ibu tamu kegiatan. Saya jadi makin semangat latihan jaranan.” kata Reyhan, anak Desa Ngogri yang selama ini ikut berkegiatan bareng New Kuda Purnama.
Seteleh sesi ramah tamah di desa selesai, rombongan berlanjut ke Kantor Njombangan “ Bertemu untuk Kebaikan Bersama”. Di sana dilakukan tanya jawab antara dewan juri dan tim Njombangan. Dewan juri juga diajak untuk parikan bersama. Parikan dari juri nantinya akan dimasukkan ke dalam Buku Kompilasi Parikan Njombangan Tahun 2023.
Kunjungan berlanjut ke lokasi grup jaranan New Kuda Purnama. Di sana, dewan juri disambut oleh tim New Kuda Purnama dan peralatan gamelan yang sudah ditata sedemikian rupa. Setelah tanya jawab, rombongan mendengarkan alunan gamelan dan mencoba beberapa peralatan jaranan.
Rombongan kemudian berlanjut ke grup seni gejok lesung Guyub Rukun. Di sana, rombongan disambut ibu-ibu yang kemudian menunjukkan kemampuan mereka bermain gejok lesung. Satu lagu kemudian dinyanyikan yaitu lagu lesung jumengglung.
Njombangan mengucapkan terima kasih atas untuk semua warga desa yang telah ikut serta menyukseskan kunjungan lapangan ini. Semoga menjadi pengalaman dan berkah bersama.
Terima kasih juga untuk semua rombongan Bappeda yang telah berkunjung ke Desa Ngogri. Semoga bisa menjadi awal kolaborasi yang baik untuk seni dan budaya Jombang.
Wayah bengi wektune nonton hiburan ndek tivi
Acara dendang dangdut artis e ibukota
Njombangan terbukti sampun berkontribusi
Dari Jombang kanggo Jawa Timur lan Indonesia
Ndelok seni budaya khas Njombangan
Disambi mangan jajan enak rasane
Ayo podho ngrayakno kemerdekaan
Karo karya sing membanggakan sak lawas e
Agustus selalu menjadi bulan yang istimewa untuk rakyat Indonesia. Di bulan ini, Indonesia merdeka dan karena kemerdekaan ini, semua dari kita bisa menjadi manusia bebas tidak lagi terkungkung karena penjajahan. Apresiasi dan penghormatan tentunya diberikan untuk semua yang telah berjuang dalam merebut kemerdekaan ini. Menjadi tanggung jawab bersama untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang baik, membanggakan, dan kontributif.
Njombangan ikut serta dalam mengisi kemerdekaan melalui berbagai inisiatif yang dilakukan. Seperti halnya tahun-tahun sebelumnya, Njombangan mengadakan aneka lomba Agustusan. Lomba ini diadakan sehari semalam pada tanggal 17 Agustus 2023. Terbuka untuk umum dan ada banyak hadiah menarik, acara ini rame sekali. Lomba ini diadakan di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang.
Lomba dibagi menjadi lomba untuk anak-anak dan orang dewasa. Lomba anak-anak mulai lomba memindahkan karet dengan sedotan, lomba memasukkan sedotan ke botol, lomba makan kue, lomba joget royok an kursi, lomba estafet kardus, dan masih banyak lagi. Anak-anak terlihat sangat semangat juga kompetitif untuk menjadi juara dan mendapatkan hadiah.
Faiz salah satu peserta mengungkapkan bahwa dirinya senang bisa ikut lomba-lomba ini. Karena lomba ini setahun sekali diadakan.
Tidak kalah meriahnya adalah lomba untuk ibu-ibu yang juga hampir sama dengan lomba untuk anak-anak. Ibu-ibu juga terlihat sangat antusias, rame, dan penuh gelak tawa.
“Senang rasanya bisa ikut lomba dan dapat banyak hadiah. Acara lomba Agustusan dari Njombangan ini memang selalu saya tunggu.” Ujar Mbak Supre salah satu peserta.
