JOMBANGTIMES – Rasanya potensi alam yang ada di wilayah pegunungan di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, semakin memiliki daya tarik untuk dikembangkan menjadi wahana wisata.
Sebelumnya mencuat beberapa objek wisata di Wonosalam, seperti air terjun Tretes Pengajaran di Desa Galengdowo yang digadang-gadang sebagai air terjun tertinggi di Jawa Timur. Juga ada beberapa air terjun lainnya, yakni air terjun Selo Lapis di Desa Pangklungan serta air terjun Sekar Pundak Sari di Desa Wonokerto.
Kini bermunculan objek wisata alam lainnya, bak mempercantik Kota Santri ini. Kali ini, objek wisata baru dengan memanfaatkan potensi alam pegunungan di Wonosalam akan segera hadir untuk melayani para wisatawan dari daerah maupun luar daerah. Objek wisata tersebut yaitu Sumber Biru yang berada di Dusun Wonotirto, Desa Wonomerto.
Objek wisata ini menawarkan sebuah sensasi yang lain daripada objek wisata lainnya yang pernah ada. Di Sumber Biru ini, para pengunjung akan merasakan sensasi menikmati makanan dan minuman di tengah-tengah sungai yang mengalir dengan kondisi air yang jernih dan udara yang sejuk.
Di situ, para pengelola wisata sudah menyiapkan beberapa set meja dan kursi yang diletakkan khusus di tengah aliran sungai yang berasal dari sumber air alas (hutan, red) Wonomerto. Tidak hanya itu. Para pengunjung juga akan dihibur dengan ratusan kupu-kupu yang setiap saat berada di sekitar sungai, tempat para wisatawan menikmati wahana wisata alam tersebut.
Meski belum sepenuhnya dibuka karena masih dalam penyempurnaan, dari pantauan JombangTIMES di lokasi pada Selasa (29/5) pukul 11.00 WIB, sudah terlihat beberapa pengunjung yang antusias untuk menikmati wisata alam tersebut.
Terlihat beberapa pemuda berusia pelajar tampak menikmati wisata sungai biru dengan mengabadikannya melalui kamera ponsel. Tidak jarang mereka yang berjumlah 6 orang itu terlihat selfi atau memotret dirinya di beberapa spot di sekitar sungai.
Emilia (15). pemuda asal Kecamatan Wonosalam, mengatakan bahwa dirinya bersama kelima temannya sengaja berkunjung ke Sumber Biru ini dikarenakan sudah banyak diperbincangkan oleh kalangan pemuda di dunia maya. Karena itulah, Emilia beserta temannya tidak mau ketinggalan menikmatk wisata alam tersebut. “Mumpung lagi libur Mas. Ya seru-seruan saja. Ini sudah ramai diomongkan. Nggak mau ketinggalan,” ujarnya saat diwawancarai.
Selain itu, pengunjung lainnya, yakni Yahya (40), warga Kabupaten Kediri yang juga mengajak rombongan keluarganya, mengaku mengetahui wisata tersebut dari laman Facebook. “Saya kira sudah dibuka, ternyata belum. Ya ini tadi tahu dari Facebook,” ucapnya.
Meskipun belum dibuka untuk umum, wisata Sumber Biru ini akan diprediksi menjadi objek wisata yang banyak diminati wisatawan. Hal tersebut diyakini oleh Paulus Priono (45), salah satu warga Dusun Wonotirto, Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang yang juga salah satu pengelola wisata Sumber Biru.
Paulus mengatakan bahwa wahana ini akan dibuka saat Idul Fitri di bulan depan (Juni 2018, red). “Kalau ini sudah di-launching (dibuka, red), saya yakin ini akan banyak orang yang berdatangan ke sini,” ucapnya.
Untuk sementara, Paulus menyampaikan bahwa menuju dibukanya wisata Sumber Biru ini, para warga sekitar bergotong royong untuk melakukan pembangunan fasilitas dan objek-objek penunjang wisata seperti taman bunga dan warung-warung. “Ini sudah dimulai sejak 3 bulan yang lalu pembangunannya, hari ini masih kita lakukan pembangunan untuk persiapan launching,” tandasnya.
