• info@njombangan.com

Daily ArchiveOctober 4, 2018

Perajin Sarung Keris Jombang Menangguk Untung Bulan Suro, Banjir Pesanan

Sudahri, perajin warangka atau sarung keris sedang merampungkan hasil karyanya, dan pembeli warangka sedang memilih warangka hasil karya Sudahri di kiosny.(sutono)

SURYA.co.id, JOMBANG – Datangnya bulan Suro selalu menjadi berkah tersendiri bagi Sudahri (48) warga Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang.

Sebab, sebagai perajin warangka atau sarung keris, dia selalu kecipratan berkah Suro derngan membanjirnya pesanan pembuatan warangka.

Ini tak lain karena erat berkaitan dengan tradisi Jawa yang ‘mengharuskan’ kolektor keris untuk mencuci benda pusakanya pada bulan pertama penanggalan Jawa tersebut, serta melakukan perawatan, termasuk mengganti warangka jika sudah tidak layak.

Sudahri menjadi ‘jujugan’ para kolektor maupun pemilik benda pusaka atau tosan aji lebih-lebih karena dialah satu-satunya perajin warangka di Kabupaten Jombang.

Apalagi, selain membuat warangka, dia juga sekaligus menyediakan jasa perbaikan pusaka serta mencuci atau ‘marangi’ (memberi warangan) dan menjamasi keris, sehingga keris memunculkan kembali pamornya.

Ditemui di toko kecilnya, di Pasar Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung Sudahri yang kelahiran Sumenep, Madura ini mengaku, sebelum dan setelah memasuki bulan Suro, pesanan untuk kerajinan warangkanya naik hingga 80 persen.

Karena banyak pesanan, dia dibantu ayahnya sendiri, Sudjini (68). “Iya, biasa setiap bulan Suro tiba, pesanan pembuatan warangka memang naik, termasuk jasa untuk menjamasi maupun marangi,” kata Sudahri, Kamis (4/10/2018).

Sudahri sendiri mematok harga bagi hasil karyanya berupa warangka secara bervariasi, tergantung tingkat kesulitan dan ukuran warangka dan bahan bakunya. Namun berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 500.000 per buah.

Dengan harga relatif murah tersebut, Sudahri tak hanya diminati kolektor dari Jombang saja, melainkan juga pecinta tosan aji luar daerah. Seperti Kediri, Mojokerto, Nganjuk, dan daerah lain di Jawa Timur.

Menurut Sudahri, pembuatan warangka sebenarnyha tidak terlalu rumit. Hanya saja membutuhkan ketelitian serta wawasan tentang perkerisan, dan punya cita rasa seni perkerisan atau benda pusaka.

Sedangkan kayu untuk bahan baku, antara lain, dari kayu sawo, mentaos, asem, jati, setigi, timongo, cendana. “Yang paling mahal dari kayu gaharu,” terang Sudahri.

Kayu-kayu pilihan tersebut selanjutnya dipola mengikuti alur keris. Kemudian, kayu digergaji sesuai pola dan dihaluskan, sebelum diukir sesuai selera pemesan.

Selanjutnya bahan setengah jadi warangka itu dilubangi secara membujur menggunakan peralatan khusus. Dan akhirnya, warangka yang sudah jadi tersebut dipelitur dengan bahan khusus.

Sudahri mengaku membuat warangka dan membersihkan pusaka itu merupakan keterampilan yang diwariskan secara turun-temurun sejak kakek moyangnya mengabdi di Kerajaan, Sumenep, Madura.

Berbekal keterampilan dan kecintaan terhadap benda pusaka, Sudahri bertekad tetap konsisten membuat bermacam warangka dan membersihkan aneka macam pusaka dari pelosok Nusantara.

“Jika sepi pesanan, saya membuat warangka untuk stok. Dengan begitu, jika sewaktu-waktu ada order secara berbarengan, tidak keteteran,” ungkap ayah dua anak ini. Sudahri bertekad menekuni profesi perajin warangka sampai ajal menjemput.

Krisna Hari Sukemi, kolektor tosan aji asli Surabaya mengaku sudah beberapa waktu lamanya menjadi pelanggan Sudahri untuk merawat koleksinya.

