Jombang – Sebagai salah satu wilayah yang pernah jadi wilayah kekuasaan kerajaan besar di masa kuno, Kabupaten Jombang menyimpan sejumlah peninggalannya. Terutama yang berupa prasasti.
Beberaa prasasti itu, masih tersimpan rapi di tempat asalnya. Namun, ada juga yang telah dipindahkan untuk alasan keamanan. Ada juga yang kondisinya telah rusak dan terlupakan seiring waktu.
1. Prasasti Poh Rinting
Candi Glagahan saat ditemukan dan dieksvasi BPCB sekitar tahun 1980 (ANGGI FRIDIANTO/JAWA POS RADAR JOMBANG)Kamu mungkin asing dengan prasasti ini Ya, prasasti Poh Rinting adalah salah satu prasasti yang ditemukan di Desa Glagahan, Kecamatan perak. Lokasi penemuannya, juga berada di sebuah bangunan candi.
Lokasinya, berada di belakang sebuah rumah warga. Candi ini, ditemukan di era 1980an. Namun empat tahun setelah diekskavasi, atau 1985, situs ini kemudian diuruk kembali oleh BPCB Jawa Timur.
Dalam penggalian itu jugalah, ditemukan sebuah prasasti yang disebut prasasti Poh Rinting. Prasasti ini, berangka tahun 825 Saka atau tahun 929 Masehi. Isinya, berisi tentang penetapan kawasan di mana prasasti itu ditemukan sebagai daerah sima atau daerah bebas pajak karena adanya bangunan suci. Prasasti ini, kini telah diamankan di museum Trowulan untuk kepentingan keamanan.
2. Prasasti Tengaran / Prasasti Geweg
Prasasti ini, memang ditemukan di Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan. Lokasinya, berada di tengah sawah. Kini, lokasinya berada tepat di pinggir Tol Jombang-Mojokerto. Prasasti ini, juga berbentuk seperti nisan, bentuknya tablet batu andesit gepeng dengan ujung runcing.
Di dalam prasasti berangka tahun 857 saka atau 935 Masehi ini, dijelaskan jika wilayah Geweg yang saat ini adalah wilayah tengaran, ditetapkan sebagai daerah sima atau daerah bebas pajak oleh Mahamantri Mpu Sindok Sang Sri Iṡanatunggadewa (Mpu Sindok) bersama Rakyan Sri Parameswari Sri Wardhani Kbi Umisori (Dyah Kbi) sang permaisuri. Penetapan sima itu, berhubungan dengan masyarakat geweg yang dinilai berjasa bagi kerajaan karena membantu mencari dan menemukan putri raja.
Saat ditemukan, prasasti ini terpendam sedalam 40 sentimeter. Namun, beberapa tahun lalu proses pengangkatannya sudah dilakukan. Kini, bagian lapik atau dasar prasasti hingga bagian bwah prasasti sudah berhasil ditampakkan sepenuhnya.
3. Prasasti Gurit / Prasasti Munggut
Prasasti ini, berada di Dusun Sumber Gurit, Desa Katemas, Kecamatan Kudu. Lokasinya, berada di halaman rumah Badri, yang kini juga jadi juru pelihara situs ini. Bentuknya, sebuah tablet batu besar dengan ujung runcing. PRasasti ini, bentuknya sangat terawat, meski beberapa huruf di dalamnya sudah aus dan tak terbaca.
Dalam batu ini, tertulis juga sejumlah kata beraksara jawa kuno. Dari enskripsi yang telah terbaca, prasasti ini berangka tahun 944 Saka atau 1022 Masehi. Laiknya prasasti lain, prasasti ini juga berisi tentang penetapan daerah sebagai daerah bebas pajak atau daerah sima. Yang membuatnya adalah Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan Daerah yang ditetapkan sebagai sima itu, adalah desa bernama Munggut, yang kini lokasinya berada di Desa Cupak, Kecamatan Ngusikan.
4. Prasasti Grogol (Kusambyan)
Prasasti ini, ditemukan di area persawahan milik PT. Intelen, tepatnya di Dusun Grogol, Desa Katemas, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang. Akses jalan menuju prasasti adalah jalan setapak, dari jalan desa sekitar 500 meter. Kondisi prasasti ini, juga sudah rusak dan terbelah menjadi 9 bagian.
