Jombang – Salah satu produk industri rumahan yang dimiliki Kabupaten Jombang adalah IKM tahu bulat. Zaenal Abidin, 63, warga Dusun/Desa/Kecamatan Ploso sudah 20 tahun lebih menggeluti usaha rumahan ini. Hingga kini masih eksis.
Tak sulit menemukan rumah produksi tahu bulat milik Zainal. Lantaran rumahnya hanya berjarak sekitar 20 meter dengan bibir tanggul sungai Brantas.
Zaenal memanfaatkan sisa lahan kosong di belakang rumahnya untuk tempat memproduksi tahu bulatnya.
Kepada Jawa Pos Radar Jombang, dia pun menceritakan awal mula dia memproduksi tahu bulat yang sudah dirintisnya sejak 1990. “Jadi ini kan sebenarnya sisa dari irisan tahu goreng. Ternyata kok peminatnya banyak, jadi kita teruskan sampai sekarang,” terang Zaenal.
Menurut zaenal, proses pembuatan tahu bulat terbilang cukup mudah. Mula-mula potongan tahu yang tak simetris dikumpulkan dalam sebuah karung. Setelah terkumpul, potongan-potongan tahu itu kemudian diperas untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat pada potongan tahu.
Untuk proses ini, Zaenal memanfaatkan sejumlah bongkahan batu. “Ini untuk memeras air dalam tahu. Sebab, kalau untuk tahu bulat kan airnya harus sedikit, biar mudah dibentuk,” lanjutnya.
Proses ini memakan waktu sekitar dua jam. Sebab, dia harus memastikan kandungan air dalam potongan tahu benar-benar keluar.
Proses selanjutnya, yakni menghaluskan potongan dengan cara digiling. Hal ini dilakukan agar teksturnya menjadi lebih empuk. “Setelah proses penggilingan selesai, baru kemudian diberi bumbu, biar rasanya tidak hambar. Sebab, tahu bulat ini kan makanan camilan,” sambung Zaenal.
Untuk bumbu ini, Zaenal bener-bener menaruh perhatian. Sebab, jika racikan bumbunya maksimal, maka akan menghasilkan tahu bulat yang istimewa. Sejumlah bahan bumbu di antaranya, garam, hingga beberapa bumbu lainnya yang dia rahasiakan. ”Bumbu ini menentukan rasa. Jadi harus dari bahan pilihan,” bebernya.
Selanjutnya, keseluruhan bumbu tersebut dicampur pada adonan tahu dan diaduk hingga seluruhnya merata. Baru setelah itu, proses selanjutnya dibentuk menjadi bulatan-bulatan.
Prosesnya pun masih serba manual. Hanya mengandalkan tangan kosong, sedikit demi sedikit adonan tahu diputar-putar pada bagian permukaan piring hingga membentuk bulatan-bulatan. Besar kecilnya tergantung selera. “Biasanya kita buat dua macam ukuran. Ada ukuran besar dan kecil, setelahnya tinggal proses penggorengan,” lontarnya.
Dibantu istri, anak dan satu karyawannya, setiap harinya rumah prosuksi Zaenal bisa menghasilkan tiga keranjang besar tahu bulat. Untuk pemasaran produknya, Zaenal sudah punya sejumlah langganan tetap di sejumlah pasar.
Harga tahu bulat Zaenal cukup terjangkau. Untuk satu plastik berisi 10 butir tahu bulat, biasa dijual Rp 2.500 untuk tahu berukuran kecil. Dan untuk tahu bulat ukuran besar dipatok harga Rp 5.000. ”Jual ke pasar, kadang juga ada orang yang pesan untuk hajatan juga,” singkatnya.
Jumlah IKM Tahu Bulat Ploso Terus Menyusut
PADA 1990 an, wilayah Dusun/Desa/Kecamatan Ploso bisa dikatakan menjadi sentra Industri Kecil Menengah (IKM) tahu bulat. Sedikitnya lebih dari sepuluh warga yang menggeluti IKM tahu bulat.
Seiring berjalannya waktu, jumlahnya kian menyusut. Saat ini diperkirakan tinggal separo. ”Kalau dulu banyak warga sini yang buat tahu bulat, mungkin kalau sebelas orang ada. Sekarang terus berkurang, mungkin tinggal 5 – 6 saja yang masih bertahan,” bebernya.
Dia pun tak mengetahui persis penyebab menyusutnya jumlah pengusaha tahu bulat. Bisa jadi disebabkan kondisi pasar yang kurang bersahabat. “Kalau disebut berkurang ya berkurang. Produksi memang masih ada, cuma kalau dibanding sepuluh tahun yang lalu sudah beda jauh,” ucap Zaenal.
Menurutnya, pada era 1990an, jumlah pengusaha tahu bulat di wilayah kecamatan lain masih minim. Saat ini, banyak warga di kecamatan lain juga mengembangkan usaha produksi tahu bulat. ”Jadi pasarnya semakin sempit, sebab di wilayah lain sudah banyak yang juga buat tahu bulat mungkin,” bebernya.
Bahkan konsumen tahu bulat Zaenal sampai dipasarkan ke luar kota. ”Dulu kirim sampai ke Surabaya juga, sekarang hanya di wilayah sekitar Ploso saja,” bebernya. Meski begitu, dia tetap bersemangat melanjutkan usaha yang sudah menjadi mata pencaharian sehar-hari keluarganya tersebut. (*)
(jo/riz/mar/JPR)
Photo courtesy: Radar Jombang
Article courtesy: Radar Jombang