• info@njombangan.com

Monthly ArchiveNovember 2018

Lodeh Mbok Semah; Jadi Idaman Pecinta Kuliner Jombang

JOMBANG – Bagi pecinta kuliner, wajib hukumnya mencicipi nasi lodeh Mbok Semah yang terletak di Dusun Kapas, Desa Dukuhklopo, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Setiap hari, nasi lodeh Mbok Semah ini jadi buruan pecinta kuliner dari berbagai daerah. 

Warung lodeh Mbok Semah buka pukul 16.30, namun kadang selepas Isya pukul 19.30 sudah ludes saking ramainya pembeli. Meskipun terletak di pinggiran dan harus masuk gang, namun warung ini sudah terkenal dimana-mana. Baik dari Jombang sendiri maupun daerah luar Jombang.

Untuk dapat menjangkau warung mbok Semah, pembeli dapat melewati Dusun Weru, Desa Mojongapit ke utara. Atau bisa juga dari Satlantas Polres Jombang, Jalan Brigjen Kretarto menuju arah utara. Sesampainya di sana, warung tersebut sangat mencolok karena banyak kendaraan yang parkir di tengah tengah kampung. 

Warung Mbok Semah, sudah buka sejak 1980-an. Awalnya, Semah, 84 bersama sang suami almarhum Askan membuka warung skala kecil yang menjual gorengan, kopi, kolak dan kacang hijau. Kemudian, lima tahun setelah itu Semah mencoba menjual lodeh. ”Lodeh itu kan khasnya orang Jawa. Jadi lodeh itu menu sehari-hari,’’ ujar Mbok Semah ditemui Sabtu (10/11).  

Awal membuka, usaha nasi lodeh Mbok Semah tidak langsung ramai pembeli. Dalam sehari, hanya ada beberapa pembeli yang notabene warga sekitar. Namun seiring berjalannya waktu, warung itu mulai dikenal. ”Ramainya karena getok tular itu, jadi setelah makan di sini orang orang cerita, dan seterusnya,’’ sambung dia. 

Ibu enam anak ini menuturkan, sejak awal membuka warung nasi lodeh dia tidak pernah menjual dengan harga yang mahal. Pada 80-an, seporsi nasi lodeh bisa dinikmati dengan harga Rp 15. Seiring berjalannya waktu, seporsi nasi diharga Rp 100 hingga Rp 3.000. ”Dan sampai sekarang ya tetap murah. Rp 10 ribu sudah dapat lauk juga,’’ jelas dia. 

Pelanggan Mbok Semah kini sudah tak dapat dihitung jumlahnya. Tak hanya dari Jombang, luar Jombang seperti Kediri, Mojokerto, Malang, Surabaya, Sidoarjo selalu rutin mampir setiap minggu. ”Ramainya akhir pekan, seperti Sabtu dan Minggu,’’ jelas dia. (*)

(jo/ang/mar/JPR)

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Kiai Asy’ari; Kiai-Nyai Ahli Tarekat

SEBAGAI pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren Keras, Kiai Asy’ari dikenal warga sebagai pribadi yang sangat sederhana dan tak neko-neko. Pendidikan kepada seluruh santri yang tidak banyak juga dilakukannya sendiri. Dengan tanggung jawabnya yang mungkin jarang dilakukan kiai besar.

“Beliau itu punya kebiasaan untuk menimba kamar mandi yang akan dibuat wudlu santrinya ketika subuh, setelah itu baru membangunkan santri,” cerita KH. Ahmad Labib kembali.

Hal ini tentu menjadi kebiasaan yang bisa dikatakan aneh. Dimana seorang kiai, di pesantrennya adalah guru besar, dan biasanya akan diperlakukan secara istimewa oleh santrinya. “Buat beliau itu rasa tanggung jawabnya kepada santri, supaya mereka benar-benar jadi orang,” lanjutnya.

Contoh lain nan sederhana lain dibuktikannya dengan pembuatan kolam air untuk wudlu santri. Kolam ini seperti dibuat sengaja berbentuk segi delapan dan tak berbentuk kotak atau bundar, seperti kebanyakan lainnya yang hingga kini masih bisa dilihat di sebelah selatan masjid Keras. Satu lagi, sebuah pijakan juga terlihat dibangun di sisi utara tempat berwudlu ini yang kini sudah tidak lagi karena renovasi.

