Pada September 2025 ini, Pasar Brantas menginjak usia genap 2 tahun. Dimulai dengan harapan dan kebersamaan, inisiatif pemberdayaan masyarakat ini bertahan sampai sejauh ini. Tentu banyak hal aral melintang yang selama ini dihadapi, namun syukur alhamdulillah inisiatif ini tetap hidup dan menebar manfaat bagi banyak orang.
Dimulai sebagai tempat atau wadah bagi orang berkumpul dan berinteraksi, Pasar Brantas menjadi wahana bagi pemberdayaan ekonomi masyarakat, promosi dan pelestarian seni budaya, serta upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian akan kelestarian lingkungan terutama Pasar Brantas. Brantas sendiri diambil dari nama sungai yakni Sungai Brantas yang mengalir di desa kami. Sungai ini adalah sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa dan menjadi berkah dari Tuhan yang mengaliri beberapa daerah kabupaten dan kota di Jawa Timur serta menjadi sumber air bagi belasan juta penduduk yang hidup di sana.
Pada perayaan 2 tahun Pasar Brantas ini berbagai acara diadakan. Beberapa minggu lalu, kami mengadakan kegiatan bersih-bersih Resik-Resik Rek di sekitar bantaran Sungai Brantas sisi Pasar Megaluh. Kegiatan ini bertujuan untuk mewujudkan kebersihan lingkungan dan menghindarkan sampah masuk ke aliran sungai. Pada Pasar Brantas edisi September 2025, parade penampilan seni budaya grup Njombangan diadakan mulai dari gejok lesung, hadroh, pentas anak-anak Desa Ngogri dan lainnya. Para pengisi acara tampil antusias karena memang Pasar Brantas selama ini menjadi media bagi mereka untuk menampilkan seni budaya yang mereka ikuti. Ada juga do’a bersama dan banca’an tumpeng. Ada 2 buah tumpeng yang diporak kemudian dimakan gayeng bersama-sama. Tidak lengkap suatu acara tanpa games berhadiah dimana diadakan games Tebak Lambe dimana pemenang yang berhasil menjawab pertanyaan bisa mendapatkan hadiah berupa keping Pasar Brantas. Perayaan ini, walau sederhana, namun penuh dengan syukur, semangat, dan rasa kekeluargaan yang erat.
Acara ini juga dihadiri oleh Camat Megaluh, Ibu Umi Salamah. Dalam sambutannya, Bu Camat memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Pasar Brantas sekaligus dorongan semangat agar keluarga besar Pasar Brantas tetap kompak dan terus menghidupkan pasar ini.
Berbagai Ucapan Selamat Ulang Tahun
Kami juga mengumpulkan ucapan selamat dari keluarga besar Pasar Brantas sebagai berikut:
“Selamat ulang tahun Pasar Brantas. Semoga terus kompak serta semangat para bolo-bolo keluarga besarnya. Semoga makin kreatif dan berkesan acara-acaranya. Tentunya juga Pasar Brantas terus memberi manfaat bagi masyarakat, lingkungan, dan seni budaya di sekitarnya. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Jer basuki mawa beya” – Slamet Santoso
“Sukses adalah hasil kerja keras, dedikasi, dan tim yang kuat. Banyak pengalaman dan rintangan yang telah dihadapi sehingga menjadikan kita untuk terus berkembang. Selamat ulang tahun Pasar Brantas yang ke #2 Semoga lebih berkembang dan banyak prestasi yang diraih selanjutnya,” – Ilmiatus Sa’diah
“Berjalan dengan pasti dimana sebuah perjalanan pasti ada banyak rintangan-rintangan yang tidak kita inginkan. Semua sudah kita lalui bersama dengan ikhlas, bersabar, dan selalu semangat dengan genap usia 2 tahun Pasar Brantas. Mari kita tingkatkan kekompakan dan selalu semangat. Semoga Pasar Brantas selalu berkembang dan bisa semakin dikenal masyarakat luas.
