• info@njombangan.com

Monthly ArchiveNovember 2018

Peringati Hari Menanam Pohon Indonesia 2018, PLN Tanam 22.000 Pohon

JOMBANG – Memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) 2018, PT PLN (Persero) menanam 22.000 pohon di wilayah-wilayah operasional PLN, Rabu (28/11). Aksi ini dilakukan serentak oleh 22 unit kerja PLN se-Indonesia.

Di Kabupaten Jombang, PLN bersama Pemkab Jombang menanam 793 pohon di di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang sebagai desa argo forestry kawasan binaan PLN.

”Rabu (28/11) PLN melakukan aksi tanam pohon sebagai upaya kami dalam menjalankan bisnis ketenagalistrikan yang berwawasan lingkungan. Ini merupakan misi kami,” ujar Senior Manager General Affair PT PLN (Persero) Dwi Suryo kemarin.

PT PLN (Persero) menyerahkan bantuan dana sebesar Rp 75 juta kepada Pokmas Bukit Hijau Desa Wonomerto untuk program gerakan penghijauan

PT PLN (Persero) menyerahkan bantuan dana sebesar Rp 75 juta kepada Pokmas Bukit Hijau Desa Wonomerto untuk program gerakan penghijauan (ANGGI FRIDIANTO/JAWA POS RADAR JOMBANG)

 

Dwi Suryo menjelaskan, penanaman pohon oleh PLN merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PLN Peduli. Bentuk kepedulian PLN terhadap lingkungan ini bertujuan mencegah efek rumah kaca dan mengurangi pemanasan global. Efek gas rumah kaca adalah penumpukan gas Karbon dioksida (CO2) pada atmosfer yang menyebabkan berlubangnya atmosfer.

Berdasarkan penelitian, setiap 1 hektar hutan tropis dapat mengubah 3,7 ton CO2 menjadi 2 ton Oksigen (O2). ”Program penanaman pohon ini juga bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut menjaga lingkungan karena kegiatan ini melibatkan masyarakat dan stakeholder PLN,” sambungnya.

Luas lahan yang ditanami pohon oleh PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur sekitar 5,5 hektare, dimana empat hektare terletak di TPA Benowo Surabaya dengan 2.018 pohon dan sekitar 1,5 hektare ada di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang dengan 793 pohon.

Sehingga di Jawa Timur ada 2.811 pohon dari berbagai jenis pohon seperti: pohon tanjung, cempoko, nyamplung, bintaro, keben, pandan laut, kupu-kupu, bambu jakarta, kemoneng, kenonggo.

Juga buah-buahan, seperti duren, manggis, jambu kristal, pete, nangka, jeruk, dan mangga dengan tinggi dari satu hingga tiga meter.

Hadir dalam kesempatan itu, Sucipto Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Jombang. Sucipto menyampaikan terima kasih atas bantuan PLN karena dengan 793 pohon yang ditanam akan membantu menanggulangi terjadinya potensi bencana banjir  maupun longsor, mengingat Desa Wonomerto terletak pada ketinggian 280 mdpl.

”Disamping itu juga membangkitkan ekonomi warga karena jenis pohon yang ditanam merupakan buah-buahan sehingga diharapkan bisa mendorong meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui Agro Forestik,” pungkas Sucipto.

Total dana yang digelontorkan PLN Peduli untuk penanaman 22.000 pohon sebesar Rp 3,19 miliar. Dana tersebut selain untuk penanaman pohon dipergunakan pula untuk pemeliharaan pohon agar tetap tumbuh dengan baik.

Aksi tanam pohon yang PLN lakukan dalam rangka HMPI 2018 ini merupakan kelanjutan dari aksi tanam pohon tahap I yang dilakukan pada 5 Juni 2018. Melibatkan 32 unit PLN se-Indonesia, PLN menanam total 34.000 pohon. Total dana yang dikeluarkan PLN Peduli pada Tahap I ini sebesar Rp 4,64 miliar.

Sedangkan, HMPI yang ditetapkan dalam Keppres RI No. 24 Tahun 2008 merupakan langkah untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya menanam pohon. HMPI juga dilakukan sebagai wujud kepedulian dalam memulihkan kerusakan hutan dan lahan. (*)

(jo/ang/mar/JPR)

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Tanggapan Sepi, Nasib Jaranan Dor Kesenian Asli Jombang Saat Ini

JOMBANG – Pertunjukan seni budaya di  Jombang makin tak terdengar. Salah satunya, kesenian jaranan atau yang paling sering dikenal kuda lumping dari Desa Kemambang, Kecamatan Diwek, semakin  sepi tanggapan.