Prasasti Grogol, juga disebut sebagai Prasasti Kusambyan karena berisi tentang wilayah Kuno bernama Kusambyan yang dijadikan wilayah sima atau wilayah bebas pajak oleh Sri Maharaja. Di prasasti ini, juga disebutkan nama tokoh Rahyan Iwak, yang diduga merupakan tokoh yang sangat berpengaruh di Kusambyan. Kemdikbud dalam webnya menjelaskan, prasasti ini berangka tahun 1037 Masehi atau dibuat dalam era Raja Airlangga dari Kerajaan Kahuripan.
Di antara empat prasasti itu, mana yang sudah pernah kamu kunjungi? (riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
Jombang – Selain wisata religi sebagai unggulannya, Kebupaten Jombang, Jawa Timur juga memiliki beberapa landmark yang bisa jadi alternatif wisata. Bahkan, seluruhnya gratis dan murah meriah.
Lokasi-lokasi ini juga cocok untuk wisata keluarga, muda mudi, sekadar nongkrong ataupun wahana bermain untuk anak-anak, ditambah suasana asri, pasti bikin kamu makin nyaman.
1. Alun-alun Jombang
Alun-alun Jombang terletak tepat di depan Pendopo Kabupaten Jombang. Pengunjung luar kota, juga bisa menjangkaunya dengan mudah karena lokasinya berada tepat di dean Staiusn Jombang atau pinggir Jl Basuki Rahmad.
Wahana ini, kini semakin banyak diminati para pengunjung setelah disediakan berbagai wahana playgroung untuk anak. Selain tempatnya bersih, juga luas sehingga anak anak bisa bermain sepuas mereka. Dan yang pasti, seluruhnya bisa dinikmati secara gratis, tanpa tiket masuk.
Karena lokasinya terbuka, pastikan tidak berkunjung saat hujan ya. Atau kalau nggak mau kepanasan bisa memilih waktu saat malam atau dore hari. Dijamin suasananya makin ciamik dengan temaram lampu yang disiapkan pengelola di sana.
2. Kebon Rojo
Kebon Rojo, juga salah satu landmark Jombang yang bisa jadi solusi healing tipis-tipis. Berlokasi di Jantung kota atau pinggir Jl KH Wahid Hasyim, taman ini bahkan sudah terkenal sejak era kolonial lho.
Selain taman dan sejumlah fasilitas bermain dan olahraga, pecinta kuliner juga bakal dimanjakan di sini. Pengunjung bisa menikmati segarnya taman sekaligus menghabiskan waktu quality time bersama keluarga di taman Kebon Rojo. Ada banyak pujasera yang menyediakan berbagai macam makanan murah disana. Mulai aneka minuman, makanan ringan hingga makanan berat. Anak anak juga bisa bermain di taman Kebon Rojo.
3. Pasar Mojoagung
Seperti namanya, pasar ini memang terletak di Kecamatan Mojoagung. Sekitar 15 kilometer di timur pusat Kabupaten Jombang. Landmark ini, memang terlihat biasa saja di siang hari. Namun, saat malam datang, gemerlap lampu pedagang dan penyedia wahan bermain anak membuat tampilan pasar ini makin ciamik.
Setiap malam datang, halaman depan pasar ini memang jadi wahan bermain. Tak hanya itu, sejumlah pedagang makanan ringan, warung kopi hingga makanan berat juga terseida di sini. Pastikan juga bawa payung saat akan berkunjung di musim hujan ya, karena kebanyakan stand pedagang merupakan stand terbuka.
4. RTH Kebonratu
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kebonratu cocok jadi jujugan keluarga yang ingin healing di kawasan kota. Taman ini berada di pinggir Jalan Nasional Soekarno Hatta Keplak Sari, Kecamatan Peterongan. Lokasinya juga dekat dengan taman Tirta Wisata dan Terminal Kepuhsari Jombang.
Terletak di pinggiran kota, RTH ini memiliki keunggulan dari sisi arealnya yang sangat luas. di dalam taman, terdapat juga banyak wisata yang cocok untuk sekadar nongkrong, bersantai dan bermain bersama keluarga. Yang paling penting, tiket masuknya juga ) rupiah, alias gratis sepenuhnya. (ang/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
Jombang – Usaha sampingan pembuatan buket bunga banyak diminati kalangan muda. Selain mudah dan tak menyita banyak waktu, prospek usaha ini juga terbukti mampu mendulang pundi-pundi rupiah.
Jemari perempuan berjilbab hitam itu terlihat cekatan saat menggunting satu persatu pola yang digambar dalam selembar kain. Setelah menata beberapa hiasan, ia kemudian merekatkannya satu persatu. Sejurus kemudian, ornamen itu dirangkai dan menjadi sebuah buket lucu nan cantik.