Selain sensasi menyantap makanan di atas sungai dengan dikelilingi rerimbunan pohon khas hutan pedalaman dan ratusan kupu-kupu, para pengunjung juga akan disuguhi dengan beberapa objek wisata yang memiliki nilai sejarah dari cerita rakyat alas Wonomerto. Misalnya batu kursi yang berupa batu besar berbentuk kursi. Konon, menurut cerita rakyat, batu tersebut merupakan tempat duduk seorang yang melakukan pertapaan.
Selain itu juga ada batu bernama Tapak Seno yang merupakan jejak kaki dari toko pewayangan bernama Seno. Kedua lokasi itu masih satu lokasi dengan wisata Sumber Biru dan menjadi satu paket wisata.(*)
JOMBANGTIMES – Bagi warga Kabupaten Jombang tidak perlu khawatir untuk memenuhi kebutuhan dalam berbuka puasa di bulan Ramadan ini.
Kali ini, Pondok Pesantren Tebuireng Jombang akan mempersiapkan ratusan paket makanan hidangan buka puasa bagi para warga kurang mampu.
Cukup mengeluarkan Rp 2 Ribu, setiap warga kota santri bisa membawa pulang hidangan buka puasa.
Melalui Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT), Ponpes yang didirikan oleh KH Hasyim Asy’ari ini meluncurkan program kuliner murah bagi masyarakat kurang mampu yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan 1439 Hijriyah. Hal tersebut diharapkan membawa manfaat bagi masyarakat sekitar Ponpes Tebuireng.
Dari penjelasan Direktur LSPT, Afif Abdul Rokhim bahwa program tersebut dinamainya Warung Nabung Berkah.
Pada program ini, masyarakat cukup mengeluarkan uang Rp 2 Ribu saja untuk bisa membawa pulang menu buka puasa yang sudah disiapkan.
“Kita jual ke masyarakat fakir miskin dan semua penarik becak yang berada sekitar Tebuireng,” ujar Afif Abdul Rokhim, Rabu (23/5).
Direktur LSPT itu juga mengatakan bahwa ide dari program Warung Nabung Berkah ini merupakan gagasan dari Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Salahuddin Wahid, yang merupakan adik kandung Presiden RI ke-4.
“Gus Solah (sapaan KH Salahuddin Wahid, red) memiliki harapan agar masyarakat sekitar juga bisa makan makanan yang bergizi dengan harga yang murah, karena Gus Solah notabenenya merupakan Duta Gizi Indonesia,” kata Afif Abdul Rokhim menjelaskan.
Selanjutnya, Afif menerangkan bahwa Warung Nabung Berkah tersebut dibuka pada setiap harinya selama bulan Ramadan pada pukul 15.00 WIB, di depan kantor LSPT Jl Irian Jaya No 10, Tebuireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang.
“Warung ini menyediakan makanan yang distok dari pusat kuliner Tebuireng. Jika respon masyarakat baik, juga akan membuka beberapa cabang yang akan disebarkan di seluruh wilayah Kabupaten Jombang,” terangnya.
Sementara, salah satu pengurus Ponpes Tebuireng, Teuku Azwani mengatakan bahwa dalam satu hari pengelola menyediakan 150 paket makanan. “Perlu diketahui, ini hanya untuk fakir miskin dan dhuafa,” tegasnya menyampaikan.
Sekadar diketahui, dalam satu paket menu makanan yang disediakan Warung Nabung Berkah ini, berisi nasi dan lauk serta sayur yang dikemas dengan menggunakan styrofoam dan ditambah air mineral kemasan gelas dan juga kue.(*)
Pewarta | : Adi Rosul |
Editor | : Heryanto |
Publisher | : Alfin Fauzan |
Sumber | : Jombang TIMES |
SURYA.co.id | JOMBANG – Pasar Ramadan dan tradisi Gerebek Apem kembali digelar di Jalan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), tepatnya depan GOR Merdeka Jombang, Rabu sore (15/5/2018).