Mangan telo karo gowo beras. Ayo podo teko ngramekno Pasar Brantas.” – Yoyok Budi Utomo
“Semoga Pasar Brantas dapat berlangsung dan semakin maju, membawa manfaat bagi masyarakat khususnya pedagang UMKM Desa Ngogri. Pasar Brantas memberikan pengalaman yang unik dan kreatif, terlihat dari acara-acara seni budaya yang ditampilkan oleh perempuan-perempuan hebat di Pasar Brantas. Selamat ulang tahun Pasar Brantas, semoga ke depannya lebih baik dan semangat bagi keluarga besar pengelolanya.” – Leni Puji Purwati
“Mempertahankan lebih sulit daripada membuat. Yach, memasuki usia ke-2 tahunnya Pasar Brantas terbukti menjadi wadah berekspresi dan berkarya. Ibarat anak usia 2 tahun itu sedang lucu-lucunya. Harapan ke depan dengan semakin tambah dewasa, Pasar Brantas memberikan banyak manfaat bagi sesama. Selamat ulang tahun Pasar Brantas, teruslah tumbuh dan berkembang. Jaya jaya jaya!” – Lahir Jaka
“Meskipun banyak terjal yang melintang juga badai menghadang, kita tetap kukuh dan tegar menyelenggarakan Pasar Brantas. Semua itu demi kesatuan dan persatuan masyarakat bersama. Saya berharap semoga Pasar Brantas terus bersinar untuk selamanya,” – Surami
“Melahirkan ide itu tidak gampang. Mewujudkan ide menjadi nyata itu menantang. Memastikan bahwa ide itu terwujud dan berlangsung secara konsisten itu sudah next level. Pasar Brantas telah berjalan 2 tahun, sungguh waktu yang tidak pendek. Selamat ulang tahun Pasar Brantas dan terima kasih atas semangat juga komitmen dari seluruh keluarga Besarnya. Karena kalian semua, inisiatif ini tetap hidup dan memberi manfaat bagi banyak orang,” – Johar Zauhariy
“Pasar Brantas merupakan pasar tematik yang menampilkan keunikan budaya dan kreativitas warga Desa Ngogri, telah menjadi destinasi wisata andalan warga setempat dan sekitarnya. Selamat Ulang Tahun Pasar Brantas yang ke-2! Semoga terus berkembang, menjadi destinasi wisata yang lebih populer, dan tetap menjadi simbol kreativitas dan keunikan budaya warga desa. Saya berharap Pasar Brantas dapat terus menampilkan inovasi-inovasi baru dan menjadi sumber kebanggaan bagi masyarakat setempat.” – Nadia Rahmawati
“Sugeng Ambal Warsa Pasar Brantas yang ke-2 tahun. Semoga Pasar Brantas terus maju dan berkembang menjadi pusat pengembangan ekonomi warga yang ramai dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Saya harap Pasar Prantas terus menjadi tempat yang nyaman dan menarik bagi pengunjung dengan produk-produk dan seni budaya yang berkualitas. Semoga usia baru Pasar Brantas membawa kesuksesan dan kemajuan yang lebih besar lagi.” – Faizatur Rochmah
Poster ucapan selamat termasuk video ucapan selamat bisa dilihat di instagram Pasar Brantas. Terima kasih untuk semua yang sudah mengirimkan ucapan selamat tersebut.
Pasar Brantas mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung inisiatif ini, dari penyelenggaraan awal atau dulu pertama kali sampai sekarang. Kami percaya bahwa menumbuhkan dan mencari ide itu tidak gampang, mewujudkannya menjadi kenyataan itu tantangan tersendiri dan memastikan ide itu terwujud sampai konsisten butuh komitmen dan kerja keras sangat besar. Pasar Brantas tidak akan hidup sampai sekarang tanpa adanya panitia, pengunjung, pedagang, pengisi seni budaya, dan banyak pihak lainnya.
Kami tunggu kedatangannya di Pasar Brantas berikutnya. Matus suwun, Rek!
World Clean Up Day Jombang 2024 dilaksanakan pada Minggu, 15 September 2024 lalu di Pasar Brantas, Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh. Diselenggarakan oleh Sanggar Hijau Indonesia dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang, kegiatan ini diikuti 200 orang lebih dari berbagai sekolah dan komunitas pecinta lingkungan. Acara ini juga bertepatan dengan pelaksanaan Pasar Brantas edisi bulan September 2024. Acara berlangsung dari pagi sampai dengan siang hari dan peserta terlihat sangat antusias.
Desa Ngogri, adalah satu dari beberapa desa di Kecamatan Megaluh yang terletak tepat di tepi Sungai Brantas. Terkait dengan permasalahan sampah, beberapa tantangan yang masih ditemui antara lain adalah pengelolaan sampah selama ini dijalankan secara tradisional dengan mayoritas sampah dibakar, pembuangan sampah ke sungai sudah minim terjadi namun masih ada beberapa warga yang melakuannya, adanya bank sampah level desa namun belum optimal, kurang meratanya pemahaman akan pentingnya pengelolaan sampah berkelanjutan di semua kalangan warga, dan daerah ini juga sering mendapat limpahan sampah dari daerah lain yang mengalir melalui beberapa anak Sungai Brantas.
“Daerah kami masih mengalami tantangan dalam hal pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Perlu upaya ekstra dan konsisten untuk mendorong masyarakat yang sadar dan bijak mengolah sampah secara lestari.” ujar Agus Lishartitik, Kepala Desa Ngogri.
Peserta berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Jombang dan lintas umur baik itu anak-anak, pemuda-pemudi, dewasa maupun yang sudah lansia. Selain melakukan bersih-bersih di beberapa lokasi, kegiatan lainnya yaitu ocean ecobrick, edukasi bank sampah, dan upcycle toys bersama anak-anak.