Tampilkan Seni Budaya Njombangan
Selain aneka lomba, pada malam hari juga ditampilkan beberapa seni budaya setempat. Anak-anak ditantang untuk njaran menggunakan properti atau peralatan yang sudah ada mulai dari jaranan, jepaplok, ganongan, juga lainnya. Ternyata anak-anak ini benar-benar antusias. Beberapa di antaranya terlihat sangat luwes gerakannya, tentu menjadi harapan untuk pelestarian jaranan lebih lanjut.
Setelah itu tampil 3 orang anak-anak yang pernah mengikuti Lomba Jaranan Njombangan tahun lalu. Mereka memainkan jaranan, jepaplok, dan ganongan diiringi oleh musik khas jaranan.
Seni jaranan memang populer di Megaluh dan Jombang pada umumnya. Njombangan sendiri punya grup jaranan New Kuda Purnama yang juga berlokasi di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang.
Acara pentas dilanjutkan dengan penampilan grup gejok lesung Guyub Rukun. Grup ini juga dibuat dan didampingi oleh Njombangan. Beranggotakan 13 orang, grup ini baru berkegiatan di awal Juli tahun ini. Dengan menggunakan kostum kebaya hitam dan sewek mereka menampilkan berbagai nyanyian mulai dari lagu lesung jumengglung, jaranan, hari merdeka, gundul-gundul pacul, dan perahu layar. Apresiasi yang sebesar-besarnya untuk ibu-ibu dan mbak-mbak yang telah aktif dan giat berlatih selama ini. Semoga gejok lesung bisa bangkit lagi dan lestari.
“Sepertinya lama sekali kami tidak memainkan atau mendengar gejok lesung. Adanya grup gejok lesung Guyub Rukun ini membuat desa menjadi lebih berwana.” Jelas Mbak Lena, salah satu anggota grup gejok lesung.
Selain itu juga ada banyak doorprize menarik dari Njombangan yang diberikan kepada para peserta yang bisa menjawab berbagai pertanyaan atau melakukan tantangan tertentu.
Sekali lagi, selamat kemerdekaan Indonesia.
Semoga kita semua selalu bangga akan negeri yang indah ini.
Merdeka!
Halo Rek,
Alhamdulilah grup karawitan dan campursari New Kuda Purnama (NKP) milik Njombangan terpilih sebagai grantee (penerima bantuan) dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI (Jawa Timur). Acara penyerahan bantuan/ grant dilakukan di Hotel Ayola, Sunrise Mall, Kabupaten Mojokerto pada Rabu, 2 Agustus 2023. NKP diwakili oleh dua orang yakni Mas Yoyok Budi Utomo dan Bapak Timbul Wijaya.
Setelah melewati berbagai rangkaian proses yang panjang, akhirnya dari 121 proposal dari berbagai grup seni dan budaya di Jawa Timur, NKP bisa lolos sampai tahap akhir. Proses tersebut mulai dari seleksi administrasi sampai verifikasi lapangan. Verikasi lapangan dilakukan oleh dua orang perwakilan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI Jawa Timur yakni Ibu Eva dan Bapak Kartono beberapa minggu lalu.
NKP juga merupakan satu-satunya grantee dari Kabupaten Jombang. Grantee lainnya berasal dari berbagai kabupaten dan kota lainnya di Jawa Timur.
NKP menjadi bentuk pilot project atau proyek percontohan pelestarian seni budaya berbasis masyarakat yang sudah Njombangan dampingi dan danai 3 tahun ke belakang. Perlahan tapi pasti, berkat kerja keras dan komitmen seluruh keluarga besar NKP, grup ini mulai menemukan bentuknya.
“Saya sangat menghargai komitmen dari teman-teman New Kuda Purnama yang selama ini giat melestarikan gamelan tanpa mengeluh. Semua dikerjakan dengan gotong royong bersama-sama. Semoga bantuan ini bisa mendorong kreativitas dari New Kuda Purnama ke level yang lebih tinggi.” ujar Muchdlir Zauhariy atau akrab disapa Johar yang merupakan Inisiator dan Pendiri Njombangan.
