• info@njombangan.com

Yearly Archive2018

Bupati Jombang Terima Penghargaan BPJS Ketenagakerjaan, Desa Catakgayam, Mojowarno Desa SJSK

Surya.co.id | JOMBANG – Desa Catakgayam Kecamatan Mojowarno, Jombang, menerima penghargaan dari Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.
Desa ini dinobatkan sebagai salah satu Desa Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (SJSK). Pemberian penghargaan itu dalam rangkaian HUT BPJS Ketenagakerjaan ke-41.
Penghargaan diberikan di Jakarta, bersamaan dengan tujuh desa lainya se-Indonesia.
Penghargaan diserahkan Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Agus Susanto, kepada Bupati Jombang, Mundjidah Wahab, Rabu (5/12/2018).
“Direktur BPJS menyatakan penghargaan ini apresiasi kepada pemerintah daerah dan desa dalam komitmennya terhadap penyelenggaraan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan dan berhasilnya program Desa Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan,” kata Bupati Mundjidah, sekembalinya dari Jakarta, Kamis (6/12/2018).
Menurut Mundjidah, penilaian penghargaan didasarkan pada aspek diseminasi, regulasi, inisiatif, dan aspek coverage.
Itu dilakukan masing-masing pemerintah daerah dan desa yang masuk dalam program desa sadar jaminan sosial Ketenagakerjaan.
Program Desa Sadar Jaminan Sosial Ketenagakerjaan merupakan program strategis BPJS Ketenagakerjaan guna memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat pekerja.
Tujuannya meningkatkan kesejahteraan warga di desa melalui program Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun dan Jaminan Kematian
“Penyelenggaraan program ini sejalan dengan kebijakan pemerintah, untuk membangun Indonesia dari pinggiran dan memperkuat daerah dan desa dalam kerangka Negara dan Kesatuan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui jaminan sosial untuk seluruh rakyat,” imbuh Mundjidah.
Bupati Mundjidah Wahab sendiri menyambut positif program BPJS Ketenagakerjaan yang telah memberikan jaminan perlindungan kepada para pekerja informal.
Menurutnya, BPJS Ketenagakerjaan ini disambut positif 302 Desa dan 4 Kelurahan di Jombang. Sedangkan, di desa Catakgayam kepesertaannya sudah seribu lebih, manfaatnya telah dirasakan oleh para peserta.
“Selain memberikan rasa aman, memberikan jaminan perlindungan kerja, dan di Kabupaten Jombang juga sudah ada peserta yang telah menerima manfaatnya,” tutur Mundjidah.

 

 

Article courtesy: Tribunnews.com

Photo courtesy: Tribunnews.com

OMBANG – Komunitas relawan di Jombang terus berkembang. Terbaru, muncul relawan pengawal mobil ambulans bernama Indonesian Escorting Ambulance (IEA). Tak ubahnya jiwa relawan, semangatnya pun kemanusiaan.

Seperti yang terlihat kemarin (5/12) siang, suasana lalu lintas di Jalan KH Wahid Hasyim ramai lancar. Kurang lebih pukul 10.00 WIB, ambulans dengan sirine berbunyi berupaya menerobos antrean kendaraan di traffic light.

Upaya agar ambulan terhindar dari kemacetan juga dilakukan relawan IEA. Terlihat tiga pengendara mengenakan jaket khusus, dominan warna hijau. Masing-masing bergantian mengambil posisi guna membuka jalan ambulans agar terhindar dari hambatan.

”Fokus kami biasanya di titik traffic light, biasanya para pengendara tetap tidak mau mengalah. Meski tahu mobil ambulans lewat, kalau pasiennya kondisinya kritis, kan bisa bahaya kalau rujukannya tidak cepat,” beber Syarifuddin, 22, salah satu relawan IEA Jombang.

Pria asal Desa Pandanwangi, Kecamatan Diwek ini mengatakan, ambulan yang dikawal kemarin membawa pasien rujukan dari RSK Mojowarno ke RSUD Jombang.

Untuk aksi sosial ini, pihaknya sudah menjalin kerjasama dengan pihak RSUD Jombang. ”Semangatnya kepedulian, kebetulan fokus kita mengawal ambulans yang sedang merujuk pasien,” bebernya. Untuk mempermudah koordinasi, pihaknya membuat grup khusus dan mendaftarkan secara resmi ke pihak RSUD Jombang.