”Saya baru memulai usaha ini Oktober atau setahun lalu. Awalnya belajar otodidak dari internet maupun Youtube. Kemudian saya tekuni sampai sekarang,’’ ujar Choirul Hidayah kepada Jawa Pos Radar Jombang, kemarin.
Ibu satu anak ini mengatakan, pesanan paling banyak terlihat saat momentum musim hajatan dan wisuda. Baik jenjang SMP atau SMA maupun kuliah. ”Biasanya satu hari satu pesanan. Namun yang paling banyak biasanya pas wisuda atau musim hajatan,’’ tambahnya.
Sejak memulai usaha pembuatan buket bunga, pendapatannya kian bertambah. Ia juga tetap bisa melakukannya sembari berjualan seperti biasa. ”Ini bisa disambi melakukan aktivitas lain. Kuncinya harus telaten dan sabar,’’ papar dia.
Ia menyebut, satu buket bunga dijual dengan harga cukup terjangkau. Mulai Rp 15 ribu hingga Rp 50 ribu tergantung permintaan. Bahkan, ia juga melayani pemesan jika ingin menambahkan barang atau ornamen tertentu. ”Ya, bisa sesuai permintaan,’’ tambahnya.
Sejauh ini, Choirul Hidayah baru menjangkau pasar lokal sekitar Jombang. Pemasarannya juga terbatas karena ia hanya menggunakan pemasaran secara online. ”Pelanggannya masih rata-rata sekitar Jombang. Satu persatu pelanggan mengetahui dan banyak yang pesan secara pribadi untuk kado maupun hadiah lain,’’ pungkas dia. (ang/bin/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Beragam cara memanfaatkan limbah menjadi barang berharga. Seperti dilakukan Indah Wahyuni dan Juni Handoko. Pasutri asal Desa Plandi, Kecamatan Jombang ini memanfaatkan limbah tali pet atau plastik menjadi tas hingga keranjang sampah.
Tumpukan tas yang masih setengah jadi terpampang di halaman rumah Indah di gang satu Dusun Parimono. Warnanya beragam, hitam, hijau dan putih. Keranjang sampah berukuran besar juga menghiasi sudut rumah. ’’Setiap hari saya membuat tas dan keranjang sampah,’’ kata Indah.
Dia sudah satu setengah tahun menekuninya. ’’Awalnya coba-coba. Suami punya bakat menganyam, lalu cari bahan, ternyata laku,’’ imbuhnya.
Bahan utama yang digunakan, limbah tali plastik. Biasanya digunakan sebagai temali bahan bangunan. Mulai dari keramik, hingga semen. ’’Dapatnya dari rosok, dan kadang toko bangunan. Talinya dibuang terus kita beli dengan harga murah,’’ terangnya.Limbah tali itu didapat dari Jombang dan Mojokerto.
Proses awal pembuatannya, tali itu dipotong sesuai ukuran ’’Setelah itu diluruskan, karena dapatnya dalam kondisi tidak teratur. Ada yang bengkok dan pecah,’’ tutur wanita berusia 41 tahun ini.
Setelah tali lurus, dilanjutkan proses penganyaman. Biasanya dilakukan sang suami. Baik untuk keranjang maupun tas dikerjakan secara manual. ’’Nganyamnya sesuai bentuk atau permintaan,’’ ucapnya.
Tahap terakhir, memberi dua gagang pada keranjang ataupun tas. Setiap gagangnya dilapisi potongan selang.
’’Khusus untuk tas, kadang tidak pakai limbah pet, tapi beli bahan langsung dari pabrik di Malang,’’ ujar Indah.
Dalam sehari dia bisa menghasilkan minimal 10 tas hajatan. Sehari-hari, dia dibantu tiga orang anggota keluarganya. ’’Keranjang sampah lebih sulit, karena bahannya agak kaku. Sehari dapat dua keranjang, itupun tergantung ukuran,’’ ungkap Indah.
Ada lima macam barang yang dihasilkan dari anyaman limbah. ’’Selain tas dan keranjang sampah, juga pot bunga, bakul atau tempat nasi, tas hampers serta besek buat hajatan,’’ bebernya.
Bentuknya juga beragam, tergantung pesanan pelanggan. Harganya terbilang murah. Untuk tas berukuran kecil Rp 10.000. ’’Tas besar Rp 35.000, sedangkan keranjang sampah kecil Rp 15.000, yang jumbo bisa sampai Rp 80.000,’’ urainya.