“Kolamnya memang sudah diubah, tapi bentuknya tetap, hanya ditambah ubin saja,” sambungnya. Dari penampakannya, pijakan itu sengaja dibuat untuk Mbah Asy’ari duduk atau berdiri dan dari situ semua kolam akan kelihatan sehingga bisa mengawasi cara santrinya wudlu. “Mbah Asy’ari memang mengajarkan semua langsung dari dasar, dan kenapa segi delapan, karena itu jumlah santrinya dulu. Itulah keuntungannya mengambil santri yang tidak banyak, semua pembelajaran bisa dilakukan sangat mendasar dan mengena,” imbuhnya.

Tak saja sang kiai, upaya untuk tirakat juga dilakukan istrinya Nyai Halimah. Bahkan untuk ini, nyai Halimah tetap menjaga barakah santrinya dilakukannya dengan cara berpuasa selama tiga tahun berturut-turut. “Tahun pertama untuk membersihkan dirinya, tahun kedua untuk keluarga dan dhuriahnya, dan tahun ketiga ini untuk santrinya. Ini bukti kecintaan Nyai Halimah kepada santrinya,” tegasnya lagi.

Bahkan menurut salah seorang anggota keluarga lain, diyakini hingga kini Pondok Pesantren Keras memang tak pernah bisa menampung banyak santri karena doa yang dipanjatkan Kiai Asy’ari. Hingga kini setidaknya masih ada 11 santri yang mondok di pesantren ini. Masih ada sampai sekarang santrinya, tapi ya itu sejak awal santrinya memang tidak banyak. Doa mbah itu untuk menjadi orang bermanfaat walaupun tidak banyak.

“Yang jelas nyari yang mau tekun sekali disini, tapi ya memang jadi betul. Buat mbah, yang penting itu kualitasnya bukan kuantitasnya,” ucap H. Abdul Ghorib, adik KH. Ahmad Labib. (*)

(jo/riz/mar/JPR)

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Kerjasama PT Sang Hyang Seri dan KTNA Bangkitkan Kejayaan Perbenihan Jombang

OMBANG – Penandatanganan kerjasama produksi dan pemasaran benih padi telah dilakukan antara PT Sang Hyang Seri (Persero) dengan KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan)  Kabupaten Jombang, belum lama ini. PT Sang Hyang Seri diwakili General Manager Unit Bisnis Regional 3 Anasrullah Aminullah. Sementara dari KTNA diwakili oleh etua KTNA Kabupaten Jombang Erwin Burhan. 

Penandatanganan nota kesepahaman kerjasama itu disaksikan  Wakil Bupati Jombang Sumrambah dan Direktur Utama PT Sang Hyang Seri (Persero) Karyawan Gunarso. Juga dihadiri jajaran pimpinan PT Sang Hyang Seri, pengurus KTNA serta beberapa perwakilan penangkar benih.

Sebelum penandatanganan kerjasama, acara diawali dengan dialog yang dipandu Wakil Bupati Jombang  Sumrambah. Dalam pengantarnya  Sumrambah yang pernah menjadi ketua KTNA Jombang itu  berharap melalui kerjasama PT Sang Hyang Seri dengan KTNA ini, nantinya bisa meningkatkan produksi dan kualitas benih padi Jombang.

’’Apalagi kita sudah tidak asing lagi dengan Bapak Karyawan Gunarso yang pernah memimpin Bulog Surabaya Selatan dan memberi peluang Gapoktan di Jombang sebagai mitra Bulog. Kalau dulu kita pernah menorehkan satu inovasi, bagaimana Gapoktan bisa menjadi kontraktor untuk pengadaan beras Bulog. Saya harap itu bisa kita ulang dalam bentuk yang lain. Yaitu memproduksi dan memasarkan benih padi Jombang. Dan kita akan coba bangkitkan kejayaan perbenihan Jombang termasuk mendukung  kejayaan PT Sang Hyang Seri seperti pada tahun 80 an,” terang Wabup Sumrambah.