”Jadi begitu diperlukan jasa kami, tinggal menyampaikan di grup. Nanti teman-teman akan segera mengambil posisi sesuai rute tujuan rujukan, khususnya di titik-titik rawan macet,” bebernya. Ide awal dibentuknya komunitas ini, menurutnya bermula dari keprihatinan sulitnya ambulan menempuh perjalanan saat membawa pasien.

”Kesadaran masyarakat kita tentang tertib lalu lintas juga masih kurang. Kadang sirine dikeraskan pun, masih ada yang nekat menyerobot. Bahkan ada juga yang tidak mau mengalah memberi jalan,” imbuhnya.

Dengan pengawalan, waktu tempuh ambulans dari RSK Mojowarno sampai ke RSUD Jombang jadi lebih cepat. ”Kalau tanpa pengawalan mungkin bisa setengah jam. Ini tadi dari Mojowarno ke Jombang tidak sampai setengah jam sudah sampai. Pasien juga langsung ditangani tadi,” pungkasnya.

Ia menjelaskan, aksi relawan ini dilakukan tanpa pamrih. ”Sukarela saja, bensin beli sendiri, jaket juga kami buat sendiri. Bahkan kalau ada risiko di jalan, kami juga tanggung sendiri,” imbuhnya. Meski IEA Jombang baru dirintis, anggotanya sudah mencapai belasan orang.

”Namanya juga relawan, jadi semampunya. Jangan sampai terpaksa, tapi sewaktu-waktu kita dibutuhkan, anggota siap,” bebernya. Relawan yang bertugas mengawal ambulance, menurutnya juga tetap harus membawa surat-surat yang lengkap dan alat pengaman berkendara yang memenuhi standar. (*)

(jo/naz/mar/JPR)

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Mewujudkan Pendidikan Berkualitas untuk Daerah Terpencil di Jombang

Quality Education

Oleh Gita Imaning Farichah

 

Pendidikan pada dewasa ini dihadapkan tuntutan tujuan yang semakin canggih, semakin beragam, lebih-lebih pada kualitasnya. Hal ini sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi yang semakin maju. Pendidikan juga merupakan persoalan hidup manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial maupun sebagai bangsa. Di lain sisi pendidikan juga menjadi ujung tombak bagi setiap bangsa, karena kesuksesan suatu bangsa dapat kita nilai melalui pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat bangsanya. Sementara itu, harapan pemerintah dan masyarakat agar lulusan dapat menjadi pemimpin, manajer, inovator yang efektif dalam bidang ilmu pengetahuan dan mampu beradaptasi dengan perubahan ilmu dan teknologi dijaman milenial ini.

 

Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang dan sektor pembangunan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya. Hal tersebut menunjukkan pentingnya upaya peningkatan kualitas pendidikan baik secara kuantitatif maupun kualitatif yang harus dilakukan secara berkelanjutan, sehingga pendidikan dapat digunakan sebagai wahana dalam membangun watak bangsa.[1]

 

Sesuai dengan pengertian pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, seta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan menempati posisi yang penting bagi setiap individu. Meskipun demikian pendidikan sangat beragam macamnya, di antaranya ada pendidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal.[2] Seperti yang kita ketahui bersama pendidikan formal merupakan pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Dalam pendidikan formal ini biasanya lulusannya ditandai dengan ijazah atau surat keterangan lulus (SKL) dari lembaga pendidikan yang telah peserta didik tempuh. Untuk pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan non formal biasanya digunakan dalam lembaga-lembaga les atau bimbingan belajar siswa selain di dalam sekolah. Atau di lembaga pendidikan Islam biasanya digunakan untuk madrasah diniyah karena di dalamnya ada jenjang kelasnya seperti kelas ula dan kelas wustho, mereka berjenjang dan terstruktur tapi di luar jalur pendidikan formal. Sedangkan untuk pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Di sinilah sesungguhnya pendidikan tercipta, karena untuk pertama kalinya anak yang dikenalnya adalah keluarga terutama ayah dan ibu. Pendidikan dalam keluarga dan lingkungan memiliki peranan yang penting dalam suksesnya pendidikan yang ditempuh oleh seorang peserta didik. Pendidikan tidak akan mampu berjalan sendiri tanpa ada dukungan dari pemerintah, keluarga serta masyarakat, sebab dari keluarga dan lingkunganlah yang akan mencetak karakter anak untuk pertama kalinya.