Pasar Ramadan berlangsung setiap sore selama sebulan penuh, mulai 15 Mei hingga 14 Juni 2018.
Sedangkan gerebek apem, digelar setiap tahun menandai awal Ramadan, sejak 2007.
Selain kedua kegiatan itu, ada juga festival sebagai rangkaian kegiatannya.
Asisten II Pemkab Jombang Sucipto saat membuka kegiatan ini menjelaskan, pasar Ramadan dan lomba gunungan apem digelar untuk menyambut datangnya bulan Ramadan 1439 H / 2018 M.
Selain itu, pada saat dibukanya gerebek apem, juga diadakan festival apem dan kudapan pangan.
Ini semua, bertujuan menumbuhkembangkan usaha bisnis lokal.
“Bahan dasar pembuatan apem ini nonberas dan nonterigu. Bahan dasarnya dari ketela dan jagung, diolah sedemikian rupa sehingga cita rasanya tak kalah dengan apem berbahan terigu maupun beras,” kata Sucipto.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Heri Setyobudi, sebagai leading sector kegiatan ini menjelaskan, gunungan apem disusun dari sedikitnya 3150 apem.
Seluruh apem berasal dari PKK seluruh 21 kecamatan.
“Ini upaya menganekaragamkan pangan konsumsi nonberas dan nonterigu. Dengan menggunakan nonberas masyarakat diharapkan tidak terlalu bergantung terhadap beras,” jelasnya.
Heri melanjutkan, acara Festival Apem digelar setiap tahun menjelang datangnya bulan suci Ramadan.
Festival apem untuk memotivasi masyarakat supaya mencintai makanan tradisional dan mengangkat pengembangan destinasi pariwisata Jombang.
Setelah resmi dibuka, gunungan apem diarak, diiringi kesenian bernuansa Islami sepanjang Jalan KH. Abdurahman Wahid stat GOR menuju bundaran Ringin Contong. Selanjutnya, gunungan menjadi rebutan masyarakat.
Penulis: Sutono
Ribuan warga Jombang mengikuti doa bersama dan solidaritas kemanusiaan di Bundaran Taman Ringin Contong, Kota Jombang. Aksi yang diikuti warga lintas ethnis dan lintas keyakinan itu juga diisi aksi menyalahkan seribu lilin sebagai bentuk ekspresi mereka menyatakan solidaritas kepada para korban aksi bom bunuh diri yang di lakukan para teroris di sejumlah tempat di Jawa Timur (Jatim) pada Minggu (13/05) dan Senin (14/05).
Sejumlah elemen mulai dari Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jombang, Gerakan Pemuda (GP) Ansor Jombang, Banser, Lakpesdam NU Jombang, LDII, Senkom, Info Lantas dan Kriminal Jombang (ILKJ), GKI, PMII, INTI, BKSG, PHDI, GKJW, KNPI, Gereja Katholik, GPDI, Gusdurian Jombang, GMNI, POJ Jombang, SKIN Jombang, IPNU Jombang dan elemen lainnya ‘tumplek blek’ di tempat itu. Mereka juga bergantian melakukan orasi mengecam aksi terorisme.
Budi (49), salah seorang peserta mengatakan, ia dan kawan-kawannya sengaja mengikuti acara tersebut karena merasa prihatin terhadap aksi teror yang terjadi di Surabaya.
“Karena kami warga Jombang seluruhnya sangat prihatin dengan kejadian aksi-aksi teroris di Surabaya kemarin itu” kata Budi saat di wawancarai sejumlah wartawan di sela aksi, Selasa malam (15/05).
Ia berharap, aksi solidaritas seperti yang di lakukan ribuan warga Jombang tersebut bisa makin menyebar ke daerah-daerah lain di negeri ini, sehingga masyarakat bisa lebih waspada terhadap aksi-aksi terorisme.
