• info@njombangan.com

Daily ArchiveApril 28, 2023

Saat Perajin Lontong di Jombang Panen Raya di Lebaran Ketupat

JOMBANG – Tradisi memakan ketupat, lontong dan lepet di hari Lebaran Ketupat membawa berkah bagi perajin lontong di Dusun Ngembeh, Desa Ngumpul, Kecamatan Jogoroto. Tak tanggung-tanggung, pesanan mereka naik tiga kali lipat.

Seperti yang dirasakan Tita Agi Suryani, 26. Sejak pagi buta, ia sudah sibuk membuat menyelesaikan pesanan lontong. Gulungan daun pisang terlihat menumpuk di ruang tengah rumahnya. Satu per satu gulungan daun pisang itu.

Dibantu suami dan beberapa orang lainnya, ia terlihat sibuk mengisi gulungan daun itu dengan beras sesuai takaran. Setelah terisi, gulungan-gulungan daun pisang tersebut selanjutnya dirapikan dan siap dimasak. ”Di sini cuma produksi lontong saja, ketupat tidak,” ungkap Tita.

Ia menjelaskan, semenjak awal Lebaran, ia mengaku banyak mendapat pesanan lontong. Bahkan, saat mendekati Lebaran Ketupat seperti sekarang, jumlah pesanan meningkat hingga tiga kali lipat. ”Kalau hari biasa itu paling banyak sampai 1.500 lontong per hari, kalau sekarang bisa 5.000 lebih, naiknya sampai tiga kali lipat,” lontarya.

Hal itu juga seiring dengan kebutuhan masyarakat akan lontong saat Lebaran Ketupat. Jika di hari biasa, ia hanya melayani sejumlah pedagang rujak ataupun bakso, berbeda saat mendekati Lebaran Ketupat, permintaan di pasar juga akan naik karena banyak warga biasa yang mencari. ”Kalau hari biasa hanya pedagang yang beli biasanya, tapi kalau sudah Lebaran begini kan memang jadi kebutuhan rumah tangga juga,” lontarnya.

Tak heran, dengan produksi yang sangat besar itu, ia mengaku bisa menghabiskan hingga dua kuintal beras saat puncak Lebaran Ketupat. ”Padahal di hari-hari biasanya sekitar 50-80 kilogram saja,” lontarnya.

Lontong ini, juga diproduksinya sejak pagi hingga sore. Keesokan harinya, barulah lontong ini diedarkan di sejumlah pasar di Kabupaten Jombang. Meski permintaannya sedang tinggi, Tita mengaku tak menaikkan harganya. ”Untuk harganya tetap, yang kecil itu Rp 500 per biji, yang besar Rp 1.000 di pasar,” pungkasnya. (riz/naz/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Kisah Perajin Kubah Masjid di Jombang yang Makin Berkurang Jumlah Pesanannya

JOMBANG – Kerajinan mahkota kubah di Desa Janti, Kecamatan Jogoroto, tergolong eksis hingga sekarang. Hanya saja, jumlah pesanan yang masuk kali ini relatif menurun dibandingkan tahun lalu.

Teng…teng…teng…bunyi sebuah besi dipukul cukup lantang terdengar dari sebuah rumah di Dusun/ Desa Janti, Kecamatan Jogoroto. Sosok pria paro baya kemudian memotong plat stainless untuk ditempatkan pada sebuah kerangka yang sudah didesain sedemikian rupa. Itulah aktivitas Imam Mutaqin, salah seorang perajin mahkota kubah.

”Saya memulai usaha ini sejak 2016 dan bisa bertahan sampai sekarang,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jombang, kemarin. Pria perantauan asal Ciamis Jawa Barat ini lantas bercerita sebelum memulai usaha mahkota kubah, sebelumnya ia melayani pembuatan kaligrafi. Seiring berjalannya waktu, ada permintaan mahkota kubah dari salah seorang pelanggan. ”Akhirnya membuat mahkota kubah musala dari bahan logam stainless,’’ terangnya.

Setiap menjelang Ramadan hingga lebaran, ia banyak menerima pesanan dari berbagai daerah. Namun, permintaan mahkota kubah tahun ini relatif menurun jika dibandingkan tahun lalu. Selama Ramadan tahun ini ia hanya mendapat empat pesanan kubah masjid. Berbeda dengan tahun lalu yang mendapatkan 15 pesanan kubah. “Kalau tahun ini menurun, faktornya apa kurang begitu paham,’’ tambah dia.

Satu unit mahkota kubah, bisa diselesaikan dalam waktu dua hingga tiga hari. Harga untuk satuan kubah masjid buatannya juga bersaing, mulai harga paling murah dengan ukuran paling kecil Rp 300 ribu hingga Rp 3,5 juta. ”Kalau ramai sekali dalam sebulan bisa menyelesaikan 20 hinga 25 unit mahkota kubah. Tapi kalau sepi 4-5 buah,’’ jelasnya.

Ia menyebut, pesanan kubah masjid rata-rata berasal dari luar kota. Selain lokal Jombang, juga ada dari Sidoarjo, Surabaya, Malang, Banyuwangi dan Lamongan. Untuk menjaga kualitas kubah, Imam sengaja menyelesaikan pekerjaannya seorang diri.  Dengan bahan plat stainless, mahkota kubah bikinannya bisa bertahan hingga puluhan tahun. ”Bisa bertahan puluhan tahun,’’ pungkas Imam. (ang/bin/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.