“World Clean Up Day bukan hanya sekadar membersihkan sampah, tetapi juga momentum untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya perubahan perilaku terhadap sampah. Kami ingin menanamkan kesadaran bahwa setiap individu bisa berkontribusi untuk menjaga lingkungan, dan upaya ini harus dimulai dari kebiasaan sehari-hari,” ujar Shanti Ramadhani – OMS Sanggar Hijau Indonesia
Peserta selama beberapa jam telah mengumpulkan puluhan kilo sampah yang kemudian dipilah dan diproses lebih lanjut. Sampah yang tidak bisa diolah kemudian dibuang ke tempat pembuangan sampah akhir dengan menggunakan fasilitas moda transportasi dari Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Jombang.
“Perubahan perilaku memang membutuhkan waktu dan proses yang tidak mudah. Untuk mendorong masyarakat agar sadar akan pengelolaan sampah yang baik memerlukan edukasi, fasilitasi, dan juga contoh cerita sukses dari daerah lain. World Clean Up Day ini setidaknya bisa memberi semangat dan energi khususnya bagi warga Desa Ngogri agar pengelolaan sampah di sana bisa naik level.” kata Johar Zauhariy, penggagas dan pendiri Pasar Brantas.
Kegiatan ini semakin seru karena Pasar Brantas menghadirkan hiburan berupa tabuhan jaran dor dan grup opyak Adem Ayem. Pasar Brantas bersyukur bisa menjadi lokasi pelaksanaan kegiatan. Semangat World Clean Up Day ini diharapkan bisa terus dilanjutkan melalui berbagai bentuk kegiatan pelestarian lingkungan yang dilakukan masyarakat.
Selain itu juga memohon maaf jika ada hal yang kurang berkenan selama acara. Pasar Brantas siap menjadi tempat penyelenggaraan acara dari berbagai pihak yang membutuhkan tempat, sajian kuliner, sajian seni budaya, dan pengalaman kegiatan yang berkesan. Silahkan kontak kami lebih lanjut! Matur suwun.
JOMBANG – Masjid Al Jamhar yang terletak di Dusun Bulusari, Desa Kebondalem, Kecamatan Bareng termasuk masjid tua di Jombang. Usianya bahkan diperkirakan hampir dua abad lamanya.
Masjid ini didirikan Mbah Jamhari, tokoh agama yang merupakan prajurit Pangeran Diponegoro. Cerita yang didapat Jawa Pos Radar Jombang, masjid tersebut didirikan sekitar tahun 1830-an.
”Ini cerita dari orang tua saya, yang mendirikan itu Mbah Jamhari. Sebelum ke Kebondalem, Mbah Jamhari adalah prajurit Pangeran Dipenogoro,’’ ujar Zainul Abidin, 58, pengurus Masjid Al Jamhar.
Zainul menambahkan, Mbah Jamhari pernah diasingkan ke Sumatera Barat setelah tertangkap Belanda pada tahun 1827. Sekitar 1830-an, Mbah Jamhar kemudian masuk ke wilayah timur untuk menetap di Jombang.
”Akhirnya memilih menetap di sini (Kebondalem) dan mendirikan masjid serta membina orang-orang ngaji,’’ tambah Zainal yang masih punya garis keturunan dengan Mbah Jamhar.
Masjid Al Jamhar sangat kental dengan gaya arsitektur Jawa kuno. Bagian atap masjid berbentuk tajuk tumpang ala Masjid Demak. Selain itu, di ruang utama masjid juga terdapat empat soko guru yang terbuat dari kayu.
Meski usianya sudah mencapai 1,5 abad lebih, empat pilar kayu penyangga bangunan utama masjid masih utuh dan kokoh berdiri.
”Ya ini pilar utama masih asli dari kayu 1830-an. Ini ada lafal Allah SWT di bagian pilarnya,” tambahnya sembari menunjukkan ukiran lafal-lafal di permukaan kayu.
Kesan bangunan klasik juga terlihat dari bangunan tembok masjid. Tembok masjid berwarna putih ini memiliki ukuran lebih tebal dibandingkan dengan umumnya bangunan masjid di era modern.
Saat ini bangunan tembok masih kokoh, hanya saja di sejumlah titik tembok bagian luar mulai keropos. ”Mungkin karena kena air hujan,” imbuhnya.
Gaya arsiterktur Jawa juga terlihat pada bagian serambi depan masjid yang berbentuk joglo, identik dengan Masjid Demak. Masjid Al Jamhar juga memiliki bedug tua asli dari Kabupaten Ponorogo.
Namun, bedug tersebut tidak lagi digunakan lantaran sudah ada speaker. ”Selain itu, bagian langit-langit dan lantai sudah baru alias diganti pada 2013 lalu,’’ jelas dia.
Masjid yang didominasi dengan cat warna putih ini memang tak begitu luas. Ukurannya hanya sekitar 15 x 10 meter persegi. Untuk itu, Masjid Al Jamhar tidak ditempati salat Jumat. ”Di sini dipakai salat lima waktu, kegiatan keagamaan termasuk pengajian TPQ,’’ ujar.
Mbah Jamhari meninggal sekitar tahun 1840-an. Selain masjid, dulunya di lokasi setempat juga ada kegiatan pondok Salafiyah.