Kesenian jaranan dengan label jaranan dor di Desa Kemambang, Kecamatan Diwek, Jombang telah ada sejak  1925.  Saat ini,  kesenian ini masih cukup terawat. Sang pemilik saat ini Musman, 56, merupakan generasi ke empat.

Menurut Musman, kesenian ini sempat  mati, kemudian oleh Musman, dicoba untuk dihidupkan lagi. ”Dulu sempat berhenti, kemudian saya mencoba untuk menghidupkan kembali, agar generasi penerus bisa mengetahui atau bahkan meneruskan jaranan ini nantinya,” ujarnya.

Musman berharap kepada pemerintah agar kesenian-kesenian asli Kabupaten Jombang seperti miliknya ini, lebih diperhatikan lagi ke depannnya. Sehingga, kesenian di Jombang tidak akan mati dan terus ada sampai nanti.

”Selama ini soal dana, dari dulu saya cari sendiri. Baru dua tahun ini diperhatikan, cuma ya itu, dana itu dibuat untuk acara 17-an. Terus yang kemarin itu, saya kan sudah nggak punya dana lagi, ada dana saya buat karnaval,” tutur Musman.

Menurutnya, ciri khas yang membedakan kesenian jaranan dor  dengan jaranan lainnya adalah, digunakannya alat musik tanjidor. Sehingga muncul kata ‘dor’ di belakang jaranan..

”Tradisionalnya itu, kembangannya itu tidak sama, dornya itu tidak sama,” kata Musman. Selain memiliki atraksi jaranan yang biasanya dibawakan oleh empat orang, kesenian jaranan dor ini juga menampilkan jaranan dengan model kesurupan atau  ndadi (Jawa) bersama celengan, atraksi ganongan, bantengan, dan atraksi naga.

Kesemuanya tampil secara berurutan, jika kesenian ini tampil full tim dengan 30 orang anggota. ”Kesenian ini asli Jombang, tahun 1925. Tapi kami adil (ketat, Red) mas, istilahnya kalau main itu cok bakal (sesaji, Red) nya kurang, saya tidak berani,” lanjutnya.

Ia juga berkeinginan untuk membesarkan jaranannya ke depan. “Untuk itu saya berharap pemerintah ke depan lebih peduli lagi dengan kesenian,” ujarnya lagi.(*)

(jo/yan/mar/JPR)

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

520 Pelajar Berprestasi dan Kurang Mampu di Jombang Peroleh Beasiswa dari Perusahaan Ini

SURYA.co.id | JOMBANG – PT Cheil Jedang Indonesia (CJI) Jombang menyalurkan beasiswa kepada 520 orang pelajar di wilayah Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Selasa (27/11/2018).

Beasiswa diberikan sebagai bentuk komitmen dari perusahaan dengan fasilitas Penyertaan Modal Asing (PMA) asal Korea Selatan tersebut dalam mendukung pendidikan di Kabupaten Jombang.

Penyerahan beasiswa dilakukan langsung Bupati Jombang Mundjidah Wahab dan Eksekutif Vice President PT CJI Kim Hak Yun, di Aula PT CJI, Desa Jatigedong, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang.

Terdapat tiga kategori beasiswa dari perusahaan produsen penyedap rasa itu.

Yakni 3 siswa dengan kategori excellent. Ketiganya Salma Aulia Az-zahroh dari SDN Bawangan 2 Ploso, Eka Alicia dari SMPN 2 Ploso, dan Shirotul Nur Qoiroh dari SMAN Ploso.

Kemudian kategori kedua, siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu, 201 pelajar.

Rinciannya 114 siswa SD, 47 siswa SMP, dan 40 siswa SMA/SMK/MA. Selebihnya, 316 siswa berprestasi, terdiri 219 siswa SD, 50 siswa SMP, dan 47 siswa SMA/SMK/MA.

Eksekutif Vice President PT CJI, Kim Hak Yun, mengatakan, pemberian beasiswa ini sebagai bentuk dan upaya PT CJI untuk meningkatkan pendidikan kepada anak-anak di Kecamatan Ploso.

Khususnya bagi anak-anak yang berprestasi. Diharapkan beasiswa ini mampu membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.