Gayung bersambut, Direktur Utama PT Sang Hyang Seri, Karyawan Gunarso, menyampaikan harapannya Jombang melalui KTNA, Poktan dan Gapoktan bisa menjadi pioner kemitraan yang baik untuk produksi dan pemasaran benih padi. ’’Saya ingin menjadi  keluarga besar KTNA Kabupaten Jombang. Karena itu, begitu mendapatkan SK sebagai direktur utama dari menteri BUMN, segera saya menghubungi  Mas Rambah untuk menyusun rencana kemitraan ini,’’ terang Karyawan Gunarso yang baru saja menjabat Direktur Utama PT Sang Hyang Seri.

Karyawan Gunarso menerangkan, PT Sang Hyang Seri memang memiliki kisah sukses sebagai produsen benih nasional. Itu akan coba dibangkitkan lagi. Tidak hanya sebagai PSO (Public Service Obligation) atau penyedia layanan perbenihan dari pemerintah, tapi juga sebagai produsen benih untuk pasar bebas yang potensinya sangat besar. ’’Tahun depan kita menargetkan produksi benih 50.000 ton. Dan saya berharap Jombang bisa menjadi pioner sekaligus sentra produksi benih bagi PT Sang Hyang Seri,” ujarnya.

Karyawan Gunarso juga menerangkan, PT Sang Hyang Seri telah memproduksi benih-benih padi unggul yang telah dikenal masyarakat. Seperti,  Ciherang, Mekongga, Situbagendit dan Impari 32. Termasuk benih unggul varietas Tropiko yang merupakan silangan varietas  Koshihikari dari Jepang dengan IR36. ’’Varietas Tropiko ini memiliki rasa yang sangat pulen dan tahan terhadap hama wereng batang coklat. Melalui kemitraan bersama KTNA dan para petani Jombang varietas-varietas unggul  ini akan kita produksi selanjutnya dipasarkan ke seluruh Indonesia,” ujarnya.

Erwin Burhan, Ketua KTNA Kabupaten Jombang menyampaikan ucapan terimakasih atas kepercayaan yang diberikan kepada KTNA untuk menjalin kerjasama dengan PT Sang Hyang Seri. ’’Kesempatan yang baik ini tentunya harus disambut dengan baik. Selanjutnya nanti akan kita bicarakan bersama para pengurus dan tentu saja bersama Dinas Pertanian agar pelaksanaan di lapangan berjalan dengan baik,’’ ujar Erwin Burhan.

Hadi Purwantoro Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Jombang menyambut baik adanya kerjasama PT Sang Hyang Seri dengan KTNA Kabupaten Jombang. Dia menyampaikan pengalamannya tahun 1990-an benih-benih padi dari Jombang sangat diminati para petani luar daerah.  Dengan adanya kemitraan ini tentu sangat membantu Dinas Pertanian untuk memperbaiki pembinaan para kelompok penangkar. 

General Manager PT Pertani Unit Bisnis Regional 3, Anasrullah menyampaikan, musim penghujan ini akan segera dimulai 100 hektar sebagai pilot project. ’’Nantinya akan terus dikembangkan selanjutnya bisa dipasarkan ke berbagai daerah dengan  brand benih padi Jombang,” ujarnya.

Di Jombang sendiri berdasarkan data yang ada di Dinas Pertanian, terdapat 29 penangkar benih padi. Dari jumlah itu tidak semua aktif. Alasan utamanya adalah kesulitan pasar. Dengan adanya kemitraan antara PT Sang Hyang Seri dengan KTNA ini menjadi peluang untuk menumbuhkembangkan perbenihan padi Jombang. Secara utuh mulai peningkatan produksi, perbaikan kualitas sampai perluasan akses pasar. (*)

(jo/jpr/mar/JPR)

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Olah Susu Jadi Es Krim, Kades Galengdowo Raih Juara 1 APN Jatim

JOMBANG – Pemkab Jombang patut berbangga. Kades Galengdowo Wartomo berhasil meraih juara 1 tingkat Provinsi Jawa Timur penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) dalam Peringatan Hari Pangan Sedunia ke-38 di Jatim Expo Surabaya, Senin (5/11) lalu.

