• info@njombangan.com

Desa Jantiganggong Perak, Salah Satu Kampung Perajin Bambu di Jombang

Desa Jantiganggong Perak, Salah Satu Kampung Perajin Bambu di Jombang

Spread the love

Jombang – Perajin bambu di Jombang lumayan banyak. Satu di antaranya yang masih eksis di Dusun Bermanik, Desa Jantiganggong, Kecamatan Perak. Sejak puluhan tahun warga setempat menekuni kerajinan itu.

Waktu sudah memasuki siang hari. Aktivitas warga di Dusun Bermanik, Desa Jantiganggong, Kecamatan Perak nampak masih bersemangat. Rata-rata mereka tengah sibuk menghaluskan potongan bambu.

Beberapa di antaranya terlihat di halaman depan rumah membuat kandang ayam. Ada juga yang merangkai bambu untuk dibuat leyek atau semacam kursi bangku dari bambu. Ya, setiap hari aktivitas itu mereka lakukan. Maklum, di dusun setempat dikenal menjadi sentra perajin berbahan bambu. Di antaranya produk kandang ayam, kelinci hingga leyek.

Salah satunya Iswandi, yang mengaku sudah 20 tahunan menekuni kerajinan itu. “Sudah dari mbah-mbah saya dulu buat, sekarang tinggal neruskan,” katanya.

Saking lamanya, mayoritas warga setempat membuat kerajinan itu. “Pokoknya setiap rumah pasti ada yang buat, terkadang ada yang buruh. Kalau dihitung ada 10 orang lebih,” sebut dia.

Sembari melanjutkan aktivitasnya diceritakan, untuk kerajinan yang dia buat seperti perajin lainnya. Yakni leyek bambu dan kandang. “Yang paling banyak memang buat kandang, ada yang buat kandang ayam, kelinci. Pokoknya kandang binatang,” tutut lelaki usia 39 tahun ini.

Sedangkan leyek atau semacam dipan bambu tergantung perajin. “Ya ada yang buat kalau ada pesanan, kalau saya ini mesti buat. Soalnya sudah ada bagian jual sendiri,” beber dia.

Miliknya ada dua dipan yang siap dijual. Keduanya diletakkan di halaman depan rumah, menunggu diambil. Seluruhnya terbuat dari bambu ori. Menurut Iswandi, mayoritas bambu yang dipergunakan yakni bambu jenis ori. Karena dirasa lebih kuat dibanding bambu lainnya. “Buat bayang ini semua pakai bambu ori, untuk kandang sekarang sudah ada yang pakai kayu. Tetapi buat tiangnya saja, yang lain masih tetap pakai bambu,” terang bapak dua anak ini.

Bambu itu didapat dari berbagai daerah. Sementara perajin masih mengandalkan wilayah Jombang. “Kalau ini baru saja beli dari Bareng satu truk. Buat saya sama dijual lagi bambunya,” papar dia sembari memperlihatkan bambu ori.

Proses pembuatan leyek maupun kandang tak ada perbedaan. Sama persis pembuatan pada umumnya. Biasanya butuh waktu sekitar dua sampai tiga hari. “Dibersihkan dahulu, lalu dipotong sesuai ukuran. Kemudian dijemur satu hari, berikutnya baru dibuat. Pokoknya tergantung bahan, kalau sudah siap semua, bisa cepat selesai,” papar dia.

Harganya pun bervariatif, tergantung ukuran. Milik Iswandi misalnya, dipan bambu berukuran 170X70 centimeter ini dihargai Rp 80.000. Sedangkan kandang ayam paling murah dibandrol Rp 35.000. “Bayang yang ada sandarannya lebih mahal sampai Rp 90.000. Itu harga ke yang bagian jual, kalau ke konsumen langsung itu bisa sampai Rp 100.000 lebih,” rinci Iswandi.

Untuk pemasaran kata dia, rata-rata sudah ke berbagai daerah. Dia yang dulunya pernah menjadi pemasaran, pernah menjual hingga keluar Jombang. “Semua tergantung yang jual, mau dilarikan ke mana barangnya. Ada yang ke Mojokerto, Madiun, sampai ke Jember. Tetapi kalau yang jauh biasanya pesanan saja, kalau dijual keliling masih di Jombang,” pungkas dia. (*)

(jo/fid/mar/JPR)

Photo courtesy: Radar Jombang

Article courtesy: Radar Jombang

admin

Njombangan adalah inisiatif untuk melestarikan dan mempromosikan heritage Jombang berupa seni, budaya, bahasa, adat, sejarah, peninggalan bangunan atau bentuk fisik serta lainnya.

Leave your message