Bupati Jombang Mundjidah Wahab mengapresiasi langkah yang dilakukan PT CJI. PT CJI dinilai Mundjidah terbukti begitu peduli kepada pendidikan anak, dan sudah bertahun-tahun dilakukan PT CJI.

“Terlebih lagi bagi anak-anak berprestasi, dari keluarga kurang mampu,” tandas Mundjidah Wahab. Ke depan, imbuh Mundjidah, Pemkab Jombang akan melakukan komunikasi dengan perusahaan-perusahaan lain agar melakukan kegiatan serupa.

“Akan kita kumpulkan perusahaan-perusahaan, untuk CSR (corporate social responsibility)nya agar ada koordinasi dengan Pemkab Jombang,” imbuhnya.

Mundjidah menuturkan, Pemkab Jombang konsisten dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Selama ini, Pemkab Jombang sangat serius menangani dan meningkatkan mutu pendidikan.

“Dana dari pusat, provinsi dan daerah kita sharing. Untuk seragam gratis sudah kita programkan dan sudah kita anggarkan kurang lebih Rp 30 miliar. Itu akan dilakukan tahun ajaran baru 2019,” pungkas Mundjidah.

General Manager PT CJI, Mulyono mengatakan, selain penyerahan beasiswa kepada pelajar berprestasi, PT CJI juga menyerahkan bantuan bagi sekolah peduli lingkungan.

 

Penghargaan tersebut diberikan ke SDN Rejoagung.

“Kenapa sekolah peduli lingkungan, karena kami ingin menanamkan budaya bersih dan peduli lingkungan sejak di bangku sekolah,” tutur Mulyono.

Dikisahkan, pada 20 tahun silam, ketika PT CJI berdiri di Kecamatan Ploso, kondisi lingkungan masih sangat bersih. Tidak ada sampah-sampah di sepanjang aliran sungai.

“Tetapi sekarang ini, sungai sudah menjadi tempat pembuangan sampah. Harapan kami, 10 tahun ke depan sudah tidak ada sampah di sungai,” harap Mulyono.

 

Article courtesy: Tribunnews.com

Photo courtesy: Tarakantimes.com

Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Wayang Topeng Jombang Kisahkan Cerita Panji

Tribunjatim.com, Jombang – Di Indonesia ada beragam jenis seni wayang.

Wayang hadir dalam berbagai bentuk dan medium ekspresi.

Ada Wayang Kulit, Wayang Orang, Wayang Golek, Wayang Klitik, Wayang Beber, dan ada juga ‘Wayang Topeng’.

Menonton ‘Wayang Topeng’ berarti menonton taeter pitutur khas Indonesia.

Berbeda dari seni wayang kebanyakan, yang sumber ceritanya dari kisah “Mahabharata” dan ”Ramayana” (India). Sebaliknya Wayang Topeng, menjadikan cerita “Panji” (khas Indonesia) sebagai sumber lakon.

Kisah-kisah klasik inilah yang ditampilkan oleh para penggiat seni dan budaya dari Kabupaten Jombang, dengan menyajikan kesenian ‘Wayang Topeng’ di Anjungan Jawa Timur, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur, Minggu (25/11/2018).

Sajian Wayang Topeng Jati Duwur dengan lakon ‘Patah Kuda Narawangsa – Bumi Santri Nggayuh Wohing Pakarti Mring Lelaku Suci’_ ini, menjadi bagian dari perhelatan Anugerah Duta Seni Budaya Jawa Timur, yang diselenggarakan Badan Penghubung Daerah Provinsi Jawa Timur.

Cerita Panji, adalah kumpulan cerita masa Jawa periode klasik. Isinya mengenai kepahlawanan dan cinta, terkait dengan tokoh utamanya, Raden Inu Kertapati (Panji Asmarabangun) dan Dewi Sekartaji (Galuh Candrakirana).

Beberapa cerita rakyat seperti ‘Keong Mas’, ‘Ande-ande Lumut, dan ‘Golek Kencana’ juga merupakan turunan dari cerita ini.

Banyak orang tidak tahu bahwa ‘Cerita Panji’, adalah karya sastra dan budaya Indonesia, yang pengaruhnya hingga ke luar negeri.
Dalam siaran pers yang diterima TribunJatim.com, Senin (26/11/2018), ‘Cerita Panji’ memiliki banyak versi, dan telah menyebar ke seluruh jazirah Nusantara; Jawa, Bali, Kalimantan, Malaysia, Thailand, Kamboja, Myanmar, dan Filipina.