Namun, pondok tersebut dilaporkan terakhir beroperasi tahun 1970-an. ”Saya waktu masih kecil masih ada pondoknya, tapi kemudian dibongkar dan tanahnya ditempati rumah saudara-saudara,’’ pungkasnya. (ang/naz/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Bulan Juni adalah Bulan Bung Karno, salah seorang Pahlawan Proklamator Indonesia. Bulan lahirnya, bulan wafatnya dan juga bulan ketika dia menyampaikan pidato tentang lahirnya Pancasila. Bagi masyarakat Jombang, bukti-bukti persinggungan dan jejak masa kecil Bung Karno dengan kota santri masih terus digali dan dikumpulkan.
Pemerintah Republik Indonesia, telah menganugerahkan gelar pahlawan kepada Ir Soekarno pada 23 Oktober 1986. Kemudian pada 2012, kembali dipertegas dengan gelar Pahlawan Nasional.
Sebagian sudah terangkai kisah keterkaitan sejarahnya di Jombang, khususnya Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso. Termasuk upaya yang sudah dilakukan para pemerhati dan penelusur sejarah dalam mengumpulkan bukti berupa foto dan dokumen tertulis.
Selama ini, baik di buku dan dokumen menyebut tempat lahir Bung Karno di Kota Surabaya. Namun banyak yang meyakini jika Putra Sang Fajar ini sebenarnya lahir di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso. Begitu juga waktu kelahirannya tertulis 6 Juni 1901, ternyata ada juga dokumen yang sudah ditemukan menulis 6 Juni 1902.
Salah satu pemerhati sejarah Jombang yang tertarik menelusuri jejak Bung Karno di utara Brantas ini adalah Binhad Nurohmat. Menurutnya, kejelasan tempat (locus) dan lokasi rumah lahir Presiden Pertama Indonesia ini sangat penting. “Saya sejak empat tahun lalu sudah mulai serius menggali dan mengumpulkan bukti-bukti,” katanya.
Kondisi rumah yang pernah ditinggali keluarga Bung Karno di Rejoagung, sekarang memang sudah tidak utuh lagi. Hanya tinggal pondasi. Berbeda sebelum 2010 lalu, kondisi rumah masih berdiri utuh. Sayang, karena kurang perawatan, akhirnya lapuk dan roboh total. Beberapa tahun terakhir, mulai dirintis kembali untuk merawat rumah lahir Bung Karno.
Bahkan jika memungkinkan akan dibangun ulang. Hanya saja, karena kepemilikannya bukan atas nama pemerintah, maka niat itu belum bisa terlaksana. Sementara ini, lanjutnya, hanya bisa mengadakan kegiatan-kegiatan insidentil di bekas rumah tersebut.
Salah satu bukti yang mendukung jika bayi Kusno (nama kecil Bung Karno, Red) dilahirkan oleh Ida Ayu Nyoman Rai Srimben di rumah Rejoagung Ploso adalah kedekatan rumah tinggal dengan lokasi sekolah tempat R Soekeni Sosrodihardjo, ayah Bung Karno mengajar. Saat itu, ayah Bung Karno menjadi Mantri Guru di Tweede Inlandsche School (IS/Sekolah Pribumi) Ploso, sejak 28 Desember 1901. Sekolah itu juga populer dengan sebutan Sekolah Ongko Loro.
Sayangnya, saat Binhad mencoba mencari keberadaan sekolah itu, kondisinya sudah tak terawat. Sebagian besar ambruk dan hancur di berbagai sudut.
Ada pula pengakuan putri Bung Karno, Sukmawati Soekarno Putri kepada Kuswartono, cucu ayah angkat Bung Karno (RM Soemosewojo) 2010 lalu. Sukmawati memberitahu Kuswartono, jika Bung Karno sebenarnya lahir di Jombang.
Namun, Sukma tidak menyebutkan secara spesifik di Jombang bagian mana. Salah satu yang mengetahui pengakuan itu Wiji Mulyo Maradianto alias Dian Sukarno, penelusur sejarah Jombang. “Saya bersama Mas Kuswartono saat itu menemui Mbak Sukma di acara Haul Bung Karno di Blitar,” katanya.
Sementara itu, Kuswartono menjelaskan, selain Sukmawati Soekarno Putri yang menyebutkan jika Bung Karno lahir di Jombang. Putri Bung Karno lainnya, Rahmawati Soekarno Putri pun pernah menyampaikan hal yang sama. Saat itu, Rahmawati sedang berkunjung ke Ponpes Majma’al Bahroin Shiddiqiyyah Losari Ploso 2019. “Bahkan Mbak Rahmawati waktu itu bilang ke saya jika Bung Karno memang lahir di PlosoJombang,” ungkapnya.
Hal itu semakin menguatkan keyakinan jika rumah tempat lahir Bung Karno benar-benar ada di Rejoagung Ploso. Selain itu, beberapa orang yang ditemui Kuswartono di sekitar rumah tempat lahir Bung Karno juga membenarkan. Ada beberapa kisah yang didapatkan dari orangtua atau kakeknya yang mendukung kebenaran tersebut.
