Jombang – Feri Khoirul Arif, 28, warga Dusun/Desa/Kecamatan Jombang mampu menyulap triplek bekas menjadi barang bernilai jual. Seperti menjadi miniatur kendaraan. Saat Jawa Pos Radar Jombang mengunjungi rumahnya di gang kecil di belakang bekas stasiun Jombang Kota, Feri tengah sibuk dengan kayu-kayu di tangannya.
Berbentuk balok memanjang, kayu-kayu ini terlihat telah berbentuk menyerupai kereta api, lengkap dengan sinyal dan rel di bagian bawah keretanya. “Ini memang sedang menyelesaikan miniatur, untuk jenis kereta api modern,” terangnya.
Ya, selama tiga tahun terakhir, ia memang sibuk dengan kegiatan pembuatan miniatur kendaraan. Mulai dari truk trailer, truk kontainer, mobil dinas kepolisian, kereta hingga kendaraan tempur diproduksinya setiap hari. “Prinsipnya semua kendaraan bisa, cuma setahun terakhir ini yang lebih banyak pemesannya memang yang kereta api ini,” lanjutnya.
Berbagai bentuk kereta api pernah dibuatnya, mulai bentuk kereta kuno yang masih berbahan bakar kayu bakar, kereta uap hingga kereta modern dengan jalur listrik pernah dibuatnya. “Yang paling rumit itu kereta kuno, karena detailnya banyak, kalau modern biasanya lebih cepat, simpel bentuknya,” tambahnya.
Bahan utama dari miniaturnya ini adalah triplek. Feri menyebut triplek yang digunakan adalah triplek bekas. Ia biasa mendapatkan triplek ini dari beberapa proyek pembangunan rumah hingga proyek lain. “Ya kebanyakan triplek tidak terpakai, kecuali kalau sudah benar-benar tidak ada, saya mencari ke toko,” imbuh bapak satu anak ini.
Dipasarkan ke beberapa kota di Jawa Timur hingga Jawa Barat, produk buatannya ini dipatok dengan harga yang sepadan. Sebuah miniatur biasanya dihargai mulai dari Rp 350 ribu hingga Rp 1 juta tergantung bentuk dan ukuran miniatur. “Penjualan selama ini paling banyak di Bandung, Madiun, Jawa tengah beberapa, kalau di Jombang malah belum pernah ada yang pesan ini,” pungkas Feri.
Kendati dibuat dengan material sederhana, minatur buatan Feri bisa memiliki nilai jual tinggi. Hal ini tak lepas dari detail replika dan asesoris yang ia buat. “Ya, sampai detail terkecil harus lengkap, misal untuk kereta, jendela terkecil harus muncul di situ, asesoris sinyal juga harus dibuat semirip mungkin dengan aslinya,” ucapnya.
Detail ini disebutnya dimulai dari pembacaan gambar, pemesan miniatur, biasanya akan mengirimkan gambar kendaraan yang ingin dibuat. Feri, lantas mencari detail tiap sudut kendaraan itu untuk memastikan seluruh bodi kendaraan bisa terlihat.
“Setelah itu baru diukur skalanya, jadi biar berimbang dengan aslinya, karena miniatur dan mainan kan jadi beda karena presisi skalanya. Setelah itu ketemu baru digambar pola di triplek dan dipotong sampai disusun,” imbuh Feri.
Proses pewarnaan juga jadi hal yang menentukan kualitas miniatur ini. Pemilihan cat yang sesuai dan sama, dan pengerjaan yang halus membuat miniatur buatannya nyaris tampak tak terbuat dari kayu. “Jadi seperti barakuda kemarin itu kelihatannya besi kalau dilihat, padahal dari kayu, begitu juga miniatur kereta ini,” imbuhnya.
Karena pekerjaan yang detil ini pula, pembuatan miniatur kendaraan ini tak bisa dilakukan dalam waktu singkat. Untuk satu kendaraan, Feri menyebut butuh waktu hingga sepekan sampai benar-benar jadi dan bisa dikirim. “Karena tidak ada pekerja, saya kerjakan sendiri, sama seluruh pekerjaannya juga manual,” pungkasnya. (*)
(jo/riz/mar/JPR)
Photo courtesy: Radar Jombang
Article courtesy: Radar Jombang