“Wayang Topeng sudah mendapat pengakuan dari Negara. Melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Wayang Topeng ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2018,” kata Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab, saat memberi sambutan pada acara Anugerah Duta Seni Jawa Timur tersebut.

Pengakuan tersebut, lanjut Mundjidah, mendorong masyarakat khususnya warga Jombang terus berupaya ikut melestarikan karya budaya ini.

“Wayang Topeng Jatiduwur merupakan salah satu dari kekayaan budaya yang dimiliki Jombang. Oleh karena itu, kita terus berupaya menampilkan seni pertunjukan ini pada masyarakat luas. Salah satunya tampil di Anjungan Jawa Timur Taman Mini Indonesia Indah ini,” terangnya.

Selain Wayang Topeng, Duta Seni Kabupaten Jombang juga menampilkan kesenian lainnya, antara lain, musik ‘Qasidah Rebana’, tari ‘Kidung Abdi Praya’, nyanyian ‘Bumi Santri’ disertai peragaan busana komoditas batik khas Jombang, gending dolanan ‘Kelinci Ucul’ serta tari ’Kelono’ untuk mengawali sajian drama wayang topeng.

Jombang Bumi Santri Berkarakter

Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab, mengharapkan, Jombang tidak hanya dikenal sebagai bumi santri, melainkan juga sentra seni dan budaya yang berkarakter.

Kabupaten Jombang, kata Mundjidah, merupakan salah satu dari banyak wilayah di Jawa timur yang kaya akan budaya. Oleh karena itu, menurutnya, perlu wadah yang dapat menampung berbagai kegiatan seni dan budaya ‘Jombangan’.

“Kita akan bangun sebuah pusat edukasi dan rekreasi budaya yang representatif yang nantinya dapat difungsikan sebagai sarana edukasi, komunikasi, sekaligus rekreasi,” terangnya.

Turut menyaksikan acara ini Kepala Sub Bidang (Kasubid) Pengelolaan Anjungan Badan Penghubung Daerah (Bapenda) Provinsi Jawa Timur, Samad Widodo, SS, MM Hadir juga Ketua DPRD Kabupaten Jombang, Drs H Joko Triono, Kapolres Jombang, AKBP Fadli Wiydanto, jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Jombang, serta warga dan pengurus Pawarta (Paguyuban Warga Jakarta) asal Jawa Timur.

Para seniman yang terlibat di pergelaran ini, Fandi Ahmad, SPd (Penulis Cerita dan Sutradara), M. Habibudin (Penata Artistik dan Panggung), Ayu Titis Rukmana Sari, M.Sn, (Penata Tari), Wahyudi M. Sn, (Penata Musik), serta puluhan pengrawit, aktor, aktris panggung, penyanyi dan penari.

Duta Seni Kabupaten Jombang ini langsung di bawah pembinaan Bupati Jombang, Hj Mundjidah Wahab, selaku Pelindung.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jombang, Drs. Bambang Nurwijanto M. Si, sebagai Penasehat, Kepala Bidang Kebudayaan, Suparno, SH, sebagai Penanggung Jawab.

Bertindak sebagai Juri Pengamat adalah, Suryandoro, S.Sn (Praktisi dan Pengamat Seni Tradisi), Eddie Karsito (Wartawan, Penggiat Seni & Budaya), Dra Nursilah, M Si (Dosen Seni Tari Universitas Negeri Jakarta), dan Catur Yudianto (Kepala Bagian Pelestarian dan Pengembangan Bidang Budaya TMII).

Pergelaran selanjutnya, Anjungan Jawa Timur TMII akan menampilkan duta seni dari Kabupaten Malang (2 Desember 2018), dan Kabupaten Jember (9 Desember 2018) mendatang.

 

Article courtesy: Tribunnews.com

Photo courtesy: Tribunnews.com

Kampoeng Djawi Wonosalam; Lestarikan Arsitektur dan Budaya Jawa Timur

JOMBANG – Kampoeng Djawi salah satu destinasi wisata yang unik dengan suasana  khas pedesaan asri dan sejuk di Kabupaten Jombang. Seperti namanya, Kampoeng Djawi yang terletak di Dusun Gondang, Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam, mengusung tradisional Jawa dalam setiap detailnya.

Mulai dari pintu masuk hingga berbagai tempat dan fasilitas penginapan khas Jawa membawa pengunjung pada era tempo dulu.

