• info@njombangan.com

Menengok Proses Pembuatan Merang Tradisional di Desa Gabusbanaran

Menengok Proses Pembuatan Merang Tradisional di Desa Gabusbanaran

Spread the love

Jombang – Menjadi perajin merang masih jadi pilihan bagi beberapa warga Dusun Gabus, Desa Gabusbanaran, Kecamatan Tembelang, Kabupaten Jombang. Sejak puluhan tahun silam, mereka masih setia membuat merang untuk dijual ke beberapa kota sekitar Jombang.

Saat Jawa Pos Radar Jombang berkunjung, tumpukan benda berwarna cokelat terlihat menumpuk di beberapa titik di Dusun Gabus. Ditata dengan diikat tali plastik, dari kejauhan benda berbentuk panjang itu nampak seperti sedotan yang diletakkan terbalik. Bagian atas berbentuk tabung kecil memanjang, sementara bagian bawah berbentuk serabut kasar.

Di depan tumpukan itu, seorang pria terlihat sibuk menata. Ia membersihkan bagian atas, juga menata bagian bawah untuk ditali dan dikelompokkan dalam ukuran lebih besar. Tak ada pekerja, ia terlihat mengerjakan sendirian. “Ini namanya merang, yang didepan itu masih dijemur, kalau yang saya pegang ini untuk ditata,” terang Sabar,45, pemilik usaha merang yang ditemui koran ini kemarin.

Ia menyebut produk buatannya memang tak punya nama khusus. Orang-orang biasa menyebutnya dengan merang. Benda ini, sebenarnya adalah batang-batang padi yang telah diambil butiran padi dan dikeringkan. Namun, tak semua batang padi bisa digunakan untuk pembuatan merang. Hanya padi yang dipanen dengan alat tradisional saja yang bisa digunakan untuk merang.

Padi yang bisa digunakan itu harus padi yang dipotong sampai pangkal. “Ya, hanya padi panen model lama. Biasanya perontok pakai pancal, kalau potong setengah dan pakai perontok mesin, sudah tidak bisa dipakai karena terlalu pendek,”  lanjutnya. Karenanya, ia tak lagi bisa mencari batang padi untuk bahan merang ini di sekitar Jombang.

Sabar, harus rela berburu batang padi hingga Mojokerto, Malang, bahkan Bojonegoro. “Biasanya adanya di daerah yang masih agak kuno, atau wilayah pegunungan, mesin kan susah disana, jadi panennya masih pakai alat lama,” ungkap pria yang sudah 20 tahun menggeluti usaha merang ini.

Prosesnya, lanjut dia, biasanya dimulai dari batang padi yang telah didapat, harus terlebih dulu dijemur. Penjemuran ini, bisa berlangsung satu hingga dua hari, sampai batang padi benar-benar kering dan mengeras. Tujuan penjemuran ini agar batang padi lebih kokoh dan mudah ditata.

“Biasanya dari warna yang masih agak hijau sampai cokelat, bisa satu hari, bisa dua hari tergantung panasnya matahari,” tambah Sabar. Setelah benar-benar kering, proses selanjutnya  penghalusan. Bagian bekas bulir padi, akan disortir dan dibersihkan kembali. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel pada batang padi. “Ya cuma pakai tanagn saja, tidak ada alat khusus, semanya manual,” tambahnya.

Seluruh proses ini bisa berlangsung hingga lima hari penuh. Setiap minggu, ia mengaku bisa produksi hingga puluhan bahkan ratusan gelondong besar merang. Seluruh produk merang tersebut dikirim ke berbagai kota di Jawa Timur. “Yang banyak biasanya Kediri, Tulungagung, Blitar sama Malang. Jombang sendiri malah tidak laku,” ucapnya sembari tertawa lepas.

Merang buatannya ini biasa digunakan warga di beberapa kota untuk pelengkap sesajen atau cok bakal. Selain itu beberapa olahan makanan hingga sabun dan shampo. “Tapi biasanya kalau saya mengirim paling banyak ke penjual alat ritual, penjual bunga, sama pembuat makanan,” pungkasnya. (*)

(jo/riz/mar/JPR)

Photo courtesy: Radar Jombang

Article courtesy: Radar Jombang

admin

Njombangan adalah inisiatif untuk melestarikan dan mempromosikan heritage Jombang berupa seni, budaya, bahasa, adat, sejarah, peninggalan bangunan atau bentuk fisik serta lainnya.

Leave your message