Dokumenyang Sudah Ditemukan
SAMPAI saat ini, beberapa dokumen pendukung yang sudah ditemukan di antaranya potongan Buku Induk atau rapor Bung Karno saat mendaftar kuliah di Technische Hogeschool (THS) Bandung.
Di lembaran itu tertulis tanggal lahirnya 6 Juni 1902. Namun, tempat lahirnya di Surabaya. Nama ayah R Sosrodihardjo, pekerjaan ayah pendidik di Blitar (mengajar di Normaal School Blitar). Nama ibu Ida Nyoman Aka. Asal sekolah Hoogere Burgerschool (HBS) Surabaya. Tanggal pendaftaran 10 Juni 1921. Tanggal masuk kuliah 1 Juli 1921. Fakultas yang diambil Jalan dan Pengelolaan Air.
Kemudian dokumen lain adalah tulisan tangan Bung Karno sendiri di formulir pendaftaran untuk pendataan yang dilakukan oleh Gunseikanbu Jepang 1943 silam. Data-data itu nanti dibukukan oleh Gunseikanbu Jepang dengan judul Orang Indonesia yang Terkemuka di Jawa. Penjajah Jepang membagi dalam klasifikasi profesi. Misalnya tokoh politik, ulama, sosial, dan lain-lain.
Nah, yang menarik Bung Karno menuliskan riwayat pendidikannya. Memang benar, saat usia sekolah dasar berada di PlosoJombang. Jadi, Bung Karno menempuh pendidikan dasarnya di Inlandsche School/IS Ploso lulus tahun 1909.
Kutipan sesuai asli tulisan Bung Karno itu berbunyi:
Moela-2 sekolah desa di Ploso/Djombang. Kemoedian sekolah kelas II di Sidhoardjo. Kemoedian sekolah kelas I di Modjokerto. Kemoedian Europeesche Lagere School di Modjokerto. Diploma tahoen 2576. H.B.S Soerabaja. Diploma KE tahoen 2581.
Dari dua dokumen temuan ini bisa disimpukan riwayat jenjang pendidikan yang pernah ditempuh Bung Karno. Mulai Inlandsche School Ploso, Inlandsche School Sidoarjo, dan Hollandsch Inlandsche School I (HIS) Mojokerto 1914. Saat kelas 5 naik kelas 6, pindah ke ELS Mojokerto. Karena dari ELS bisa ke HBS Surabaya.
Kemudian, Europeesche Tweede Lagereschool (ELS) Mojokerto 1915. Klein Ambtenaars Diploma Soerabaja/Diploma lulus 1915. Hoogere Burgerschool V (HBS) Surabaya lulus 1921. Technische Hogeschool (THS) Bandung, masuk 10 Juni 1921 kemudian lulus 1926. (fai/bin/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
Jombang – Sebagai salah satu wilayah yang pernah jadi wilayah kekuasaan kerajaan besar di masa kuno, Kabupaten Jombang menyimpan sejumlah peninggalannya. Terutama yang berupa prasasti.
Beberaa prasasti itu, masih tersimpan rapi di tempat asalnya. Namun, ada juga yang telah dipindahkan untuk alasan keamanan. Ada juga yang kondisinya telah rusak dan terlupakan seiring waktu.
1. Prasasti Poh Rinting
Candi Glagahan saat ditemukan dan dieksvasi BPCB sekitar tahun 1980 (ANGGI FRIDIANTO/JAWA POS RADAR JOMBANG)Kamu mungkin asing dengan prasasti ini Ya, prasasti Poh Rinting adalah salah satu prasasti yang ditemukan di Desa Glagahan, Kecamatan perak. Lokasi penemuannya, juga berada di sebuah bangunan candi.
Lokasinya, berada di belakang sebuah rumah warga. Candi ini, ditemukan di era 1980an. Namun empat tahun setelah diekskavasi, atau 1985, situs ini kemudian diuruk kembali oleh BPCB Jawa Timur.
Dalam penggalian itu jugalah, ditemukan sebuah prasasti yang disebut prasasti Poh Rinting. Prasasti ini, berangka tahun 825 Saka atau tahun 929 Masehi. Isinya, berisi tentang penetapan kawasan di mana prasasti itu ditemukan sebagai daerah sima atau daerah bebas pajak karena adanya bangunan suci. Prasasti ini, kini telah diamankan di museum Trowulan untuk kepentingan keamanan.
2. Prasasti Tengaran / Prasasti Geweg
Prasasti ini, memang ditemukan di Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan. Lokasinya, berada di tengah sawah. Kini, lokasinya berada tepat di pinggir Tol Jombang-Mojokerto. Prasasti ini, juga berbentuk seperti nisan, bentuknya tablet batu andesit gepeng dengan ujung runcing.
Di dalam prasasti berangka tahun 857 saka atau 935 Masehi ini, dijelaskan jika wilayah Geweg yang saat ini adalah wilayah tengaran, ditetapkan sebagai daerah sima atau daerah bebas pajak oleh Mahamantri Mpu Sindok Sang Sri Iṡanatunggadewa (Mpu Sindok) bersama Rakyan Sri Parameswari Sri Wardhani Kbi Umisori (Dyah Kbi) sang permaisuri. Penetapan sima itu, berhubungan dengan masyarakat geweg yang dinilai berjasa bagi kerajaan karena membantu mencari dan menemukan putri raja.