Apalagi didukung udara sejuk Wonosalam membuat pengunjung betah berlama-lama. Kampoeng Djawi  berada di ketinggian 750 di atas permukaan laut dengan udara yang cukup segar dikelilingi pegunungan dan hamparan sawah, memperkuat suasana desa yang menyatu dengan  alam.

Penginapan di Kampoeng Djawi berbentuk rumah joglo Jawa Timur  sangat nyaman untuk pengunjung.

Memasuki Kampoeng Djawi,  disambut gapura candi lengkap dengan hiasan janur yang memiliki nilai Jawa yang kuat. Lobby Kampoeng Djawi berbentuk pendopo begitu unik dengan ukiran, kursi, meja dan interior dari kayu jati memperkuat suasana Jawa.

Selanjutnya, pengunjung semakin hanyut dalam suasana tradisional Jawa Timur.  Meski demikian, pengunjung tidak perlu khawatir sebab rumah joglo ini sudah dimodifikasi, sehingga terasa nyaman. Fasilitas kamar tidur, kamar mandi dan lainnya, tetap dengan sentuhan zaman dulu.

Kolam renang dengan air yang begitu jernih dan segar, dengan latar belakang pemandangan sawah dan hutan begitu indah. Pengunjung selalu mengabadikan momen liburan mereka berenang di Kampoeng Djawi ini.

Selain itu, kuliner di Kampoeng Djawi juga begitu memanjakan lidah pengunjung. Kampoeng Djawi memiliki fasilitas pawon alias dapur sebagai tempat memasak dan sekaligus tempat makan ala zaman dulu. Berbagai menu makanan  Jawa Timuran bisa dipesan. Dapur ini juga dilengkapi dengan area makan outdoor yang cantik dihiasi dengan deretan meja dan bangku berbahan kayu. (*)

(jo/ric/mar/JPR)

 

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Website Kampoeng Djawi

Tangan Kreatif Zainal Fanani Membuat Ukir Wajah Berbahan Kayu Limbah

JOMBANG – Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan kayu limbah. Seperti yang dilakukan Zainal Fanani, 22, asal Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.

Jawa Pos Radar Jombang beberapa hari lalu berkunjung ke rumah produksi Zainal yang berada di Jalan Kapten Tendean, Pulo Lor, Jombang. Tangannya terlihat begitu lihai mengukir setiap sudut kayu yang sudah dipola. Matanya, fokus menatap gerakan mata pisau pada mesin gergaji tripek yang dipegangnya.

Sesekali, dia melepas dan membersihkan bekas ukiran kayu yang menutup desain di kayu berukuran 20 x 20 sentimeter itu. Seni ukir wajah berbahan kayu memang lebih sulit dibandingkan melukis dengan kanvas. Tingkat risiko juga lebih tinggi. Namun, Zainal mengaku, membuat kerajinan ukir wajah lebih menarik dan menantang.

“Ada serangkian proses yang harus dilalui. Pertama, membuat pola pada kertas HVS,” ujar dia. Setelah pola dibuat, kemudian dia mempersiapkan kayu yang diukir. Dia memilih kayu limbah peti kemas. Selain teksturnya lebih empuk, kayu yang berasal dari jati belanda tersebut memiliki tekstur yang menarik.

”Ada semacam galih-nya. Lebih memiliki seni juga,” sambung dia. Setelah kayu dipilih dan dipotong sesuai ukuran, barulah kayu tersebut diukir menggunakan alat ukir atau mesin gergaji triplek yang sudah dimodifikasi. “Ini saya pakai mata pisau tiga milimeter, agar kayunya tidak pecah,” jelas dia.

Untuk membuat satu karya ukiran wajah, dia membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga hari. Lamanya waktu itu juga bergantung pada tingkat kerumitan pola. Mahasiswa Unwaha Jombang ini mengaku, dia belajar seni ukiran wajah secara otodidak.

Belajar dari youtube karena ingin meringankan beban orang tua untuk membayar biaya kuliah. ”Saya coba-coba. Sejak sekitar setahun lalu, dan uangnya untuk tambahan biaya kuliah,” papar pra usia 22 tahun tersebut.

Zainal hanya memanfaatkan media sosial untuk memasarkan ukirannya. Dia menggunakan facebook dan instagram untuk menjual sekaligus menawarkan ukiran wajah kayu. ”Saya tawarkan sesuai ukuran dan tingkat kerumitan,” jelas dia.