“(Harapannya) ini bisa menyebar, kita jadi komit lagi sebagai orang Indonesia, lebih waspada terhadap aksi-aksi yang seperti ini,” tambah Budi.
Sementara itu, di salah satu pidatonya, Kapolres Jombang, AKBP Fadli Widiyanto menegaskan, ia yang mewakili jajaran kepolisian Polres Jombang dan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jombang merasa terhormat dan bangga atas dukungan ribuan warga Jombang yang hadir pada acara tersebut. Hal itu di katakannya adalah sebagai tambahan kekuatan yang luar biasa bagi institusinya untuk bersama-sama menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Malam hari ini kami mendapatkan kekuatan yang luar biasa dari masyarakat Jombang untuk berada bersama-sama dengan kami, melaksanakan tugas menjaga keamanan dan ketertiban di Jombang pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya melawan terorisme,” tegas Kapolres Jombang.
Tim Khusus
Keseriusan Polres Lamongan untuk mencegah sejak dini tindak terorisme dan radikalisme diwujudkan dengan menggelar silaturrahmi lintas tokoh agama dari MUI, FKUB, NU, Muhammadiyah, Hindu, Budha, dan Kristen.Tak hanya itu tokoh lintas agama juga deklarasi bersama menolak radikalisme dan terorisme.
“Kegiatan ini merupakan satu bentuk keseriusan kita, dari seluruh elemen terutama para tokoh agama yang mendukung polri, tni dan pemerintah untuk mengeliminir ataupun meniadakan segala bentuk terorisme”Kata AKBP Feby Hutagalung kepada wartawan ,Rabu(16/5).
Tentunya,Lanjut dia,ini juga merupakan bentuk upaya kita bersama untuk selalu berperan aktif untuk melakukan upaya pencegahan terhadap segala bentuk aksi terorisme sejak dini.
Feby menjelaskan,Jadi sebelum terjadinya aksi, tidak hanya dari Polres TNI, kami juga berharap para tokoh lintas agama bisa menyampaikan hingga ke tingkat bawah, agar dapat mengurangi dan mengeliminir paham – paham radikal dan jangan sampai menyebar di tengah-tengah masyarakat.
Karena perlu diketahui atas terjadinya bom di surabaya, bahwa sejak dini hingga dewasa sudah memiliki pemahaman yang salah. Jadi ini yang harus kita upayakan agar paham-paham seperti ini dihentikan.
Untuk lamongan ini,Masih Feby, punya ke khususan, karena punya histori. Karena kejadian bom Bali, pelakunya adalah orang Lamongan.
Upaya deradikalisasi yang dilakukan oleh pihak kepolisian, dengan melakukan penyuluhan, dengan menggandeng stakeholder, baik tokoh agama, BNPT, tenaga pendidik, dan semua instansi terkait, ini dilakukan secara simultan.
Kemudian kita juga memiliki lingkar perdamaian, yang diinisiasi oleh BNPT, yang bertempat di Lamongan, itu merupakan salah satu untuk mengeliminir dan melakukan deradikalisasi.
Selain itu ,Tambah Feby,Kami juga beberapa kali melakukan pendekatan kepada para mantan napi teroris, baik itu dengan pendekatan kemanusiaan maupun melibatkan mereka dalam berbagai kegiatan, agar mereka merasa terlibat dengan kegiatan masyarakat.
“Upaya – upaya kita juga memberikan alat untuk berwirausaha, agar mereka memiliki kesibukan, dan usaha, sehingga mereka tidak terpapar dengan paham radikal yang sebelumnya” tambahnya.
Disinggung soal adanya warga Lamongan yang merupakan mantan Deportan Suriah,Feby mengatakan,Untuk mantan deportan suriah tentunya ada pengawasan khusus, baik itu dari Densus 88, maupun dari kami dari Polres, dari Polda dan semua instansi terkait. Jadi kita sudah ada tim”Terang Feby.