 

Selain pendidikan memang menduduki peranan yang penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia bisa mengubah dan berubah diri sesuai tuntutan perkembangan zaman. Efek yang sangat bisa dirasakan dengan pendidikan pula dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, yang mana hal tersebut mampu mempengaruhi pola persaingan dalam dunia kerja dan bisnis sehingga semakin tingginya pendidikan yang seseorang tempuh maka akan tinggi pula persaingan yang ia hadapai. Namun demikian, pendidikan sampai saat ini masih menjadi PR bagi pemerintah pusat dan daerah. Akses pendidikan yang masih menjadi kendala bagi beberapa daerah di Indonesia juga sangat berpengaruh bagi beberapa peserta didik untuk menjangkau tempat belajar mereka setiap harinya. Hal demikian pun juga terjadi di beberapa daerah di Provinsi Jawa Timur termasuk Kota Jombang. Untuk mengakses pendidikan yang berkualitas bagi semua kalangan masyarakat sesungguhnya tanpa memandang latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi. Beberapa kendala memang dirasakan bagi masyarakat yang berada di pegunungan kapur Kabuh, pegunungan Wonosalam, pesisir Brantas dan desa-desa lainnya di Jombang. Alangkah lebih senangnya mereka jika bisa mendapatkan kesempatan pendidikan yang sama dengan mereka yang berada di Jombang perkotaan, dengan suasana yang nyaman belajar dan mengajar, perpustakaan yang memadahi, serta kemudahan mengakses internet. Pemerataan tenaga pendidik dan kependidikan juga dirasa kurang efektif dan efisien. Banyak tenaga pendidik yang ingin segera dipindahkan ke daerah perkotaan daripada ditempatkan di daerah minim pendidikan alasannya karena kesulitan mengakses pendidikan dan lain sebagainya. Hal ini justru sangat berpengaruh negatif bagi pendidikan. Jika semua guru memiliki keinginan yang sama, maka akan terjadi pengosongan tenaga pendidik untuk daerah-daerah minim pendidikan atau daerah yang terpencil. Maka yang terjadi akan sangat banyak anak-anak bangsa yang memilih untuk tidak sekolah daripada memilih sekolah dengan segala kerumitan yang ia hadapi dan jalani. Ditambah lagi dengan masalah biaya pendidikan, semakin berkualitas mutu sekolah semakin mahal pula biaya pendidikannya, sedangkan setiap orang tua pun pasti ingin pendidikan yang terbaik untuk putra ataupun putrinya dengan berjuta harapan dan impian yang dimilikinya.

 

Kita memang sedang dihadapkan pada beberapa masalah pendidikan yang terjadi, namun bukan berarti masalah-masalah tersebut tidak ada jalan keluarnya. Mengenai pengelolaan pendidikan juga diatur di Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.[3] Pengelolaan pendidikan adalah pengaturan kewenangan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota, penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai tujuan pendidikan nasional.

 