Misalnya, untuk ukuran 20 x 20 cm dihargai Rp 80 ribu. Untuk ukuran 40 x 30 dihargai 100 ribu dan ukurang paling besar yakni 40 x 50 dijual dengan harga Rp 125 ribu. “Alhamdulilah banyak yang pesan juga. Kadang kadang untuk hadiah wisuda, suvernir, dan pajangan di rumah,” beber pria berpeci hitam ini.

Selama ini, ukiran wajahnya paling laris dipesan teman-teman kuliahnya. ”Kadang di pesan orang dari luar kota. Misalnya Mojokerto dan Malang. Mereka pesannya pakai chat di medsos,” pungkasnya. (*)

(jo/ang/mar/JPR)

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Selamat Datang di Jombang: Kota Santri, Kota Toleransi!

Latar Belakang & Tujuan

Latar Belakang

Jombang dikenal sebagai salah satu daerah yang banyak melahirkan tokoh nasional baik itu yang berkiprah di bidang pemerintahan, sosial, budaya, ekonomi bisnis, milter dan banyak bidang lainnya. Keberadaan mereka membarikan banyak kontribusi tidak hanya untuk untuk Jombang namun juga Indonesia bahkan dunia. Salah satu tokoh yang fenonemal adalah Abdurrahman Wahid atau kerab disapa Gus Dur. Presiden ke-4 Indonesia ini terkenal karena pemikirannya yang melintas batas waktu dan dimensi, progresif tentang berbagai hal terutama bidang sosial, budaya, dan kerukunan beragama. Selama menjabat sebagai presiden dan selama hidupnya, Gus Dur secara aktif mendorong adanya masyarakat yang saling memiliki pemahaman yang sama akan kehidupan, bahwa terlepas dari banyaknya perbedaan yang ada namun semuanya adalah setara atau sama. Filosofi yang sama dengan yang terkandung dalam Bhinneka Tunggal Ika atau berbeda-beda namun tetap satu juga. Pemikiran ini yang kemudian mendorong dan menjadi basis atau dasar masyakarat yang toleran satu sama lain. Tidak salah jika Gus Dur selama ini mendapatkan sebutan atau gelar Bapak Toleransi Indonesia. Indonesia adalah negara besar dan beragam, tanpa adanya toleransi tentu negara ini tidak akan berdiri berdaulat sampai saat ini.

Jombang dikenal sebagai kota santri karena banyaknya pondok pesantren di hampir seluruh penjuru mata angin. Lebih dari itu, Jombang merupakan tempat lahir dan berkembangnya salah satu Organisasi Islam terbesar yakni Nahdlatul Ulama. Jombang selama ini menjadi daerah yang sangat kondusif dan bebas dari konflik-konflik horizontal berbasis suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Hal ini menjadi suatu kebanggaan dan juga modal untuk menjadikan Jombang sebagai salah satu inspirasi dan fondasi untuk memperkenalkan Jombang sebagai kota aatau daerah toleransi. Jombang memiliki posisi yang strategis baik secara letak geografis maupun dalam percaturan sosial budaya dan politik, dengan demikian mengusung semangat toleransi adalah opsi yang layak untuk dilakukan. Kota Toleransi ini akan melengkapi sebutan Jombang selain sebagai Kota Santri.

Dengan mengusung Jombang Kota Toleransi, maka diharapkan selain menyuburkan pemahaman akan toleransi ke seluruh penjuru Indonesia juga diharapkan mampu mendorong kemajuan pariwisata di Jombang. Inisiatif ini digagas oleh Njombangan dan Event Jombang serta diharapkan didukung oleh segenap pihak seperti pemerintah, media massa, masyarakat, duta wisata dan lainnya.

Tujuan

  1. Memberikan branding Jombang sebagai Kota Toleransi.
  2. Mengenalkan Jombang sebagai tempat untuk belajar toleransi.
  3. Memajukan pariwisata Jombang.
  4. Mengajak masyarakat secara umum, khususnya warga Jombang untuk mengetahui dan memahami semangat toleransi dan sejarah Jombang.
  5. Mengajak masyarakat secara umum, khususnya warga Jombang untuk ikut serta dalam melakukan inisiatif dalam menerapkan nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
  6. Mengajak masyarakat secara umum, khususnya warga Jombang untuk ikut serta membangun Jombang dengan caranya sendiri sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-masing.
  7. Mengajak warga Jombang untuk lebih kenal dan mencintai Jombang.