Densus 88 ini memiliki tugas khusus untuk membuntuti pihak-pihak yang terpapar dan kembali ini.Sedangkan kami ini memiliki keterbatasan, dalam melakukan pengawasan, sehingga pembuntutan itu tidak efektif dan tidak dapat menyeluruh.
“Seperti yang kemarin terjadi di Surabaya, padahal dia itu ketua JAD Surabaya, yang memang sudah dibuntuti selama 4 bulan, tapi karena dianggap selnya tidur, sehingga dialihkan kepada tim yang lain, dan ternyata dalam waktu sesaat mereka sudah merencanakan kejadian ini.Dan pengungkapan-pengungkapan pelaku bom di surabaya ini sangat cepat, karena mereka ini memang di dukung dengan peralatan yang lengkap”Papar AKBP Feby Hutagalung. [rif.mb9]
JOMBANGTIMES – Kondisi alam yang ada di deretan pegunungan Anjasmoro, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, memiliki potensi besar untuk dijadikan destinasi wisata. Kabar terbaru, Air Terjun Tretes Pengajaran akan mulai dikembangkan sebagai tempat wisata oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Jombang.
Air Terjun Tretes Pengajaran yang berada di Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, ini bukan satu-satunya potensi pariwisata yang ada di desa paling ujung Kota Santri itu. Masih banyak destinasi wisata di Desa Galengdowo yang berpotensi mendatangkan wisatawan lokal maupun wisatawan dari luar Jombang, seperti Grojokan Kalisat, Gua Jepang, dan Air Terjun Jurang Singo yang semuanya berada di Desa Galengdowo.
Karena Galengdowo ini merupakan desa terakhir sebelum menuju Air Terjun Tretes Pengajaran, maka potensi wisata yang ada desa tersebut akan diperkuat sebagai daya dukung. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Desa Galengdowo Wartomo SSos saat diwawancarai JombangTIMES, Sabtu (12/5).
“Kami berpikir, sebelum orang ke Air Terjun Tretes Pengajaran, sudah tertarik dahulu. Akhirnya saya membuat destinasi baru juga yang berpotensi menarik wisatawan,” ujar kades jebolan Fisipol Untag Semarang tahun 1994 itu.
Tidak hanya wisata alam yang disuguhkan Desa Galengdowo. Wartomo juga mengatakan bahwa desa yang dia pimpin telah mempersiapkan wisata berbasis edukasi, seperti wisata petik buah salak. Buah salak jenis salak pondoh ini sudah menjadi komoditas hortikultura di Galengdowo. Bahkan beberapa waktu yang lalu dibuatkan festival buah salak yang dinamakan ‘Bancakan Salak’ dengan dihadiri ribuan wisatawan.
“Itu segmen pasar saya anak-anak sekolah. Bagaimana cara menanam salak yang bagus, bagaimana memetik salak yang bagus, dan sebagainya. Intinya pengunjung akan diajak berkeliling kebun untuk mempelajari cara budidaya salak,” beber kepala desa mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Semarang ini.
Tidak hanya petik buah salak. Galengdowo juga memiliki komoditas peternak sapi perah yang tergolong merata. Hal ini juga yang akan dimanfaatkan oleh Wartomo sebagai destinasi wisata edukasi, yang akan menjadi nilai tawar untuk wisatawan yang hendak menuju ke Air Terjun Tretes Pengajaran.
Sapi perah merupakan usaha peternakan yang banyak diusahakan oleh penduduk Galengdowo. Pengunjung akan diajak mempelajari cara budidaya sapi perah. Di antaranya: memberi pakan, kebersihan kandang, kesehatan ternak, memerah susu sapi sampai pada proses pengiriman susu ke penyimpanan dan pengolahan hasil susu.
Wahana bermain air di kolam renang dan bumi perkemahan juga disediakan oleh kelompok sadar wisata (pokdarwis) setempat. Banyaknya potensi wisata, mulai dari wisata alam hingga wisata berbasis edukasi yang tersedia di Desa Galengdowo ini, menurut Wartomo, bisa bersaing dengan potensi wisata yang ada di Kota Batu maupun Malang.