Saat ditemukan, prasasti ini terpendam sedalam 40 sentimeter. Namun, beberapa tahun lalu proses pengangkatannya sudah dilakukan. Kini, bagian lapik atau dasar prasasti hingga bagian bwah prasasti sudah berhasil ditampakkan sepenuhnya.
3. Prasasti Gurit / Prasasti Munggut
Prasasti ini, berada di Dusun Sumber Gurit, Desa Katemas, Kecamatan Kudu. Lokasinya, berada di halaman rumah Badri, yang kini juga jadi juru pelihara situs ini. Bentuknya, sebuah tablet batu besar dengan ujung runcing. PRasasti ini, bentuknya sangat terawat, meski beberapa huruf di dalamnya sudah aus dan tak terbaca.
Dalam batu ini, tertulis juga sejumlah kata beraksara jawa kuno. Dari enskripsi yang telah terbaca, prasasti ini berangka tahun 944 Saka atau 1022 Masehi. Laiknya prasasti lain, prasasti ini juga berisi tentang penetapan daerah sebagai daerah bebas pajak atau daerah sima. Yang membuatnya adalah Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan Daerah yang ditetapkan sebagai sima itu, adalah desa bernama Munggut, yang kini lokasinya berada di Desa Cupak, Kecamatan Ngusikan.
4. Prasasti Grogol (Kusambyan)
Prasasti ini, ditemukan di area persawahan milik PT. Intelen, tepatnya di Dusun Grogol, Desa Katemas, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang. Akses jalan menuju prasasti adalah jalan setapak, dari jalan desa sekitar 500 meter. Kondisi prasasti ini, juga sudah rusak dan terbelah menjadi 9 bagian.
Prasasti Grogol, juga disebut sebagai Prasasti Kusambyan karena berisi tentang wilayah Kuno bernama Kusambyan yang dijadikan wilayah sima atau wilayah bebas pajak oleh Sri Maharaja. Di prasasti ini, juga disebutkan nama tokoh Rahyan Iwak, yang diduga merupakan tokoh yang sangat berpengaruh di Kusambyan. Kemdikbud dalam webnya menjelaskan, prasasti ini berangka tahun 1037 Masehi atau dibuat dalam era Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan.
Di antara empat prasasti itu, mana yang sudah pernah kamu kunjungi? (riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
Jombang – Selain wisata religi sebagai unggulannya, Kebupaten Jombang, Jawa Timur juga memiliki beberapa landmark yang bisa jadi alternatif wisata. Bahkan, seluruhnya gratis dan murah meriah.
Lokasi-lokasi ini juga cocok untuk wisata keluarga, muda mudi, sekadar nongkrong ataupun wahana bermain untuk anak-anak, ditambah suasana asri, pasti bikin kamu makin nyaman.
1. Alun-alun Jombang
Alun-alun Jombang terletak tepat di depan Pendopo Kabupaten Jombang. Pengunjung luar kota, juga bisa menjangkaunya dengan mudah karena lokasinya berada tepat di dean Staiusn Jombang atau pinggir Jl Basuki Rahmad.
Wahana ini, kini semakin banyak diminati para pengunjung setelah disediakan berbagai wahana playgroung untuk anak. Selain tempatnya bersih, juga luas sehingga anak anak bisa bermain sepuas mereka. Dan yang pasti, seluruhnya bisa dinikmati secara gratis, tanpa tiket masuk.
Karena lokasinya terbuka, pastikan tidak berkunjung saat hujan ya. Atau kalau nggak mau kepanasan bisa memilih waktu saat malam atau dore hari. Dijamin suasananya makin ciamik dengan temaram lampu yang disiapkan pengelola di sana.
2. Kebon Rojo
Kebon Rojo, juga salah satu landmark Jombang yang bisa jadi solusi healing tipis-tipis. Berlokasi di Jantung kota atau pinggir Jl KH Wahid Hasyim, taman ini bahkan sudah terkenal sejak era kolonial lho.
Selain taman dan sejumlah fasilitas bermain dan olahraga, pecinta kuliner juga bakal dimanjakan di sini. Pengunjung bisa menikmati segarnya taman sekaligus menghabiskan waktu quality time bersama keluarga di taman Kebon Rojo. Ada banyak pujasera yang menyediakan berbagai macam makanan murah disana. Mulai aneka minuman, makanan ringan hingga makanan berat. Anak anak juga bisa bermain di taman Kebon Rojo.
3. Pasar Mojoagung
Seperti namanya, pasar ini memang terletak di Kecamatan Mojoagung. Sekitar 15 kilometer di timur pusat Kabupaten Jombang. Landmark ini, memang terlihat biasa saja di siang hari. Namun, saat malam datang, gemerlap lampu pedagang dan penyedia wahan bermain anak membuat tampilan pasar ini makin ciamik.