Frekuensi

Walking tour direncanakan akan dilakukan dua kali seminggu yakni pada minggu ke-2 dan ke-4 setiap bulannya.

Media Social Campaign

Kampanye dan sosialisasi melalui media sosial atau media komunikasi lainnya baik yang tertulis maupun elektronik terkait dengan latar belakang, inisiatif dan nilai-nilai yang ingin disampaikan oleh Jombang Kota Toleransi.

Walking Tour

Yakni Walking Tour atau wisata sambil jalan-jalan menyusuri beberapa tempat-tempat di Jombang yang kiranya memiliki sejarah dan nilai yang relevan dengan inisiatif ini, yang meliputi:

  • Rumah ibadah
  • Gedung bersejarah
  • Gedung pemerintahan
  • Ruang terbuka publik
  • Lainnya yang relevan

Bantuan Anda

1. Membantu menginformasikan adanya program ini kepada masyarakat luas.

2. Ikut menjadi penyandang dana atau donatur. Silahkan untuk secara ikhlas memberikan dukungan dana untuk pengadaan logistik, pengembangan guide dan kebutuhan lainnya. Penggunaan dana akan secara transparan digunakan dan dilaporkan.

Kontak

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan untuk kontak kami di

njombangan@gmail.com atau

Johar di 087878724050.

Mari Bergabung di Jombang Diaspora Network!

Latar Belakang & Tujuan

Warga Jombang, tidak bisa dipungkiri, juga hidup dan tersebar di berbagai daerah di luar Jombang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Mereka ini hidup merantau dengan berbagai tujuan misalnya untuk bekerja, berkarya, berkeluarga, menempuh pendidikan atau lainnya. Para perantau, yang kemudian menjadi diaspora ini bisa menjadi kekuatan dan roda penggerak perubahan ke arah yang lebih baik dari Jombang. Pengalaman dan kemampuan mereka baik finansial maupun non finansial serta network yang mereka miliki dapat menjadi modalitas untuk memecahkan berbagai permasalahan di Jombang. Adapun beberapa tantangan yang dihadapi adalah:

1. Tidak semua diaspora memiliki kesadaran untuk berkontribusi untuk Jombang

2. Bagi mereka yang terpanggil untuk berkontribusi, maka masih ada missing links berupa:

– tidak adanya informasi yang jelas dan komprehensif tentang bagaimana mereka bisa berkontribusi

– kurangnya informasi kanal-kanal yang bisa mengakomodasi semangat berkontribusi mereka

Atas hal di atas, maka Njombangan berinisiatif untuk membentuk Jombang Diaspora Center atau JDC. JDC bertujuan sebagai wadah bagi para diaspora untuk bersilaturahmi dan berkolaborasi dalam kebaikan untuk Jombang tercinta. JDC ini terbuka bagi semua warga Jombang baik yang di Indonesia maupun di luar negeri. Njombangan percaya bahwa kontribusi tidak harus selalu datang dengan kehadiran fisik namun bisa dilakukan walaupun kita tidak berada di Jombang. Kontribusi bisa lewat hasil pemikiran, dukungan finansial, dukungan non finansial, dukungan moral dan doa, memfasilitasi jejaring dan lain sebagainya.

Bentuk Kegiatan

Kegiatan JDC adalah sebagai berikut:

1. Pendataan diaspora termasuk keahlian dan komitmen mereka untuk berkontribusi ke Jombang. Pendataan dilakukan secara online.

2. Channeling komitmen kontribusi ke berbagai tantangan di Jombang serta program yang ada.

3. Tulisan diaspora yakni untuk memfasilitasi pemikiran diaspora melalui tulisan yang kemudian dipublikasikan di media sosial Njombangan atau dibukukan (jika memungkinkan).

4. Temu JDC dengan berbagai pihak di Jombang terutama pemerintah daerah, masyarakat dan komunitas.

5. Pembentukan JDC Endowment Fund yakni dana abadi diaspora yang digunakan untuk sebesar-besar kemajuan Jombang. Dana ini akan dikelola secara independen oleh lembaga keuangan resmi atau legal misalnya bank.

Frekuensi

Program ini berjalan terus menerus dan dapat diikuti oleh siapa saja diaspora Jombang.

Bantuan Anda

1. Menginformasikan jika ada diaspora atau keberadaan diaspora termasuk kontak mereka.

2. Ikut mendaftar melalui pengisian database online JDC.

3. Menginformasikan keberadaan JDC kepada diaspora yang lain,

4. Menghubungkan JDC dengan berbagai pemangku kepentingan.

5. Menulis tentang apapun yang kiranya bisa memberikan pemikiran untuk sumbangsih kemajuan Jombang.

Kontak

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan untuk kontak kami di

njombangan@gmail.com atau

Johar di 087878724050.