Grant yang didapat akan digunakan sesuai peruntukan yang diusulkan yakni penciptaan 10 lagu gending baru. Lagu yang terinspirasi dari kehidupan desa, masyarakat agraris, lingkungan, Sungai Brantas dan dinamikanya. Selain itu kegiatan kedua adalah pendokumentasian 11 tembang macapat.
Kegiatan ini akan berlangsung selama kurang lebih tiga bulan dimulai di Agustus tahun ini.
“Njombangan akan mendampingi pelaksanaan program ini dari awal sampai akhir untuk memastikan bahwa target tercapai dan pengelolaan dana bantuan dilakukan secara transparan dan bertanggungjawab.” tandas Laylatul Desia Rohmawati, atau kerap dipanggil Ayla, Program Manager Njombangan.
Grant ini adalah institutional financial assistance pertama yang diterima oleh NKP. Dan ini juga pertama kalinya Njombangan mendorong grup seni budaya di bawah naungannya untuk mengajukan institutional financial assistance. Njombangan ingin memastikan bahwa grup seni budaya ini sudah siap baik secara SDM, tata kelola, dan kualitas pertunjukan sebelum diajukan ke pihak eksternal untuk kesempatan asistensi dalam bentuk apapun.
“Kami berterima kasih atas kesempatan yang diberikan ini kepada NKP. Juga untuk semua pihak yang telah mendukung kami seperti Njombangan, Pemerintah Desa Ngogri, juga tentunya Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI (Jawa Timur). Bantuan ini menjadi penyemangat bagi semua anggota NKP untuk terus berkreasi.” kata Yoyok Budi Utomo, pimpinan grup karawitan dan campursari New Kuda Purnama.
Semoga dengan adanya grant ini bisa memberikan kebaikan dan keberkahan tidak hanya untuk NKP tapi juga pelestarian seni budaya di Jombang secara umum.
Njombangan akan terus meng-update berita pelaksanaan program di instagram dan website kami.
Numpak sepur nggowo sukun
Kabeh dulur, kulo matur suwun
Halo Rek,
Tari remo sebagai ikon budaya Jawa Timur merupakan kebanggaan seni budaya yang berasal dari Jombang. Tari ini bahkan sudah menyebar ke berbagai daerah lain dan kerap di tampilkan pada acara tertentu. Tari yang memiliki pesan nilai kepahlawanan dan keberanian ini juga menjadi bagian tidak terpisahkan dari masyarakat Jombang.
Njombangan bersyukur bahwa inisiatif pelestarian tari ini sudah dilakukan oleh berbagai pihak. Tari ini bahkan diajarkan ke anak-anak melalui sekolah-sekolah atau sanggar-sanggar seni. Bahkan beberapa waktu lalu ada pemecahan rekor MURI untuk tari remo massal yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang.
Tahukah kalian Rek bahwa logo Njombangan juga terinspirasi dari tari remo gaya boletan yang sangat khas Jombang.
Nah Njombangan juga pernah mengadakan program Njombangan Menari yang memberikan latihan remo gratis untuk anak-anak dari satu kecamatan ke kecamatan lainnya.
Kali ini, Njombangan juga ingin menjadi dan mengambil peran yang lebih luas dalam pelestarian tari daerah ini. Kami membuat grup tari remo yang bernama Srikandi Jombang. Kegiatan dipusatkan di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang. Nama srikandi digunakan karena sebagai representasi atau simbol perempuan yang berani juga tangguh. Srikandi menjadi inspirasi perempuan terutama anggota dari grup tari ini.
“Grup tari remo Srikandi Jombang ini terbuka untuk siapa saja perempuan yang memiliki ketertarikan untuk belajar tari remo. Pelatih profesional akan mengajarkan tari dari awal sampai akhir dan semua peserta bisa ikut secara gratis.” ujar Muchdlir Zauhariy atau akrab disapa Johar yang merupakan Inisiator dan Pendiri Njombangan.