Dijelaskan pula dalam peraturan pemerintah, bahwasanya pengelolaan pendidikan telah dilimpahkan kewenangan pada pemerintah daerah. Adanya peralihan pendidikan dari sentralisasi menjadi desentralisasi dengan aturan-aturan yang bersifat penting tetap mengikuti dari pemerintah pusat menjadikan pendidikan lebih fleksibel dalam pengelolaannya. Karena dengan sistem desentralisasi tersebut pemerintah daerah juga bisa ikut andil dalam merencanakan pendidikan. Mulai dari akses pendidikan, untuk daerah-daerah minim pendidikan alangkah lebih baiknya jika pemerintah daerah menyediakan akses berupa kendaraan misalnya diadakan bus sekolah yang dikelola pemerintah daerah bekerjasama dengan dinas perhubungan atau pun perbaikan jalan-jalan raya dalam hal ini aspal untuk mempermudah menuju tempat-tempat lembaga pendidikan. Di Kota Jombang sendiri dalam masalah kesehatan sudah sangat bagus karena pemerintah telah menyediakan ambulance tiap desa dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, maka alangkah baiknya jika tahun-tahun ke depannya maslaah pendidikan juga mendapat pandangan yang sama dengan kesehatan tersebut. Karena seperti yang kita ketahui bersama dana pendidikan berasal dari beberapa sumber di antaranya ada dari APBN, APBD serta masyarakat. Masyarakat disini juga merupakan wali murid dari peserta didik masing-masing, keaktifan dana yang masuk pendidikan biasanya berupa pembayaran iuran bulanan atau akrabnya kita sebut pembayaran SPP. Pemerintah daerah diharapkan juga mampu aktif dalam mendukung pendidikan yang cukup melalui kebijakan-kebijakan yang dapat ditetapkan dan diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan Kota Jombang. Sebab Kota Jombang termasuk kota yang banyak peminatnya untuk bisa menuntut ilmu, dibuktikan dengan banyaknya pesantren yang ada di kota Jombang dengan jumlah santri dan santriwati yang bisa dibilang tidak sedikit dan mereka berasal dari banyak daerah lainnya. Maka sangat disayangkan jika pendidikan untuk masyarakatnya sendiri masih kurangnya sentuhan dan perhatian dari pemerintah daerah untuk daerah-daerah minim pendidikan. Karena semangat dari peserta didik disana untuk bisa sekolah juga sudah mulai terbangun. Maka akan lebih indah jika dari pemerintah daerah maupun masyarakat bisa bekerjasama membangun pendidikan bermutu guna mencapai tujuan pendidikan nasional bersama.

 

Kesadaran tenaga pendidik dan kependidikan juga perlu dipupuk untuk lancarnya keberlangsungan pendidikan di daerah minim pendidikan. Dalam hal ini pemerintah bisa memberikan perhatian yang lebih untuk para pendidik dan kependidikan yang berada di sana. Melalui kunjungan kerja, hibah sarana prasarana melaui dinas pendidikan atau bisa melalui sumbangan sosial dari beberapa komunitas yang bisa digerakkan dari pemerintah daerah untuk dipromosikan dengan harapan semua masyarakat secara umum mengetahui dan kesadaran diri betapa pentingnya pendidikan, karena bisa jadi di tempat-tempat minim pendidikan tersebut justru menyimpan berbagai kejutan generasi-generasi terbaik bangsa yang belum terungkap karena terbatasnya guru yang mengajar. Sedangkan masalah pembiayaan dalam pendidikan, dewasa ini ada kebijkan gratis pendidikan 9 tahun yang mana program tersebut telah dijalankan di berbagai penjuru Indonesia termasuk juga di Kota Jombang.

 

Faktanya untuk sekolah dasar sampai sekolah menengah masalah pembiayaan ada beberapa yang dibebaskan, membayar pun tidak semuanya ada memang beberapa kegiatan dalam pendidikan yang membutuhkan iuran dari wali murid karena kegiatan-kegiatan tersebut tidak masuk dalam anggaran biaya pendidikan yang disetorkan ke pemerintah setempat. Sedangkan untuk masyarakat yang kurang mampu pun telah ada beasiswa mulai sekolah dasar sampai sekolah menengah ke atas. Hanya saja untuk penerimaannya tergantung pengelolaan sekolah masing-masing. Tidak semua masalah-masalah yang terjadi dalam pendidikan ataupun dalam aspek lainnya hanya bisa diatasi oleh pemerintah saja. Sebagai masyarakat, kita juga bisa ikut andil dalam menyelesaikan melalui bersikap bijak dalam setiap permasalahan yang terjadi.

[1] E Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hal 17.

[2] Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

[3] Presiden Republik Indonesia, Peraturan pemerintah republik Indonesia nomor 66 tahun 2010 tentang tentang perubahan atas peraturan pemerintah no. 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.

Ikuti Perkemahan Pramuka, Siswa Luar Biasa Gunakan Bahasa Isyarat

OMBANG – Memiliki keterbatasan fisik, bukan penghalang bagi ratusan siswa berkebutuhan khusus di Jombang mengikuti kegiatan pramuka dan perkemahan. Mereka menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi.