Wartomo harus bersaing ketat dengan seluruh peserta dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur. Namun berkat keseriusan Wartomo, juara 1 kategori pembina ketahanan pangan akhirnya berhasil diraih.

Penghargaan ini diserahkan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Hadi Sulistyo. Wartomo memperkenalkan potensi lokal di Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam yaitu olahan susu sapi perah.

“Desa Galengdowo berada di kaki Gunung Anjasmara yang geografisnya adalah perbukitan. Sehingga kalau diangkat sisi pertanian tentu kurang kuat,” jelas dia. Terobosan yang dibuat, adalah mengolah susu sapi perah sebagai bahan baku es krim.

“Kami memberdayakan warga sejak 2017. Ini juga yang membuat juri tertarik. Mereka kami ajak ke lapangan langsung untuk melihat proses pembuatan,” jelas dia. Alumni Fisipol Untag Semarang ini pun akhirnya dinobatkan menjadi juara 1.

Pria kelahiran Jombang 30 Agustus 1967 ini memang dikenal memiliki gagasan yang inovatif. Itu dibuktikan dari beberapa event yang pernah digarapnya, mulai dari ketua panitia Keduri Durian Jombang selama tiga tahun berturut-turut.

Wartomo juga menjadi penggagas kontes kambing PE tingkat nasional sejak 2017, penggagas Bancaan Salak Galengdowo sejak 2016, dan penggagas pembentukan kelompok susu Galengdowo sejak 2017 yang per harinya mampu menghasilkan 2.500 liter susu.

Di kantor Desa Galengdowo, tampak berbagai macam piala, serta piagam penghargaan yang sudah diraih mulai tingkat kabupaten hingga provinsi. (*)

(jo/ang/mar/JPR)

 

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Di Tangan Warga Jombang, Limbah Kayu Disulap Jadi Miniatur Kapal

Jombang – Bermodalkan keterampilan, Sigit Waluyo menyulap kayu limbah dari perusahaan mebel menjadi miniatur kapal yang artistik. Kini karya pria asal Desa Pulosari, Bareng, Jombang ini pun bernilai jutaan rupiah.

Saat ditemui di rumahnya, Sigit nampak sibuk memoles miniatur kapal pinisi yang sudah jadi. Miniatur pinisi buatan Sigit juga nampak detail, mulai dari layar lengkap dengan talinya, bagian kemudi, tangga, hingga dek kapal nampak seperti aslinya.

Namun siapa sangka miniatur kapal ini dibuat Sigit dari bahan kayu limbah.

 

“Bahan dari kayu bekas perusahaan mebel. Tripleknya juga bekas,” kata Sigit kepada detikcom, Rabu (7/11/2018).
Kendati begitu, Sigit tak mau serampangan memilih kayu limbah yang akan digunakannya. Ia lebih dulu memilah kayu yang layak dipakai, lalu kayu-kayu yang sudah dipilih itu disemprot dengan zat kimia dan dijemur agar lebih kuat dan tahan rayap.

“Saya biasa pakai kayu jenis sengon dan kamper. Kalau triplek saya pakai untuk badan kapal,” ungkapnya.

Di Tangan Warga Jombang, Limbah Kayu Disulap Jadi Miniatur Kapal
Foto: Enggran Eko Budianto

Berbekal keterampilan di bidang pertukangan kayu yang dimilikinya, Sigit mengaku mulai belajar membuat miniatur kapal tahun 2016. Salah satu gurunya adalah media sosial dan YouTube.

Hanya dalam waktu singkat, Sigit mampu membuat 3 jenis miniatur kapal, yaitu jenis kapal perang, kapal pesiar dan kapal pinisi.

Diakui Sigit, proses pembuatan miniatur kapalnya cukup lama agar mirip betul dengan aslinya. Untuk miniatur kapal berukuran 40×20 cm, ia membutuhkan waktu 7 hari. Sementara yang lebih besar, semisal 160×150 cm, ia butuh waktu 14 hari untuk menuntaskannya.

“Proses pembuatan minimal 7 hari, maksimal 2 minggu,” terangnya.
Sayangnya pemasaran buah kerajinan Sigit belum terlalu masif. Ia baru mengandalkan pesanan dari warga Jombang dan Surabaya saja.