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Di Dusun Bedander, Desa Sumbergondang, Kecamatan Kabuh, terdapat sumur yang dikeramatkan warga sekitar. Sumur itu diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit 1319 M.
”Pada waktu itu ada pemberontakan Rakuti sehingga memaksa Kerajaan Majapahit untuk mengamankan Raja Jayanegara ke tempat yang aman,” ujar Sambang salah seorang tokoh masyarakat. Konon, sumur itu digunakan Raja Jayanegara untuk mandi.
Dikatakannya, Dusun Bedander ini diyakini menjadi tempat persembunyian Raja Jayanegara. Banyak situs atau prasasti yang ditinggalkan, salah satunya sumur tersebut. ”Sumur itu sekarang dinamai Sumur Bujo,” katanya.
Sumur yang berada di tengah permukiman itu dikelilingi pagar khas kerajaan berwarna merah. Terdapat banyak batu-batu atau lumbung di sekitar prasasti. ”Sumur ini tidak pernah surut. Dulu desa sebelah (Desa Jatibanjar, Red) kesulitan air ya mengambil air di sumur bujo,” ungkap dia.
Tak hanya itu, sumur peninggalan Kerajaan Majapahit juga sering digunakan ritual khusus untuk warga sekitar. ”Biasanya kalau warga mau menggelar hajatan atau akan menikah, datang ke sumur tersebut,” bebernya.
Sementara itu, Iswandi Sekretaris Desa Sumbergondang, menambahkan warga tidak pernah merasakan hal aneh atau penampakan di sekitar sumur bujo. Akan tetapi, tempat tersebut tetap dikeramatkan warga sampai sekarang. ”Biasanya sedekah desa, ke sumur itu untuk mencari keberkahan,” pungkas dia. (yan/bin/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Produksi kerupuk nonkolesterol di Desa Jabon, Kecamatan/Kabupaten Jombang tetap eksis. Hingga 18 tahun ini, permintaan makin meluas ke luar kota. Termasuk dikirim ke sejumlah tempat wisata religi.
Sreng…sreng…sreng… Seorang perempuan paro baya tampak sibuk mengaduk kerupuk dengan pasir di sebuah alat penggorengan tradisional. Setelah mengembang, kerupuk itu diangkat kemudian didiamkan beberapa menit. Sementara di ruang tamu rumah sederhana itu, sudah ada sejumlah ibu yang siap mengemas kerupuk dengan aneka warna.
Ya, itulah kesibukan ibu-ibu yang bekerja di produksi kerupuk upil setiap hari. ”Saya memulai usaha ini sejak 2005. Awalnya melayani skala kecil di warung-warung dengan kemasan Rp 500-an,’’ ujar Mahfullah, 41, produsen kerupuk upil kepada wartawan yang berkunjung ke rumahnya, kemarin (6/5).
Selama 18 tahun memproduksi kerupuk upil, usahanya terus berkembang. Termasuk kemasan yang ia jual juga ada beberapa varian. Seperti kemasan bungkus besar yang dijual Rp 4.000 per bungkus. Sekarang kebanyakan yang laku justru kemasan kerupuk besar. “Alhamdulillah pemasaran juga berkembang, dikirim ke tempat wisata religi seperti Makam Gus Dur, Makam Troloyo, toko buah dan juga dikirim ke Surabaya,’’ tambahnya.
Seiring banyaknya permintaan, pembuatan kerupuk nonkolesterol di tempatnya terus ditambah. Saat ini, ia bisa membuat 2 kuintal setiap hari. Cuaca terik beberapa hari terakhir juga membuat produksi kerupuknya makin meningkat. ”Ya, cuaca terik juga menguntungkan karena bisa mempercepat proses penjemuran,’’ jelas dia.
Kerupuk upil buatan Mahfullah terbuat dari bahan sederhana. Yakni tepung tapioka, garam dan bawang. ”Ini nonkolestrol, karena kita goreng dengan pasir, bukan minyak,’’ pungkasnya. Karena tanpa mengandung minyak itulah permintaan kerupuk yang datang justru meningkat. Permintaan cenderung stabil saat musim penghujan karena banyak yang suka nyemil. (ang/bin/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Dusun/Desa Cupak, Kecamatan Ngusikan dikenal sebagai sentra penghasil arang. Usaha kreatif ini sudah digeluti warga sejak puluhan tahun silam dan hingga kini terus bertahan.
