• info@njombangan.com

Daily ArchiveNovember 25, 2018

Tangan Kreatif Zainal Fanani Membuat Ukir Wajah Berbahan Kayu Limbah

JOMBANG – Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan kayu limbah. Seperti yang dilakukan Zainal Fanani, 22, asal Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.

Jawa Pos Radar Jombang beberapa hari lalu berkunjung ke rumah produksi Zainal yang berada di Jalan Kapten Tendean, Pulo Lor, Jombang. Tangannya terlihat begitu lihai mengukir setiap sudut kayu yang sudah dipola. Matanya, fokus menatap gerakan mata pisau pada mesin gergaji tripek yang dipegangnya.

Sesekali, dia melepas dan membersihkan bekas ukiran kayu yang menutup desain di kayu berukuran 20 x 20 sentimeter itu. Seni ukir wajah berbahan kayu memang lebih sulit dibandingkan melukis dengan kanvas. Tingkat risiko juga lebih tinggi. Namun, Zainal mengaku, membuat kerajinan ukir wajah lebih menarik dan menantang.

“Ada serangkian proses yang harus dilalui. Pertama, membuat pola pada kertas HVS,” ujar dia. Setelah pola dibuat, kemudian dia mempersiapkan kayu yang diukir. Dia memilih kayu limbah peti kemas. Selain teksturnya lebih empuk, kayu yang berasal dari jati belanda tersebut memiliki tekstur yang menarik.

”Ada semacam galih-nya. Lebih memiliki seni juga,” sambung dia. Setelah kayu dipilih dan dipotong sesuai ukuran, barulah kayu tersebut diukir menggunakan alat ukir atau mesin gergaji triplek yang sudah dimodifikasi. “Ini saya pakai mata pisau tiga milimeter, agar kayunya tidak pecah,” jelas dia.

Untuk membuat satu karya ukiran wajah, dia membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga hari. Lamanya waktu itu juga bergantung pada tingkat kerumitan pola. Mahasiswa Unwaha Jombang ini mengaku, dia belajar seni ukiran wajah secara otodidak.

Belajar dari youtube karena ingin meringankan beban orang tua untuk membayar biaya kuliah. ”Saya coba-coba. Sejak sekitar setahun lalu, dan uangnya untuk tambahan biaya kuliah,” papar pra usia 22 tahun tersebut.

Zainal hanya memanfaatkan media sosial untuk memasarkan ukirannya. Dia menggunakan facebook dan instagram untuk menjual sekaligus menawarkan ukiran wajah kayu. ”Saya tawarkan sesuai ukuran dan tingkat kerumitan,” jelas dia.

Misalnya, untuk ukuran 20 x 20 cm dihargai Rp 80 ribu. Untuk ukuran 40 x 30 dihargai 100 ribu dan ukurang paling besar yakni 40 x 50 dijual dengan harga Rp 125 ribu. “Alhamdulilah banyak yang pesan juga. Kadang kadang untuk hadiah wisuda, suvernir, dan pajangan di rumah,” beber pria berpeci hitam ini.

Selama ini, ukiran wajahnya paling laris dipesan teman-teman kuliahnya. ”Kadang di pesan orang dari luar kota. Misalnya Mojokerto dan Malang. Mereka pesannya pakai chat di medsos,” pungkasnya. (*)

(jo/ang/mar/JPR)

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Selamat Datang di Jombang: Kota Santri, Kota Toleransi!