“Pesanan biasanya lewat WhatsApp di kelompok pengrajin,” ujarnya.

Harga yang dipatok untuk miniatur kapal buatannya bervariasi, tergantung pada ukuran dan tingkat kerumitan pembuatannya. Miniatur kapal paling kecil, yaitu berukuran 40×20 cm dijual seharga Rp 80-250 ribu. Sedangkan yang paling besar dia hargai Rp 2,5 juta.

“Yang paling banyak diminati ukuran sedang, harga Rp 700-800 ribu,” tandasnya.
(lll/lll)

 

Article courtesy: Detik.com

Photo courtesy: Detik.com

Siswa dan Guru SD-SMP di Jombang Akan Diwajibkan Berbahasa Jawa di Sekolah Setiap Kamis

SURYA.co.id | JOMBANG – Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Jombang mengeluarkan surat edaran (SE) tentang kewajiban bagi guru dan pelajar SD dan SMP untuk berdialog menggunakan bahasa Jawa, setiap Kamis.

Kewajiban itu akan mulai diberlakukan mulai semester II 2018-2019 mendatang.

Kebijakan ini guna mengingatkan siswa akan budaya dan bahasa Jawa sebagvai bahasa ibu, agar tidak kalah dengan bahasa lainnya.

 

Kepala Dindik Jombang Budi Nugroho mengatakan, SE tertanggal 29 Oktober 2018, itu ditujukan kepada kepala SD dan SMP, yang intinya mewajibkan guru dan siswa berdialog menggunakan bahasa daerah (Jawa) tiap hari Kamis.

“Tujuannya, bahasa Jawa ini supaya tidak hanya dipelajari saja, atau selesai di tingkat mata pelajaran saja, tetapi benar-benar menjadi bagian dari budaya kita,” kata Budi Nugroho, Minggu (4/11/2018).

Soal kebijakan mewajibkan guru dan siswa SD-SLP berbahasa Jawa itu, Budi Nugroho berargumen, bertolak dari keprihatinan atas terkikisnya kemampuan generasi muda dalam terhadap praktik bahasa Jawa sehari-hari.

Kebijakan ini, sambungnya, sekaligus juga untuk mengimplementasi Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2014 tentang Mata Pelajaran Bahasa Daerah sebagai Muatan Lokal Wajib di Sekolah dan Madrasah.

Dari SE tersebut, terang Budi Nugroho, memang sengaja bukan hanya pelajar SD dan SMP saja yang berkewajiban menggunakan bahasa Jawa melainkan juga para guru. Ini juga agar para guru, selain sebagai pengelola sekolah, juga ikut membiasakan diri dalam Bahasa Jawa.

Terkait pelaksanaan kewajiban berbahasa Jawa itu, terang Budi, nantinya akan dilakukan pengawasan secara berjenjang. “Tidak kaku karena ini persoalan membiasakan kembali tatakrama dan berbahasa Jawa,” tutur Budi.

 

 

Article courtesy: Tribunnews.com

Photo courtesy: Tribunnews.com

Inovasi Pengolahan Buah Blewah Menjadi Selai dan Sirup sebagai Upaya Pemanfaatan Potensi Lokal Kabupaten Jombang

Decent Work & Economic Growth

Oleh Lilis Widyaningsih

 

Berbicara mengenai  kegiatan perekonomian negara, saat ini berbagai negara di belahan dunia termasuk Indonesia melaksanakan pembangunan dunia yang berkelanjutan atau yang lebih kita kenal dengan SDGs (Sustainable Development Goals) yang dilaksanakan mulai dari 21 Oktober 2015 hingga 2030. Indonesia merupakan negara yang berada tepat di garis khatulistiwa sehingga  negara yang dilalui garis khatulistiwa memiliki iklim tropis. Negara yang memiliki iklim tropis cocok untuk kegiatan perekonomian seperti pertanian, perkebunan, peternakan dan lain sebagainya yang dapat menambah jumlah pendapatan negara terutama dalam sektor pertanian. Hal ini yang membuat Indonesia mendapatkan julukan sebagai negara agraris.