“Saya yakin seharusnya bisa bersaing dengan mereka (Kota Batu dan Malang). Justru di sini potensi alamnya lebih menggila. Karena apa? Di sana buatan, seperti Jatim Park. Di sini air terjun, Gua Jepang dan sebagainya murni destinasi wisata alam,” pungkas Wartomo.(*)
TRIBUNSTYLE.COM – Sebuah foto yang merekam tiga orang gadis saling berpelukan beredar luas di media sosial. Foto itu viral di media sosial setelah diunggah ulang oleh komika, Ernest Prakasa. Ernest mengunggah sebuah foto yang mencuri perhatiannya dari sebuah berita online lokal.
Foto itu memperlihatkan tiga orang gadis berasal dari dua sekolah berbeda. Ada dua siswi dari sekolah madrasah. Sedangkan di antaranya ada seorang siswa dari sekolah agama Kristen. Dalam foto itu keduanya terlihat sangat akrab merayakan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Jombang, Jawa Timur.
Sebanyak 30 siswa dari SD Kristen Petra Jombang berkunjung ke Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyah pada Rabu (2/5/2018). SD Kristen Petra Jombang yang kebanyakan berasal dari etnis Tionghoa diterima dengan hangat oleh 70 siswa MI tersebut. Kepala Sekolah SD Kristen Petra Jombang pun senang dan terharu dengan sambutan tersebut.
Rupanya kabar itu menarik perhatian Ernest Prakasa. Ernest bahkan mengunggah foto itu ulang dan menyisipkan pesan tuk pengikutnya di media sosial. Ernest mengaku terkesima melihat foto dan mendengar kabar tersebut.
“Inilah Nusantara.”
“Yang selama ini ada, dan harus kita jaga agar tetap sama.”
“Karna meski beda iman & warna, kita Indonesia! (emoji love)” terang Ernest.
Sejak diunggah postingan itu banyak menarik simpati netizen. Kegiatan dalam foto itu banyak dipuji netizen di media sosial. Netizen berharap agar rasa persatuan tetap terjaga di kalangan pelajar. Rasa persatuan di kalangan anak-anak diharapkan tak terdistorsi oleh oknum tak bertangtangungjawab.
@ryolxdm: “Biasanya masih kecil gini emng masi bisa bersatu masih ga tau arti rasis, tar uda menjelang dewasa kena distorsi dr keluarga, lingkungan, pergaulan. rusak lagi… tu pengaruh terbesar tu. semoga bisa awet nih system kyk gini nih”
@isteribaik: “Di daerah hal ini lumrah kok, di Jakarta aj jd masalah Krn politik sihh ya”
@mystyle_amour: “Jombang mah emang top deh soal toleran”
Satu lagi ikon pariwisata di Kabupaten Jombang kembali muncul. Setelah sebelumnya sukses menggelar “Kenduren” atau Kenduri Durian, di Wonosalam kini muncul Bancakan Salak.
Ya, Bancakan salak yang digelar di Desa Galengdowo Kecamatan Wonosalam kini bisa disebut salah satu ikon wisata di Jombang. “ini adalah event yang ketiga kalinya sejak tahun 2016,”ungkap Wartomo Kepala Desa Galengdowo, Minggu (6/5/18).
Acara yang dipusatkan di Lapangan Bumi Perkemahan Pengajaran Desa Galengdowo, ini banjiri ribuan warga. Tak hanya warga setempat, namun juga warga dari luar kota. Pjs Bupati Jombang, Kadis Pertanian, Plt Kadibudpar dan jajarannya, Forpimcam, Kepala Desa se Kecamatan Wonosalam, Perangkat Desa Galengdowo
Acara diawali dengan pawai hasil kreatifitas hasil bumi dari lima dusun yang ada di Desa Galengdowo menuju pusat digelarnya acara. Acara semakin meriah dengan sajian tari remo dari pelajar Wonosalam dan Tari Gembira yang ditampilkan ibi ibu petani salak setempat.