Berada di antara hutan, Dusun Cupak juga dikenal sentra produksi arang. Maklum, di sana ada belasan perajin arang. Salah satunya milik Suja’i. ”Sebenarnya saya full buat arang itu 2012,” kata Suja’i saat ditemui Jawa Pos Radar Jombang di rumahnya.
Diceritakan, memproduksi arang sudah ditekuni warga setempat sejak puluhan tahun silam. Diperkirakan sudah berjalan sekitar 1980-1990-an. ”Pokoknya sejak mbah-mbah dulu sudah buat arang, waktu itu buatnya, istilahnya sedikit dan di tengah hutan,” imbuh dia.
Seiring berjalannya waktu, pola produksi arang berubah. Semula berada di tengah hutan kini beralih ke permukiman warga. ”Kalau tidak salah 2010-an itu mulai banyak lagi, karena sudah pakai jubung (tempat pembakaran kayu),” ujar Suja’i.
Saat ini, ada sekitar 12 unit perajin arang. Mereka mayoritas sudah memiliki tempat pembakaran sendiri di rumah masing-masing. ”Sekarang sudah mulai banyak lagi, milik saya malah paling kecil produksinya,” tutur dia sembari tertawa.
Berbeda dengan perajin lainnya, Sujai’i baru memproduksi arang saat ada pesanan. Salah satunya mempertimbangkan keterbatasan modal. ”Buat beli kayunya, bahan baku arang butuh modal. Karena kalau arang paling bagus itu dari pohon asem dan angsana,” tutur dia.
Sebenarnya banyak jenis kayu lain juga bisa dijadikan bahan baku pembuatan arang. Hanya saja kualitasnya kurang baik. ”Misal kayu pohon mangga, petai juga bisa dibuat arang, cuma kualitasnya kalah dengan kayu asem, angsana,” bebernya.
Proses pembuatan arang membutuhkan waktu cukup panjang. Pertama, tentu menyiapkan bahan baku kayu. Setelah seluruh kayu terkumpul, lalu dipotong. Kemudian dimasukkan ke tempat pembakaran. Proses pembakaran membutuhkan waktu hingga maksimal satu minggu. ”Setelah itu asapnya dihilangkan, baru disiram lalu dijemur,” tutur dia.
Lama proses penjemuran tergantung kondisi cuaca. sebab, penjemuran hanya mengandalkan teri matahari. Biasanya berlangsung hingga dua hari. ”Juga tergantung pemesan, karena kadang ada yang minta kering ada juga agak basah,” lanjut Suja’i.
Arang miliknya biasanya dijual ke Sidoarjo dan Surabaya. Harganya tergantung jenis kayu yang dipakai. ”Kalau punya saya terakhir jual satu kilogram Rp 26.000-Rp 28.000, sekali bongkar dapat 1 ton,” kata Suja’i. (fid/naz/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Dikenal sebagai daerah penghasil durian unggulan, Kecamatan Wonosalam juga memiliki ragam kuliner khas olahan durian. Salah satunya pancake durian. Rasanya yang manis, tekstur yang lembut ditambah kulitnya yang tipis empuk dan kenyal membuat camilan ini banyak digemari.
Salah satu warga yang sukses mengembangkan camilan ini, yakni Intan Dewi Anggraeni, 37, warga Dusun Pucangrejo, Desa/Kecamatan Wonosalam. Intan mulai menggeluti usahanya sejak setahun terakhir.
Ide membuat pancake durian terinspirasi dari banyaknya warga di wilayahnya yang sukses mengembangkan aneka ragam olahan makanan berbahan durian. Setelah berfikir cukup lama, muncul dalam benaknya mencoba peruntungan membuat pancake durian. ”Akhirnya kita coba membuat pancake tapi kualitasnya lebih kita unggulkan agar berbeda dengan pancake lainnya,” ujar dia kepada Jawa Pos Radar Jombang (3/5).
Agar kualitasnya berbeda dengan pancake durian pada umumnya, ia memilih bahan baku berkualitas, yakni durian masak pohon. Selain stoknya melimpah, durian lokal Wonosalam dikenal memiliki paduan manis dan legit yang pas. ”Ya kalau durian masak pohon kan matangnya pas sehingga menghasilkan olahan pancake yang lebih original,” tambahnya.
Selain itu, dipilihnya jenis durian lokal Wonosalam karena mudah didapat. Dari ribuan pohon durian yang dibudidayakan petani setempat, mayoritas adalah jenis lokal. ”Selain itu, harganya juga terjangkau, sehingga bisa kita produksi dalam jumlah cukup banyak,” papar dia.
