Halo Rek,
Pernahkah kamu mendengar lesung, alu, atau gejok lesung? Bagi sebagian dari kalian tentu pernah mendengar kata ini, namun sebagian lainnya akan terdengar asing.
Lesung dan alu adalah dua alat yang kerap ditemui di budaya masyarakat agraris atau pertanian. Lesung adalah alat tradisional, biasanya terbuat dari satu kayu utuh yang kemudian dilubangi. Sedang alu adalah tongkat yang juga terbuat dari kayu. Lesung dan alu digunakan untuk menumbuk padi, jagung, atau hasil panen lainnya dengan tujuan untuk menghaluskannya.
Ketika mesin penghalus otomatis sudah mulai gampang ditemui, fungsi lesung dan alu ini mulai terganti. Sayang sekali memang, karena lesung alu adalah bagian dan kearifan lokal masyarakat.
Selain difungsikan untuk menumbuk hasil panen, lesung dan alu ini juga kerap dibunyikan oleh masyarakat pada momen-momen tertentu misalnya saat mulai tanam atau saat panen atau di acara perayaan desa lainnya. Alunan musik ini kemudian disebut dengan gejok lesung. Selain membunyikan lesung dengan alu, biasanya warga akan menyanyi dan menari. Lagu yang dinyanyikan adalah lagu-lagu daerah Jawa. Gejok lesung menjadi hiburan untuk warga di kala lelah atau saat merayakan sesuatu.
Njombangan memahami pentingnya pelestarian gejok lesung. Bahkan gejok lesung sudah menjadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
“Lesung dan alu menjadi bagian penting dari cerita budaya agraris masyarakat secara utuh. Walau saat ini sudah tidak banyak digunakan, melestarikan sisi seni dari peralatan ini akan sangat menarik.” ujar Muchdlir Zauhariy atau akrab disapa Johar yang merupakan Inisiator dan Pendiri Njombangan.
Kami akhirnya membentuk grup gejok lesung yang kami namakan Guyub Rukun. Di awal pembentukannya grup ini beranggotakan 13 orang yang merupakan ibu-ibu dan mbak-mbak di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang. Anggota bisa ikut latihan secara gratis. Mereka berlatih secara rutin mingguan dan dilatih oleh pelatih profesional.
Njombangan mendampingi dan membiayai secara penuh grup seni budaya ini mulai dari biaya pelatihan, konsumsi, pembuatan kaos, sampai pembuatan kostum. Target Njombangan adalah agar grup ini nantinya bisa siap tampil memainkan gejok lesung dengan nyanyian dan tarian.
“Warga di desa ini sangat antusias. Mereka kangen akan kebiasaan membunyikan gejok lesung yang dulu ada namun sudah lama hilang. Kami ingin mengenang masa itu dan menumbuhkan kreativitas seni kami.” kata Novi, yang didapuk dari ketua grup gejok lesung Guyub Rukun.
Njombangan ingin mendorong agar grup ini nanti bisa naik kelas dan menjadi kebanggaan tidak hanya warga Ngogri, namun juga Megaluh dan Jombang.
Semoga harapan ini akan terwujud segera.
Suwun Rek!
Sore-sore ngrukno gejok lesung
Rame-rame ayo seduluran disambung