Wartomo selaku penyelenggara acara menyampaikan, Salak sebanyak 2 ton 19 kg merupakan hasil pertanian warga Desa Galengdowo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang.
“Terima kasih Pjs Bupati Bapak Setiajit SH. MM beserta rombongan yang hadir dan panitia serta warga Desa Galengdowo gotong royong membantu suksesnya acara Bancaan Salak,” ujarnya.
Sementara PJS Bupati Jombang Setiajit SH. MM menyampaikan terima kasih kepada Kepala Desa Galengdowo dan warga yang terus melestarikan tradisi yang dapat menarik para wisatawan ke Wonosalam.
Pertumbuhan ekonomi daerah, Kata Setiajit salah satunya didukung dari sektor pariwisata. Sedangkan Jombang mempunyai banyak tujuan wisata, ada wisata alam, religi maupun wisata industri.
“Kami Pemerintah Kabupaten Jombang memberi penghargaan dan apresiasi kepada warga Galengdowo. Lestarikan terus bancakan salak ini sehingga bisa menjadi ikon wisata Desa Galengdowo, Kecamatan Wonosalam dan ikon wisata Kabupaten Jombang,” ujarnya. (Admin)
TRIBUNJOGJA.COM – Pemerintah telah mengumumkan hasil Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) tingkat SMA/SMK pada Rbu(2/5/2018) lalu.
Kebahagian pun dirasakan oleh para siswa.
Salah satunya oleh Fera Febiyanti (17).
Siswi SMKN Mojoagung Jombang, ini meraih nilai tertinggi dalam Ujian Nasional Berbasis Komputer ( UNBK) se- Jawa Timur untuk tingkat SMK.
Rasa tidak percaya sempat menghinggapi Fera.
Itu terjadi karena dirinya merasa ada soal matematika yang tidak terlalu yakin dijawabnya dengan benar.
Namun ketika pihak sekolah meyakinkan dirinya mendapat nilai tertinggi, Fera langsung sujud syukur.
Setelah diumumkan mendapatkan nilai 380 yang merupakan nilai tertinggi SMK se-Jawa Timur, Fera yang sempat datang ke sekolah langsung disalami dan diberikan selamat oleh para guru.
“Tentu senang dan bahagia karena mendapat nilai tertinggi,” kata Fera saat ditemui di rumah orangtuanya Desa Mancilan, Kecamatan Mojoagung, Jombang, Jumat (4/5/2018).
Fera mengaku, tidak ada resep khusus yang diterapkannya sehingga meraih nilai tertinggi.
Dia mengaku hanya punya resep ‘klasik’, tekun dan giat belajar.
“Saya hanya rutin belajar setiap hari. Tak terkecuali hari libur, saya tetap belajar,” tutur Fera.
Fera mengaku menjadwal waktu belajarnya minimal selama dua jam setiap hari.
Biasanya, itu dilakukannya usai pulang sekolah dan malam sebelum berangkat tidur. Yang juga membantu menopang prestasinya adalah hobi yang ditekuni sejak kecil, yakni membaca.
“Dengan membaca, saya merasa pengetahuan terus bertambah. Saya tidak pernah bosan membaca,” kata Fera.
Putri penjaga WC umum
Fera datang dari keluarga yang secara ekonomi pas-pasan.
Ayahnya, Carwis (40), setiap hari bekerja sebagai penjaga ponten atau WC umum di pasar tradisional dekat rumahnya.
Carwis mengaku, tidak ada yang istimewa dari mereka dalam mendidik anaknya.
Namun, karena sadar dengan kehidupan ekonomi yang pas-pasan, sang ayah kerap memotivasi anaknya untuk tekun belajar dan juga rajin beribadah.
“Yang agak membedakan barangkali, saya juga menekankan kepada anak untuk disiplin dengan waktu, menghargai waktu. Saya minta dia memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk mendukung pendidikan dan masa depannya,” ungkap Carwis.
