• info@njombangan.com

Khoirul Anam, Guru Honorer SD di Gudo yang Nyambi Produksi Kaligrafi

Khoirul Anam, Guru Honorer SD di Gudo yang Nyambi Produksi Kaligrafi

Spread the love

JOMBANG – Perhatikan hiasan kaligrafi di rumah anda. Bisa saja kaligrafi tersebut karya Khoirul Anam, GTT (Guru Tidak Tetap) atau honorer Pendidikan Agama Islam di SDN Begasurkedaleman, Kecamatan Gudo. Ia cukup produktif menghasilkan hiasan kaligrafi. Tak hanya di Jombang, karyanya ini juga banyak dipesan konsumen dari berbagai daerah di Indonesia.

Kesejahteraan GTT yang rendah bukan jadi hambatan bagi Khoirul Anam, untuk terus mengabdi dan mengamalkan ilmu. Tak hanya pandai mendidik siswa, Khoirul Anam juga pandai melukis kaligrafi. Dari hobinya ini ia bisa memperoleh penghasilan lumayan yang bisa menunjang kesejahteraannya.

”Sejak sekolah dulu memang suka melukis kaligafi. Utama itu mengajar, sampingannya membuat kaligrafi,” jelasnya beberapa waktu kemarin. Penghasilan dari kerjaan sampingan membuat kaligrafi jauh lebih besar dari honornya mengajar. Tak hanya di Jombang, kaligrafi buatannya banyak diminati konsumen luar daerah mulai Nganjuk, Mojokerto, Surabaya hingga berbagai daerah di Indonesia, seperti Kalimantan dan Sulawesi.

Kaligrafi ini dilukisnya di atas kain menggunakan lem lilin. Bentuknya memang unik. Ia mampu membuat berbagai bentuk kaligrafi mulai dari masjid, perahu, wayang dan sebagainya. ”Sesuai keinginan pemesan bisa. Biasanya yang paling banyak dan umum dipesan itu kaligrafi ayat kursi,” lanjutnya. 

Selama ini ia hanya memasarkan kaligrafi buatannya secara online melalui akun facebook saja. Namun pemesan cukup banyak dan menjangkau dari berbagai daerah. ”Kalau pas libur bisa bikin banyak, tapi saya kan juga mengajar di sekolah. Jadi satu hari itu bikin satu kaligrafi, itu pun saya kerjakan malam hari. Kalau liburan seperti sekarang bisa maksimal buat lebih banyak,” jelasnya. 

Dia mengaku sudah suka menggambar sejak kecil. Ia pun pernah sekolah kaligrafi namun tidak sampai lulus. Namun ia bersyukur hobinya melukis kaligrafi dapat menunjang perekonomiannya sekarang. ”Paling ramai itu jelang lebaran atau musim pernikahan. Yang pesan itu perajin pigora, untuk dijual lagi,” bebernya. 

Hasil kreasinya pun ditunjukkan proses pembuatannya kepada Jawa Pos Radar Jombang. Pertama, ia menyiapkan alas berupa triplek dan kain untuk dilukis kaligrafi. Selanjutnya, ia membuat pola sesuai keinginan pemesan. Setelah itu, enggunakan lem tembak untuk melukis kaligrafi langsung di atas alas.

”Tidak boleh ada kesalahan harus fokus, ada satu yang salah lukis kalografinya tidak bisa dijual dan langsung dibuang. Pas awal belajar dulu, salah terus sampai buang puluhan kain. Alhamdulillah sekarang sudah bisa dan terbiasa,” ungkapnya. Setelah dilukis, lem langsung kering sehingga bisa diwarna. Ia biasanya menggunakan cat mobil untuk mewarna kaligrafi. 

Untuk membuat pola dan warna yang menarik, ia juga menggunakan kompressor. ”Kalau kain bludru itu hanya satu warna, tapi kalau pakai alas kain furing bisa lebih dari satu warna. Warna yang paling banyak dipesan itu merah dan hitam,” tandasnya. Untuk satu kaligrafi harganya sangat terjangkau mulai ratusan hingga jutaan rupiah. Harga ini bergantung ukuran dan kerumitan kaligrafi yang dipesan. 

Sehingga harga kaligrafi buatannya bergantung pemesan masing-masing. Ia biasanya membuat kaligrafi dengan ukuran bervariasi mulai 20×20 centimeter persegi, 60×80 centimeter persegi hingga 120×160 centimeter persegi. ”Kendalanya itu bahan, saya beli di Jawa Tengah. Sebab di Jawa Timur tidak ada yang jual,” pungkas Khoirul Anam. (*)

(jo/ric/mar/JPR)

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

admin

Njombangan adalah inisiatif untuk melestarikan dan mempromosikan heritage Jombang berupa seni, budaya, bahasa, adat, sejarah, peninggalan bangunan atau bentuk fisik serta lainnya.

Leave your message