Setiap malam datang, halaman depan pasar ini memang jadi wahan bermain. Tak hanya itu, sejumlah pedagang makanan ringan, warung kopi hingga makanan berat juga terseida di sini. Pastikan juga bawa payung saat akan berkunjung di musim hujan ya, karena kebanyakan stand pedagang merupakan stand terbuka.
4. RTH Kebonratu
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kebonratu cocok jadi jujugan keluarga yang ingin healing di kawasan kota. Taman ini berada di pinggir Jalan Nasional Soekarno Hatta Keplak Sari, Kecamatan Peterongan. Lokasinya juga dekat dengan taman Tirta Wisata dan Terminal Kepuhsari Jombang.
Terletak di pinggiran kota, RTH ini memiliki keunggulan dari sisi arealnya yang sangat luas. di dalam taman, terdapat juga banyak wisata yang cocok untuk sekadar nongkrong, bersantai dan bermain bersama keluarga. Yang paling penting, tiket masuknya juga ) rupiah, alias gratis sepenuhnya. (ang/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
Jombang – Usaha sampingan pembuatan buket bunga banyak diminati kalangan muda. Selain mudah dan tak menyita banyak waktu, prospek usaha ini juga terbukti mampu mendulang pundi-pundi rupiah.
Jemari perempuan berjilbab hitam itu terlihat cekatan saat menggunting satu persatu pola yang digambar dalam selembar kain. Setelah menata beberapa hiasan, ia kemudian merekatkannya satu persatu. Sejurus kemudian, ornamen itu dirangkai dan menjadi sebuah buket lucu nan cantik.
”Saya baru memulai usaha ini Oktober atau setahun lalu. Awalnya belajar otodidak dari internet maupun Youtube. Kemudian saya tekuni sampai sekarang,’’ ujar Choirul Hidayah kepada Jawa Pos Radar Jombang, kemarin.
Ibu satu anak ini mengatakan, pesanan paling banyak terlihat saat momentum musim hajatan dan wisuda. Baik jenjang SMP atau SMA maupun kuliah. ”Biasanya satu hari satu pesanan. Namun yang paling banyak biasanya pas wisuda atau musim hajatan,’’ tambahnya.
Sejak memulai usaha pembuatan buket bunga, pendapatannya kian bertambah. Ia juga tetap bisa melakukannya sembari berjualan seperti biasa. ”Ini bisa disambi melakukan aktivitas lain. Kuncinya harus telaten dan sabar,’’ papar dia.
Ia menyebut, satu buket bunga dijual dengan harga cukup terjangkau. Mulai Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu tergantung permintaan. Bahkan, ia juga melayani pemesan jika ingin menambahkan barang atau ornamen tertentu. ”Ya, bisa sesuai permintaan,’’ tambahnya.
Sejauh ini, Choirul Hidayah baru menjangkau pasar lokal sekitar Jombang. Pemasarannya juga terbatas karena ia hanya menggunakan pemasaran secara online. ”Pelanggannya masih rata-rata sekitar Jombang. Satu persatu pelanggan mengetahui dan banyak yang pesan secara pribadi untuk kado maupun hadiah lain,’’ pungkas dia. (ang/bin/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Beragam cara memanfaatkan limbah menjadi barang berharga. Seperti dilakukan Indah Wahyuni dan Juni Handoko. Pasutri asal Desa Plandi, Kecamatan Jombang ini memanfaatkan limbah tali pet atau plastik menjadi tas hingga keranjang sampah.
Tumpukan tas yang masih setengah jadi terpampang di halaman rumah Indah di gang satu Dusun Parimono. Warnanya beragam, hitam, hijau dan putih. Keranjang sampah berukuran besar juga menghiasi sudut rumah. ’’Setiap hari saya membuat tas dan keranjang sampah,’’ kata Indah.
Dia sudah satu setengah tahun menekuninya. ’’Awalnya coba-coba. Suami punya bakat menganyam, lalu cari bahan, ternyata laku,’’ imbuhnya.
Bahan utama yang digunakan, limbah tali plastik. Biasanya digunakan sebagai temali bahan bangunan. Mulai dari keramik, hingga semen. ’’Dapatnya dari rosok, dan kadang toko bangunan. Talinya dibuang terus kita beli dengan harga murah,’’ terangnya.Limbah tali itu didapat dari Jombang dan Mojokerto.
Proses awal pembuatannya, tali itu dipotong sesuai ukuran ’’Setelah itu diluruskan, karena dapatnya dalam kondisi tidak teratur. Ada yang bengkok dan pecah,’’ tutur wanita berusia 41 tahun ini.
Setelah tali lurus, dilanjutkan proses penganyaman. Biasanya dilakukan sang suami. Baik untuk keranjang maupun tas dikerjakan secara manual. ’’Nganyamnya sesuai bentuk atau permintaan,’’ ucapnya.
Tahap terakhir, memberi dua gagang pada keranjang ataupun tas. Setiap gagangnya dilapisi potongan selang.
’’Khusus untuk tas, kadang tidak pakai limbah pet, tapi beli bahan langsung dari pabrik di Malang,’’ ujar Indah.
