Jombang – Meski lebaran masih jauh, tapi pernak perniknya disiapkan sejak sekarang. Salah satunya angpao dari kain flanel. “Pengalaman tahun lalu sangat kuwalahan, permintaan sangat banyak, sedangkan tenaganya kurang, karena angpao flanel banyak disukai anak-anak jadi banyak yang cari,” ungkap Ike, warga Plandi Jombang kemarin.
Ia menyiapkan angpao sejak sekarang, pasalnya tahun lalu ia sempat kewalahan dengan pesanan pelanggan. Apalagi pelanggan yang meminta bentuk sesuai keinginannya. Itu tidak bisa dikerjakan dalam waktu mendadak. “Ini antisipasi kalau ada yang custom, karena biasanya kalau dari saya bentuk dan jumlah yang didapat perlusin ya sudah paten. Tapi bisa pesan, kalau tidak mendadak,” tambahnya.
Membuat angpao dari kain flanel memang terlihat mudah, namun butuh keuletan untuk mengerjakannya. Pasalnya, masing-masing angpao harus dikerjakan manual satu per satu, tidak bisa langsung dalam jumlah banyak.
Angpao flanel sekarang menjadi barang yang banyak diburu saat musim lebaran. Awal angpao flanel mulai ramai, bentuknya masih sederhana, dengan bentuk gulungan flanel yang kemudian dihiasi dengan warna lain, sehingga membentuk sebuah jajanan astor kecil.
Tapi kini bentuk angpao flanel sudah semakin beragam. Mulai dari dompet kecil, hingga gelang tangan dengan berbagai karakter. “Justru sekarang yang tidak laku itu yang bentuk lama, sekarang yang banyak dicari bentuk gelang dan dompet, tahun lalu saya masih bikin bentuk astor, malah susah lakunya,” kata ibu satu anak ini.
Banyak karakter yang dijadikan motif angpao, mulai boneka hingga bunga-bunga. Dimulai dari memotong warna dasar angpao. Kemudian dua sisi dijahit menjadi satu. Jahit juga manual menggunakan jarum dan benang, tidak dengan jahit mesin. Ike menjahitnya dengan pola jahit tusuk feston. Untuk membentuk jahitan yang rapi dan kuat.
Setelah itu, ike juga harus memotong karakter yang diinginkan. Sebelumnya ia sudah membuat contoh dari kertas, yang kemudian digambar di atas kain flanel kemudian baru dipotong manual.
Setelah semua dipotong, bagian dari karakter tersebut ditempel satu per satu pada bentuk dasar dengan menggunakan lem tembak. “Kadang menambahkan sedikit motif dengan jahitan, misalnya membuat kumis kucing, atau garis-garis wortel,” tambahnya.
Untuk bentuk gelang, ia harus menambahkan perekat dan mengisi karakter dengan dakron. “Kalau ini lama, karakternya tidak ditempel tapi dijahit, kemudian ditambah dakron lalu dijahit lagi, ini sedikit lama karena prosesnya panjang,” imbuhnya.
Selain membuat angpao, ia juga membuat kreasi bentuk lain, yaitu gantungan kunci, bando, hingga tempat pensil dari kaleng bekas rokok dan alat peraga edukasi. Semua menggunakan kain flanel.
Ia menjual kreasinya dengan berbagai harga. Harga jualnya relatif murah, mulai belasan ribu untuk angpao flanel, hingga puluhan ribu untuk alat peraga edukasinya. “Peraga edukasi Rp 55 ribu sampai Rp 65 ribu, tergantung bentuknya,” jelasnya.
Ike lebih banyak menjual produknya secara online. Melalui marketplace juga media sosial. Selain Jawa Timur saja, pelanggan setia angpao flanel buatannya juga ada yang dari wilayah Aceh dan juga Kalimantan. “Jawa Barat juga banyak,” pungkasnya. (*)
(jo/wen/mar/JPR)
Photo courtesy: Radar Jombang
Article courtesy: Radar Jombang