JOMBANG – Masjid Al Jamhar yang terletak di Dusun Bulusari, Desa Kebondalem, Kecamatan Bareng termasuk masjid tua di Jombang. Usianya bahkan diperkirakan hampir dua abad lamanya.
Masjid ini didirikan Mbah Jamhari, tokoh agama yang merupakan prajurit Pangeran Diponegoro. Cerita yang didapat Jawa Pos Radar Jombang, masjid tersebut didirikan sekitar tahun 1830-an.
”Ini cerita dari orang tua saya, yang mendirikan itu Mbah Jamhari. Sebelum ke Kebondalem, Mbah Jamhari adalah prajurit Pangeran Dipenogoro,’’ ujar Zainul Abidin, 58, pengurus Masjid Al Jamhar.
Zainul menambahkan, Mbah Jamhari pernah diasingkan ke Sumatera Barat setelah tertangkap Belanda pada tahun 1827. Sekitar 1830-an, Mbah Jamhar kemudian masuk ke wilayah timur untuk menetap di Jombang.
”Akhirnya memilih menetap di sini (Kebondalem) dan mendirikan masjid serta membina orang-orang ngaji,’’ tambah Zainal yang masih punya garis keturunan dengan Mbah Jamhar.
Masjid Al Jamhar sangat kental dengan gaya arsitektur Jawa kuno. Bagian atap masjid berbentuk tajuk tumpang ala Masjid Demak. Selain itu, di ruang utama masjid juga terdapat empat soko guru yang terbuat dari kayu.
Meski usianya sudah mencapai 1,5 abad lebih, empat pilar kayu penyangga bangunan utama masjid masih utuh dan kokoh berdiri.
”Ya ini pilar utama masih asli dari kayu 1830-an. Ini ada lafal Allah SWT di bagian pilarnya,” tambahnya sembari menunjukkan ukiran lafal-lafal di permukaan kayu.
Kesan bangunan klasik juga terlihat dari bangunan tembok masjid. Tembok masjid berwarna putih ini memiliki ukuran lebih tebal dibandingkan dengan umumnya bangunan masjid di era modern.
Saat ini bangunan tembok masih kokoh, hanya saja di sejumlah titik tembok bagian luar mulai keropos. ”Mungkin karena kena air hujan,” imbuhnya.
Gaya arsiterktur Jawa juga terlihat pada bagian serambi depan masjid yang berbentuk joglo, identik dengan Masjid Demak. Masjid Al Jamhar juga memiliki bedug tua asli dari Kabupaten Ponorogo.
Namun, bedug tersebut tidak lagi digunakan lantaran sudah ada speaker. ”Selain itu, bagian langit-langit dan lantai sudah baru alias diganti pada 2013 lalu,’’ jelas dia.
Masjid yang didominasi dengan cat warna putih ini memang tak begitu luas. Ukurannya hanya sekitar 15 x 10 meter persegi. Untuk itu, Masjid Al Jamhar tidak ditempati salat Jumat. ”Di sini dipakai salat lima waktu, kegiatan keagamaan termasuk pengajian TPQ,’’ ujar.
Mbah Jamhari meninggal sekitar tahun 1840-an. Selain masjid, dulunya di lokasi setempat juga ada kegiatan pondok Salafiyah.
Namun, pondok tersebut dilaporkan terakhir beroperasi tahun 1970-an. ”Saya waktu masih kecil masih ada pondoknya, tapi kemudian dibongkar dan tanahnya ditempati rumah saudara-saudara,’’ pungkasnya. (ang/naz/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.