Dalam sehari dia bisa menghasilkan minimal 10 tas hajatan. Sehari-hari, dia dibantu tiga orang anggota keluarganya. ’’Keranjang sampah lebih sulit, karena bahannya agak kaku. Sehari dapat dua keranjang, itupun tergantung ukuran,’’ ungkap Indah.
Ada lima macam barang yang dihasilkan dari anyaman limbah. ’’Selain tas dan keranjang sampah, juga pot bunga, bakul atau tempat nasi, tas hampers serta besek buat hajatan,’’ bebernya.
Bentuknya juga beragam, tergantung pesanan pelanggan. Harganya terbilang murah. Untuk tas berukuran kecil Rp 10.000. ’’Tas besar Rp 35.000, sedangkan keranjang sampah kecil Rp 15.000, yang jumbo bisa sampai Rp 80.000,’’ urainya.
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Di Dusun Bedander, Desa Sumbergondang, Kecamatan Kabuh, terdapat sumur yang dikeramatkan warga sekitar. Sumur itu diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit 1319 M.
”Pada waktu itu ada pemberontakan Rakuti sehingga memaksa Kerajaan Majapahit untuk mengamankan Raja Jayanegara ke tempat yang aman,” ujar Sambang salah seorang tokoh masyarakat. Konon, sumur itu digunakan Raja Jayanegara untuk mandi.
Dikatakannya, Dusun Bedander ini diyakini menjadi tempat persembunyian Raja Jayanegara. Banyak situs atau prasasti yang ditinggalkan, salah satunya sumur tersebut. ”Sumur itu sekarang dinamai Sumur Bujo,” katanya.
Sumur yang berada di tengah permukiman itu dikelilingi pagar khas kerajaan berwarna merah. Terdapat banyak batu-batu atau lumbung di sekitar prasasti. ”Sumur ini tidak pernah surut. Dulu desa sebelah (Desa Jatibanjar, Red) kesulitan air ya mengambil air di sumur bujo,” ungkap dia.
Tak hanya itu, sumur peninggalan Kerajaan Majapahit juga sering digunakan ritual khusus untuk warga sekitar. ”Biasanya kalau warga mau menggelar hajatan atau akan menikah, datang ke sumur tersebut,” bebernya.
Sementara itu, Iswandi Sekretaris Desa Sumbergondang, menambahkan warga tidak pernah merasakan hal aneh atau penampakan di sekitar sumur bujo. Akan tetapi, tempat tersebut tetap dikeramatkan warga sampai sekarang. ”Biasanya sedekah desa, ke sumur itu untuk mencari keberkahan,” pungkas dia. (yan/bin/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Produksi kerupuk nonkolesterol di Desa Jabon, Kecamatan/Kabupaten Jombang tetap eksis. Hingga 18 tahun ini, permintaan makin meluas ke luar kota. Termasuk dikirim ke sejumlah tempat wisata religi.
Sreng…sreng…sreng… Seorang perempuan paro baya tampak sibuk mengaduk kerupuk dengan pasir di sebuah alat penggorengan tradisional. Setelah mengembang, kerupuk itu diangkat kemudian didiamkan beberapa menit. Sementara di ruang tamu rumah sederhana itu, sudah ada sejumlah ibu yang siap mengemas kerupuk dengan aneka warna.
Ya, itulah kesibukan ibu-ibu yang bekerja di produksi kerupuk upil setiap hari. ”Saya memulai usaha ini sejak 2005. Awalnya melayani skala kecil di warung-warung dengan kemasan Rp 500-an,’’ ujar Mahfullah, 41, produsen kerupuk upil kepada wartawan yang berkunjung ke rumahnya, kemarin (6/5).
Selama 18 tahun memproduksi kerupuk upil, usahanya terus berkembang. Termasuk kemasan yang ia jual juga ada beberapa varian. Seperti kemasan bungkus besar yang dijual Rp 4.000 per bungkus. Sekarang kebanyakan yang laku justru kemasan kerupuk besar. “Alhamdulillah pemasaran juga berkembang, dikirim ke tempat wisata religi seperti Makam Gus Dur, Makam Troloyo, toko buah dan juga dikirim ke Surabaya,’’ tambahnya.
Seiring banyaknya permintaan, pembuatan kerupuk nonkolesterol di tempatnya terus ditambah. Saat ini, ia bisa membuat 2 kuintal setiap hari. Cuaca terik beberapa hari terakhir juga membuat produksi kerupuknya makin meningkat. ”Ya, cuaca terik juga menguntungkan karena bisa mempercepat proses penjemuran,’’ jelas dia.
Kerupuk upil buatan Mahfullah terbuat dari bahan sederhana. Yakni tepung tapioka, garam dan bawang. ”Ini nonkolestrol, karena kita goreng dengan pasir, bukan minyak,’’ pungkasnya. Karena tanpa mengandung minyak itulah permintaan kerupuk yang datang justru meningkat. Permintaan cenderung stabil saat musim penghujan karena banyak yang suka nyemil. (ang/bin/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.