Latar Belakang & Tujuan

Latar Belakang

Jombang dikenal sebagai salah satu daerah yang banyak melahirkan tokoh nasional baik itu yang berkiprah di bidang pemerintahan, sosial, budaya, ekonomi bisnis, milter dan banyak bidang lainnya. Keberadaan mereka membarikan banyak kontribusi tidak hanya untuk untuk Jombang namun juga Indonesia bahkan dunia. Salah satu tokoh yang fenonemal adalah Abdurrahman Wahid atau kerab disapa Gus Dur. Presiden ke-4 Indonesia ini terkenal karena pemikirannya yang melintas batas waktu dan dimensi, progresif tentang berbagai hal terutama bidang sosial, budaya, dan kerukunan beragama. Selama menjabat sebagai presiden dan selama hidupnya, Gus Dur secara aktif mendorong adanya masyarakat yang saling memiliki pemahaman yang sama akan kehidupan, bahwa terlepas dari banyaknya perbedaan yang ada namun semuanya adalah setara atau sama. Filosofi yang sama dengan yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika atau berbeda-beda namun tetap satu juga. Pemikiran ini yang kemudian mendorong dan menjadi basis atau dasar masyakarat yang toleran satu sama lain. Tidak salah jika Gus Dur selama ini mendapatkan sebutan atau gelar Bapak Toleransi Indonesia. Indonesia adalah negara besar dan beragam, tanpa adanya toleransi tentu negara ini tidak akan berdiri berdaulat sampai saat ini.

Jombang dikenal sebagai kota santri karena banyaknya pondok pesantren di hampir seluruh penjuru mata angin. Lebih dari itu, Jombang merupakan tempat lahir dan berkembangnya salah satu Organisasi Islam terbesar yakni Nahdlatul Ulama. Jombang selama ini menjadi daerah yang sangat kondusif dan bebas dari konflik-konflik horizontal berbasis suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Hal ini menjadi suatu kebanggaan dan juga modal untuk menjadikan Jombang sebagai salah satu inspirasi dan fondasi untuk memperkenalkan Jombang sebagai kota aatau daerah toleransi. Jombang memiliki posisi yang strategis baik secara letak geografis maupun dalam percaturan sosial budaya dan politik, dengan demikian mengusung semangat toleransi adalah opsi yang layak untuk dilakukan. Kota Toleransi ini akan melengkapi sebutan Jombang selain sebagai Kota Santri.

Dengan mengusung Jombang Kota Toleransi, maka diharapkan selain menyuburkan pemahaman akan toleransi ke seluruh penjuru Indonesia juga diharapkan mampu mendorong kemajuan pariwisata di Jombang. Inisiatif ini digagas oleh Njombangan dan Event Jombang serta diharapkan didukung oleh segenap pihak seperti pemerintah, media massa, masyarakat, duta wisata dan lainnya.

Tujuan

  1. Memberikan branding Jombang sebagai Kota Toleransi.
  2. Mengenalkan Jombang sebagai tempat untuk belajar toleransi.
  3. Memajukan pariwisata Jombang.
  4. Mengajak masyarakat secara umum, khususnya warga Jombang untuk mengetahui dan memahami semangat toleransi dan sejarah Jombang.
  5. Mengajak masyarakat secara umum, khususnya warga Jombang untuk ikut serta dalam melakukan inisiatif dalam menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
  6. Mengajak masyarakat secara umum, khususnya warga Jombang untuk ikut serta membangun Jombang dengan caranya sendiri sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing.
  7. Mengajak warga Jombang untuk lebih kenal dan mencintai Jombang.

Frekuensi

Walking tour direncanakan akan dilakukan dua kali seminggu yakni pada minggu ke-2 dan ke-4 setiap bulannya.

Media Social Campaign

Kampanye dan sosialisasi melalui media sosial atau media komunikasi lainnya baik yang tertulis maupun elektronik terkait dengan latar belakang, inisiatif dan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh Jombang Kota Toleransi.

Walking Tour

Yakni Walking Tour atau wisata sambil jalan-jalan menyusuri beberapa tempat-tempat di Jombang yang kiranya memiliki sejarah dan nilai yang relevan dengan inisiatif ini, yang meliputi:

  • Rumah ibadah
  • Gedung bersejarah
  • Gedung pemerintahan
  • Ruang terbuka publik
  • Lainnya yang relevan

Bantuan Anda

1. Membantu menginformasikan adanya program ini kepada masyarakat luas.

2. Ikut menjadi penyandang dana atau donatur. Silahkan untuk secara ikhlas memberikan dukungan dana untuk pengadaan logistik, pengembangan guide dan kebutuhan lainnya. Penggunaan dana akan secara transparan digunakan dan dilaporkan.

Kontak

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan untuk kontak kami di

njombangan@gmail.com atau

Johar di 087878724050.