 

Sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan PDB (Produk Domestik Bruto) baik nasional maupun daerah termasuk Kabupaten Jombang. Secara topografi wilayah Kabupaten Jombang terdiri dari dataran rendah, dataran tinggi di wilayah selatan dan daerah aliran Sungai Brantas. Menurut data BAPPEDA 2009-2010,  Kabupaten Jombang sendiri terdapat 4 sektor utama yang menyumbang PDRB tertinggi di Kabupaten Jombang. Empat sektor utama tersebut terdiri atas sektor pertanian, sektor industri pengolah, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor jasa-jasa. Akan tetapi sektor penyumbang yang terbesar adalah sektor pertanian. Adapun sektor pertanian yang menyumbang PDRB Kabupaten Jombang sektor pertanian bidang bahan makanan. Bahan makanan tersebut adalah antara lain padi, jagung, dan juga buah-buahan.

Pengolahan lahan pertanian dikelola oleh masyarakat sendiri dan juga sebagai mata pencaharian sebagian besar masyarakat Kabupaten Jombang yaitu sebagai petani maupun buruh tani. Jika dilihat dari penghasilan yang diperoleh oleh petani sangat berbeda dengan buruh tani. Hal ini dikarenakan petani yang mempunyai lahan dan memperoleh pendapatan dari hasil panen yang diperoleh. Sedangkan buruh tani memperoleh pendapatan dari hasil menanam, merawat maupun memanen dan hal tersebut bersifat musiman. Apabila tidak sedang musim tanam maupun panen maka masyarakat yang berprofesi sebagai buruh tani akan mencari mata pencaharian lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Jika di musim hujan para petani di Kabupaten Jombang menanam padi maka pada saat musim kemarau seperti ini para petani menanam jagung atau buah-buahan seperti semangka, blewah, timun mas dan lain sebagainya. Proses menanam jagung atau buah-buahan tidak serumit menanam padi yang membutuhkan air yang banyak. Hal ini dikarenakan tanaman jagung dan buah-buahan tidak terlalu membutuhkan banyak air.

Di Kabupaten Jombang sendiri beberapa kecamatan merupakan penghasil buah-buahan seperti semangka, blewah, timun suri dan lain sebagainya yaitu  Kecamatan Jombang, Kecamatan Megaluh, Kecamatan Plandaan, Kecamatan Perak, Kecamatan Bandar Kedungmulyo dan sekitarnya. Adapun di beberapa daerah tersebut para petani biasanya setelah selesai masa tanam padi akan menanam buah-buahan yang nantinya akan dipanen ketika Bulan Ramadahan. Karena di Bulan Ramadhan  buah blewah sangat dicari untuk bahan minuman maupun makanan.

Pada saat Bulan Ramadhan seperti ini buah blewah melimpah dan harga yang ditawarkan saat awal panen memang tergolong cukup mahal dan ketika petani panen serentak maka harga blewah akan turun. Jika harga blewah turun maka akan berdampak pada pendapatan petani maupun buruh tani. Terlebih lagi buah blewah hanya bisa dikonsumsi pada saat musim kemarau terutama pada Bulan Ramadhan seperti ini. Dan pengolahan buah blewah sendiri hanya sebatas untuk campuran minuman saja. Hal itu yang membuat masyarakat terkadang bosan dengan pengolahan buah blewah yang seperti itu saja.

Sebenarnya buah blewah dapat diolah menjadi bahan tambahan makanan dan minuman yang dimana masyarakat dapat mengkonsumsi buah blewah walaupun jika tidak sedang musimnya. Adapun buah blewah dapat diolah menjadi sirup dan selai yang mana selain ada inovasi baru dalam pengolahan buah blewah tetapi juga bisa menjadi peluang usaha bagi masyarakat khususnya ibu rumah tangga. Proses pembuatan sirup dan selai blewah tergolong mudah dan sederhana namun memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Terlebih lagi beberapa minggu lagi umat muslim akan merayakan Hari Raya Idul Fitri. Biasanya pada hari raya permintaan masyarakat akan sirup dan kue kering akan meningkat.