“Pekerjaannya teliti, dan dia punya wawasan tentang benda-benda pusaka, sehingga saya mempercayakan kepadanya untuk menjamasi dan mencuci koleksi saya,” kata Krisna, saat memilih warangka di kios Sudahri. 

 

 

Article courtesy: Tribunnews.com

Photo courtesy: Tribunnews.com

Teater sebagai Terapi Karakter bagi Siswa Jombang

Quality Education

Oleh Choirun Nadzir

 

Kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, khususnya ekstrakurikuler drama/ teater, merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran yang membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka. Kegiatan ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan prestasi peserta didik.

 Mental karakter peserta didik dapat dibangun dengan satu bentuk terapi kegiatan seni salah satunya adalah teater. Teater terdiri dari lebih dari sekadar akting. Seperti musik, teater, dan tari menggunakan bentuk seni sebagai batu loncatan untuk proses pembelajaran yang lebih mendalam, dan lebih bermakna. Terapi teater membimbing orang melalui serangkaian kegiatan yang disengaja yang memungkinkan mereka untuk membuat adegan yang mewakili cara mereka ingin menjalani kehidupan mereka. Peserta didik dapat melihat terapi teater mempengaruhi perubahan dalam perilaku mereka, keadaan emosi, pertumbuhan pribadi, dan adaptasi keterampilan. Peserta didik yang menggunakan terapi teater sering dapat meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal mereka melalui partisipasi aktif.

 

Dengan nilai- nilai yang dibawa dalam proses teater, diharapkan hal ini akan memperbaiki karakter peserta didik. Secara teknis proses minimal akan dilaksanakan selama tiga bulan meliputi: bedah naskah, reading, lepas naskah, blocking, pendalaman karakter, lalu latihan bersama dengan artistik yang lain seperti, tata busana, musik, setting properti dan make up. Dalam proses terapi teater seorang aktor akan menjalani sebuah imitasi terhadap karakter lain dan mengharuskannya merubah 70% menjadi orang lain dengan menyisakan kontrol diri 30%. Ketika aktor mendapatkan peran menjadi seorang dokter, guru, profesor, atau peran yang lain, seorang aktor akan belajar psikologis, sosiologis, dan fisiologis dari karakter yang akan dimainkannya. Di dalam proses ini seorang aktor akan mendapatkan sebuah katarsis/ pencerahan. Dalam teater juga ada terapi casting juga bisa sebagai pembentukan karakter, dimana karakter yang dimainkan oleh aktor mempunyai karakter yang berlawanan dengan diri aktor, misal aktor pendiam akan mendapatkan peran yang mengharuskannya banyak bicara.

 

Jombang adalah kota kecil yang sudah memulai menanamkan kesenian teater pada ekstrakulikuler di sekolah. Mereka menghidupkan teater di sekolahnya masing- masing dan mulai membuat satu proses mandiri yang ajek. Di tahun 2017-2018 beberapa teater pelajar berhasil melangsungkan pementasan mandiri mereka, seperti:

  1. Teater Arsawa, SMK Sultan Agung 2 Jombang dengan pementasan Wewe Gombel karya M. S. Nugroho.
  2. Teater Sansesus, SMA 2 Jombang dengan pementasan Suara-Suara Mati karya Manuel Van Loggem
  3. Teater S, SMA 1 Jombang dengan pementasan Wiruncana Murca karya Fandi A.

 

Teater sebagai sebuah terapi yang dilakukan oleh pegiat teater pelajar ini belum disadari sepenuhnya, nyatanya teater mempunyai peran sebagai terapi perilaku. Ketika kegiatan ini dipertahankan akan menjadi sebuah habitual yang positif, maka generasi muda mendatang akan lebih bisa mengontrol laju perkembangan zaman.

 

Dengan harapan teater di Jombang akan semakin membudaya di kalangan remaja. Menjadikan Jombang sebagai kota teater pelajar mungkin bukan hal yang berlebihan. 5 tahun mendatang mimpi menjadikan Jombang sebagai kota teater pelajar bisa saja terwujud.