Kini Fera sudah dinyatakan diterima di perguruan tinggi negeri di Malang melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Fera mengaku siap melanjutkan studi ke jenjang Strata Satu, dan berusaha kembali mengukir prestasi.
Dia tidak ingin mengecewakan orangtuanya, yang bersusah-payah mencari biaya sekolahnya.
“Meski orangtua saya hanya bekerja sebagai penjaga ponten, tapi saya tetap bangga. Saya juga berupaya tidak minder, bahkan memacu semangat saya agar tidak kalah dengan yang lain,” tutur Fera. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Cerita Anak Penjaga WC Umum Raih Nilai Tertinggi UNBK Se-Jawa Timur”
TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG – Sebanyak 1.073 siswa dari SD hingga SMA menyuguhkan Tari Remo dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Alun-alun Kabupaten Jombang, Rabu (2/5/2018).
Tari Remo diyakini merupakan berasal dari Jombang.
Pjs Bupati Jombang Setiajit mengatakan, dipilihnya tarian remo karena ingin memberikan apresiasi kepada seni remo yang merupakan akulturasi budaya yang ada di Kabupaten Jombang.
“Dari data yang didapat melalui Dinas Pendidikan, jumlah anak yang terlibat sebanyak 1.073 orang anak. Sebetulnya jumlah pendaftarnya lebih dari itu. Tapi karena pertimbangan kapasitas alun-alun, maka jumlah kita batasi,” ujarnya.
Para penari remo tersebut unjuk kebolehan di hadapan Setiajit serta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kabupaten Jombang usai pelaksanaan upacara peringatan Hardiknas.
“Sesuai tema yang kita ambil saat ini, yakni pendidikan dan kebudayaan, maka sudah pas jika dimeriahkan dengan tari remo ini,” jelas Setiajit.
Upacara peringatan hardiknas dilaksanakan di alun-alun Kabupaten Jombang, dihadiri perwakilan sekolah dari SD hingga SMA di Kabupaten Jombang. (Surya/Sutono)
Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada hari ini, Rabu tanggal 02 Mei 2018 bertemakan “Menguatkan Pendidikan, Memajukan Kebudayaan”. Peringatan Hardiknas ini dipusatkan di Aloon-aloon Jombang dengan menyelenggarakan upacara yang dihadiri oleh Forpimda Jombang, segenap Kepala OPD, jajaran Dinas Pendidikan dan tamu undangan lainnya yang diikuti oleh siswa siswi sekolah, ASN Lingkup Pemkab Jombang, Polres, Kodim.
Dalam upacara yang di komandani Camat Jombang Bambang Sriyadi dan bertindak sebagai Inspektur Upacara adalah Pjs Bupati Jombang Setiajit tampak khidmat dan tertib. Dalam sambutannya Setiajit atas nama masyarakat Jombang dan Pemerintah Kabupaten Jombang mengucapkan terima kasih kepada seluruh insan pendidikan, organisasi yang mengabdikan dirinya di dunia pendidikan maupun pemangku jabatan lainnya yang telah berupaya semaksimal mungkin memajukan dunia pendidikan di Kabupaten Jombang. Beliau mengajak seluruh komponen masyarakat untuk memikirkan bagaimana memajukan pendidikan sehingga seluruh masyarakat Jombang bisa menikmati pendidikan secara adil dan merata serta terjangkau.
di akhir upacara, Pemerintah Kabupaten memberikan apresiasi penghargaan kepada beberapa guru berprestasi, yaitu :
Peringatan Hardiknas ditutup dengan pagelaran Tari Remo Massal yang dipersembahkan oleh 1.073 siswa siswi SD se Kabupaten Jombang. Maksud dan tujuan dilaksanakannya pagelaran tari remo massal ini adalah untuk melestarikan budaya asli Jombang agar nantinya tidak diakui oleh kabupaten lain sebagai budaya asli mereka dan juga menunjukkan kepada masyarakat nasional maupun internasional bahwa Jombang mempunyai budaya yang sudah sangat terkenal.