Hal tersebut menjadi peluang yang cukup menjanjikan karena buah blewah yang dapat diolah menjadi sirup dan selai serta selai buah blewah dapat menjadi bahan tambahan untuk pembuatan kue kering, misalkan kue nastar. Kedua hasil olahan blewah tersebut dapat menjadi makanan dan minuman serta produk unggulan khas Kabupaten Jombang apabila dari proses penanaman, pengolahan, hingga pemasaran produk dibantu dan dibina oleh lembaga terkait. Misalkan dalam hal bibit blewah, Dinas Pertanian terkait melakukan pengadaan bibit unggul buah blewah dan melakukan sosialisasi tentang penggunaan bibit unggul agar buah yang dihasilkan berkualitas dan juga untuk proses pengolahan buah blewah yang baik. Dalam pengolahan buah blewah dapat dilakukan dengan pemberdayaan dan pelatihan ibu-ibu PKK di setiap kelurahan maupun desa. Dengan adanya pelatihan tersebut, diharapkan ibu-ibu PKK maupun ibu rumah tangga dapat memproduksi olahan buah blewah yang mungkin bisa dijadikan UMKM.

Sehingga dengan pengoptimalan pengolahan hasil pertanian lokal perlu untuk dilakukan, selain buah blewah dapat menjadi sektor basis Kabupaten Jombang juga hasil olahan buah blewah bisa menjadi produk unggulan Kabupaten Jombang. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kerjasama dinas-dinas terkait, lembaga masyarakat, petani, ibu-ibu PKK dan masyarakat luas. Produk yang dihasilkan juga harus dipasarkan dan dapat menjangkau pasar yang luas, tidak hanya di Jombang namun bisa sampai ke mancanegara. Dengan demikian, adanya alur supply dari produsen yang notabene warga dapat diserap oleh permintaan di pasar dan hal ini akan berlangsung secara berkelanjutan. Jika ini terjadi, lapangan usaha akan terbuka dan warga akan mendapatkan tambahan pendapatan alternatif yang bisa meningkatkan daya beli dan taraf hidup mereka.

 

 

 

 

 

 

Berikut ini adalah data dan dokumentasi pendukung esai saya.

Kebetulan saat ini saya mahasiswa Universitas Negeri Malang yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata Pulang Kampung. Dimana seluruh mahasiswa UM yang berasal dari Jombang mengikuti program KKN Pulang Kampung ini untuk mengabdi dan mengamalkan ilmu kami di daerah asal kami khususnya di Desa Tondowulan Kecamatan Plandaan. Dan pengolahan hasil pertanian ini merupakan salah satu program kerja kami untuk memberdayakan hasil pertanian desa agar memiliki memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

 

  1. Data PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Jombang

Jika dilihat dari diagram di atas warna diagaram yang dominan adalah warna hijau tua yang menandakan bahwa sektor penyumbang terbesar PDRB adalah sektor pertanian. Adapun sektor pertanian Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut

Berdasarkan diagram sektor pertanian diatas yang dominan adalah presentasi bahan baku makanan. Dan saat ini bahan makanan yang cukup melimpah di Kabupaten Jombang adalah buah blewah. Sehingga apabila buah blewah diolah dengan cara yang berbeda akan menghasilkan produk yang bernilai ekonomis dan memiliki nilai jual.

 

Potret sebagian lahan pertanian di Kabupaten Jombang

         

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa sebagian wilayah Kabupaten Jombang ketika musim kemarau petani menanam buah-buahan seperti blewah. Biasanya buah blewah ditanam setelah masa tanam padi dan buah blewah dipanen ketika Bulan Ramadhan. Karena pada saat bulan Ramadhan permintaan buah blewah meningkat.

Proses panen buah blewah

  

Masa tanam blewah berkisar antara 3-4 bulan tergantung oleh cuaca dan perawatan tanaman. Apabila cuaca sedang bagus dan perawatan yang dilakukan baik maka buah blewah yang dihasilkan akan sesuai dengan yang diharapkan. Buah blewah yang matang bisa dilihat dari warna kulit yang sudah mulai menguning dan mengeluarkan harum khas buah blewah. Buah blewah  bisa diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman seperti selai dan sirup.