Dalam membuat pancake itu, awalnya ia membuat kulit pancake dari bahan-bahan pada umumnya. Mulai dari tepung, telur. Kemudian, setelah diolah kulit pancake diisi dengan durian dan krim secukupnya. ”Jika di luar ruangan pancake ini bisa bertahan 12 jam kalau dalam freezer bisa 1 bulan,” tandasnya.
Selama ini pesanan pancake durian cukup banyak. Namun sayangnya, karena musim durian Wonosalam hampir berakhir, ia harus pintar-pintar berinovasi agar tetap bisa melayani permintaan pelanggan. ”Caranya durian yang sudah kita dapat dari petani, kita masukan box lalu kami taruh di freezer,” jelas dia.
Keunggulan durian Wonosalam meskipun lama ditaruh freezer, kualitasnya tetap terjaga. ”Saya sudah membuktikan kualitas durian Wonosalam, jadi meskipun kita tempatkan di freezer rasanya tetap sama,” pungkasnya.
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Momentum hari tari sedunia diperingati dengan cara unik di Kabupaten Jombang, Sabtu (29/4). Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang (P dan K) mengadakan tari masal yang diikuti ratusan pelajar di Stasiun Jombang. Aksi tersebut menarik perhatian penumpang.
Tari masal berlangsung pukul 10.15 sebelum kereta lewat. Para penari pelajar menyuguhkan beberapa tarian tradisional khas Jawa Timur kepada para penumpang dan pengunjung di Stasiun Jombang.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang, Senen, menjelaskan, aksi tari memperingati hari tari sedunia tersebut baru pertama kali ini dilaksanakan. ’’Kegiatan ini untuk memperingati hari tari sedunia. Kita laksanakan di ruang publik seperti ini, agar lebih dikenal masyarakat,’’ kata Senen didampingi Kabid Kebudayaan, Dian Yunitasari.
Dengan diajak tampil di ruang publik, para pelajar akan lebih percaya diri menampilkan bakatnya. ’’Ini sekaligus untuk mengenalkan jenis tarian tradisonal kita kepada masyarakat. Sehingga, seni tari lebih dikenal dan dapat semakin dilestarikan,’’ tambahnya.
Total ada 100 penari dari SD, SMP dan SMA yang tampil. ’’Dengan kegiatan ini, kita berharap anak-anak lebih cinta terhadap seni tari,’’ ungkapnya.
Sementara itu, Deputy Vice Presiden PT KAI Daop 7 Madiun, Irene Margareth Konstantine, yang menyaksikan aksi tari di Stasiun Jombang mengaku terpukau. ’’Kami sangat terbuka dengan kegiatan seperti ini. Pada prinsipnya, ruang publik bisa digunakan seluruh elemen masyarakat,’’ jelasnya. (ang/jif/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.
JOMBANG – Momen libur lebaran membuat kawasan wisata religi makam Gus Dur ramai didatangi peziarah. Sambil anjangsana ke kerabat, banyak warga mampir berziarah ke kompleks pemakaman yang terletak di kompleks Ponpes Tebuireng ini.
Seperti terpantau Minggu (30/4) kemarin. Tampak ribuan peziarah keluar masuk kompleks makam. Tidak hanya warga lokal Jombang, namun peziarah juga banyak berdatangan dari luar kota.
M Sobirin, 34, salah satu peziarah asal Kabupaten Bojonegoro. Ia datang berziarah bersama kelompok pengajian. ”Setiap kali libur panjang seperti ini atau hari hari besar Islam, sering ke sini bersama rombongan pengajian,” ujar dia ditemui Jawa Pos Radar Jombang usai ziarah, kemarin.
Ia mengaku, tujuan berziarah agar lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq dan meneladani para ulama. ”Ya mendekatkan diri kepada Allah SWT serta meningkatkan iman juga,” jelas dia.
Sementara itu, Teuku Azwani salah satu pengurus pondok menerangkan, tren kunjungan peziarah sudah mulai meningkat sejak H+5 Lebaran lalu. Sampai saat ini, tren peziarah terus meningkat. ”Benar, mulai meningkat sejak Jumat lalu,” ujar dia.
Dalam sehari, ia menyebut jumlah peziarah rata-rata berkisar 3.000 orang. ”Ini juga bertepatan sebelum anak sekolah kembali masuk pekan depan,” pungkasnya. (ang/naz/riz)
Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.