Melihat Pembuatan Wayang Potehi di Museum Potehi Kecamatan Gudo

OMBANG – Keberadaan wayang potehi di Museum Potehi Klenteng Hong San Kiong Gudo sudah terkenal. Namun belum banyak yang tahu bagaimana pembuatan wayang mungil berbagai karakter tersebut.

Beberapa waktu lalu Jawa Pos Radar Jombang berkunjung ke klenting ini. Sekira pukul 09.00 WIB, ratusan wayang potehi setengah jadi dijajar di halaman museum. Bentuknya masih banyak yang belum sempurna, namun karakter alias wajah wayang potehi sudah mulai tampak.

Ada karakter raja, putri, prajurit hingga anak anak dengan wajah lucu. Ya, hampir setiap pagi pekerja membuat wayang potehi untuk keperluan pertunjukan.

Ratusan wayang potehi tersebut dibuat dari kayu warung gunung. Dipilihnya kayu warung gunung karena bahannya empuk, mudah dibentuk dan tidak mudah pecah ketika dipahat. ”Apalagi kayu warung gunung memiliki tekstur warna yang bersih. Sehingga memudahkan pewarnaan,’’ ujar Alfian, 32 dalang wayang potehi.

Setelah dipahat, proses selanjutnya adalah pewarnaan. Proses ini sangat krusial karena pemilihan warna menentukan karakter setiap wayang. Misalnya, karakter raja biasanya diberi paduan warna merah dan hitam. Hal itu tentu berbeda degan pemberian warna untuk karakter ratu maupun anak anak. ”Ada ribuan karakter diwayang potehi. Karena setiap cerita beda pula karakter yang dimainkan,’’ sambung dia.

Setelah pewarnaan kelar, kemudian wayang potehi dipasangkan baju. Baju tersebut terdiri dari baju dalam, baju utama dan dan topi. Setiap wayang juga diberikan asesoris tambahan seperti senjata dan kipas tergantung dari setiap karakternya. ”Kalau baju dalam itu terbuat dari kain karung, sedangkan baju utama terbuat dari kain santen,’’ jelas dia memerinci.

Baju baju itu, tidak dibuat di Jombang melainkan didatangkan dari Kabupaten Tulungagung. itu dikarenakan tidak semua penjahit bisa membuatkan busana untuk wayang potehi. ”Kalau di Jombang itu hanya pembuatan wayangnya,’’ beber dia.

Dalam membuat wayang potehi, waktu yang dibutuhkan kadang sampai berminggu-minggu. Karena dalam sekali membuat ada puluhan wayang yang dikerjakan. Sehingga waktu yang dibutuhkan juga lama. ”Untuk pewarnaan juga menyesuaikan cuaca. Kalau kondisi terik, mungkin satu hari sudah kering,’’ papar dia.      

Wayang potehi terdiri dari tiga kata yakni poo yang berati kain, tee kantong dan hi pertunjukan. Yang  berarti, adalah pertunjukan kantong kain. Tujuan utama pertunjukan wayang potehi tidak hanya sebagai tontonan, namun juga sebagai tuntuan tentang arti kehidupan, perjalanan hidup maupun kematian. ”Selain itu, tujuan pertunjukan wayang potehi adalah untuk menghibur dewa-dewi yang ada di klenteng,’’ papar pria asli Sidoarjo ini.

Sejarah wayang potehi pertama kali dikenalkan oleh suku hokian, salah satu suku di China. Kemudian meluas hingga ke daratan China dan akhirnya sampai ke wilayah Indonesia dan Taiwan ketika dibawa pedagang China. ”Kalau di Jawa Timur itu pusatnya ada di Jombang dan Surabaya. Di daerah lain juga ada tapi tidak membuat,’’ pungkasnya. (*)

(jo/ang/mar/JPR)

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Nantikan Lomba Esai Pembangunan Njombangan (LEPEN) 2020!

Pelaksanaan Lomba Esai Pembangunan Njombangan (LEPEN) 2019 telah selesai dan pemenang telah diumumkan. Kami juga akan menyelenggarakan lomba serupa pada 2020 nanti. Tunggu pengumumannya lebih lanjut ya 🙂