Latihan dilakukan seminggu sekali dan peralatan pendukung latihan disediakan oleh Njombangan. Bahkan konsumsi juga disediakan oleh panitia lokal.
“Latihan tari remo ini sangat seru bagi semua anggota. Beberapa di antaranya sudah pernah belajar tari saat kecil namun sebagian besar adalah baru pertama kali.” Kata Mbak Ririn yang merupakan ketua grup Srikandi Jombang.
Njombangan mendampingi dan membiayai secara penuh grup seni budaya ini. Kami mengundang siapa saja yang tertarik belajar tari remo untuk ikut serta.
Njombangan ingin mendorong agar grup ini nanti bisa naik kelas dan menjadi kebanggaan tidak hanya warga Ngogri, namun juga Megaluh dan Jombang.
Semoga harapan ini akan terwujud segera.
Suwun Rek!
Wong tani panen akeh bebas hama
Ayo nda padha latihan tari ngremo
Halo Rek,
Pernahkah kamu mendengar lesung, alu, atau gejok lesung? Bagi sebagian dari kalian tentu pernah mendengar kata ini, namun sebagian lainnya akan terdengar asing.
Lesung dan alu adalah dua alat yang kerap ditemui di budaya masyarakat agraris atau pertanian. Lesung adalah alat tradisional, biasanya terbuat dari satu kayu utuh yang kemudian dilubangi. Sedang alu adalah tongkat yang juga terbuat dari kayu. Lesung dan alu digunakan untuk menumbuk padi, jagung, atau hasil panen lainnya dengan tujuan untuk menghaluskannya.
Ketika mesin penghalus otomatis sudah mulai gampang ditemui, fungsi lesung dan alu ini mulai terganti. Sayang sekali memang, karena lesung alu adalah bagian dan kearifan lokal masyarakat.
Selain difungsikan untuk menumbuk hasil panen, lesung dan alu ini juga kerap dibunyikan oleh masyarakat pada momen-momen tertentu misalnya saat mulai tanam atau saat panen atau di acara perayaan desa lainnya. Alunan musik ini kemudian disebut dengan gejok lesung. Selain membunyikan lesung dengan alu, biasanya warga akan menyanyi dan menari. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu daerah Jawa. Gejok lesung menjadi hiburan untuk warga di kala lelah atau saat merayakan sesuatu.
Njombangan memahami pentingnya pelestarian gejok lesung. Bahkan gejok lesung sudah menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
“Lesung dan alu menjadi bagian penting dari cerita budaya agraris masyarakat secara utuh. Walau saat ini sudah tidak banyak digunakan, melestarikan sisi seni dari peralatan ini akan sangat menarik.” ujar Muchdlir Zauhariy atau akrab disapa Johar yang merupakan Inisiator dan Pendiri Njombangan.
Kami akhirnya membentuk grup gejok lesung yang kami namakan Guyub Rukun. Di awal pembentukannya grup ini beranggotakan 13 orang yang merupakan ibu-ibu dan mbak-mbak di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang. Anggota bisa ikut latihan secara gratis. Mereka berlatih secara rutin mingguan dan dilatih oleh pelatih profesional.
Njombangan mendampingi dan membiayai secara penuh grup seni budaya ini mulai dari biaya pelatihan, konsumsi, pembuatan kaos, sampai pembuatan kostum. Target Njombangan adalah agar grup ini nantinya bisa siap tampil memainkan gejok lesung dengan nyanyian dan tarian.
“Warga di desa ini sangat antusias. Mereka kangen akan kebiasaan membunyikan gejok lesung yang dulu ada namun sudah lama hilang. Kami ingin mengenang masa itu dan menumbuhkan kreativitas seni kami.” kata Novi, yang didapuk dari ketua grup gejok lesung Guyub Rukun.
Njombangan ingin mendorong agar grup ini nanti bisa naik kelas dan menjadi kebanggaan tidak hanya warga Ngogri, namun juga Megaluh dan Jombang.
Semoga harapan ini akan terwujud segera.
Suwun Rek!
Sore-sore ngrukno gejok lesung
Rame-rame ayo seduluran disambung