Semua peserta perkemahan ini merupakan siswa tunarungu wicara hingga tunagrahita. Meski memiliki kekurangan, tak menghambat mereka untuk mengikuti kegiatan. Mulai dari baris berbaris, teknik kepramukaan hingga penjelajahan.

”Ada 11 lembaga SLB yang mengikuti perkemahan pramuka luar biasa ini. Kegiatan ini melatih anak-anak supaya lebih percaya diri, tentu juga menekankan kemandirian,” ujar M Rusik, Ketua Kelompok Kerja Kepala SLB Jombang.

Dia menambahkan, terdapat 21 regu terdiri dari 11 regu putra dan 10 regu putri yang mengikuti pramuka luar biasa. Perkemahan ini gabungan dari jenjang SDLB, SMPLB hingga SMALB. Sebab, jika dibedakan perjenjang maka jumlahnya akan sedikit, mengingat jumlah siswa SLB tak sebanyak siswa reguler.

Mereka tetap antusias mengikuti kegiatan pramuka ini. Selain bisa bertemu dengan sesama siswa difabel di Jombang, pramuka ini juga menjadi ajang untuk menampilkan bakat dan kreasi terpendam.

”Setelah dibuka kemarin langsung hujan deras sampai malam, kami tidak jadi tidur di tenda. Karena lapangan banjir, tenda juga terendam banjir, jadi tidak ada api unggun,” lontarnya.

Meski demikian, rangkaian kegiatan pramuka luar biasa tetap berlanjut. Hanya saja, lokasi yang semula di lapangan, dipindah di dalam aula yaitu pentas seni. ”Pagi hari baru lanjut di lapangan, hari kedua ini kegiatannya teknik kepramukaan, daur ulang, penjelajahan dan permainan,” tandasnya.

Siswa berkebutuhan khusus ini menunjukkan kreasi masing-masing dalam mengolah berbagai jenis limbah daur ulang. Seperti yang dilakukan Rizal Maulana dan Insani Rahayu, siswa SLB Kurnia Asih Ngoro. Mereka memanfaatkan botol bekas dan limbah kertas bekas untuk dijadikan lampu duduk.

”Saya senang ikut pramuka bisa ketemu banyak teman dari SLB lain. Kerajinan limbah itu sudah biasa diajarkan guru di sekolah, jadi tidak sulit,” ungkapnya menggunakan bahasa isyarat.

Menurut Sri Sundri, salah satu guru SLB mengatakan, SLB lebih menyiapkan siswa untuk mandiri baik merawat diri sendiri maupun mandiri secara ekonomi saat terjun di masyarakat nanti.

”Memang pembelajaran di SLB menuntut anak-anak kreatif, termasuk memanfaatkan limbah di sekitar kita untuk didaur ulang,” jelas guru SLB Kurnia Asih.

Ia berharap orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus tidak usah ragu memasukkan anak mereka ke SLB. “Sebab penanganan siswa berkebutuhan khusus di SLB jauh lebih tepat dan terarah,” pungkas dia. (*)

(jo/ric/mar/JPR)

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Terinspirasi Limbah Kawat, Viki Maulana Jalankan Usaha Gantungan Baju

JOMBANG – Belum banyak yang tahu, jika  di Jombang ada pembuat gantungan baju. Ya, Viki Maulana, warga Dusun/Desa Jogoloyo Kecamatan Sumobito, menggeluti usaha gantungan baju yang dirintis orang tuanya.

“Usaha ini sebetulnya dirintis ayah saya sejak tahun 1996, saya hanya meneruskan, ceritanya dulu memang hanya iseng memanfaatkan kawat bekas gantungan timba. Karena  ada saudara yang membuat gantungan timba, ayah saya mencoba membuat gantungan baju, terus berhasil dan sampai sekarang tetap jalan,” begitulah sepenggal cerita yang diungkapkan Viki, sapaan akrabnya kemarin.

Berawal dari yang sangat sederhana itulah, tak disangka usaha yang dirintis ayahnya bertahan hingga saat ini. Tentu saja kini sudah tidak menggunakan kawat bekas lagi, karena banyaknya pesanan dari pelanggan. Namun ia tetap memanfaatkan limbah kayu dari pabrik besar dari Gresik untuk diolah kembali.

Ia sengaja tak membeli kayu gelondongan, alasannya karena harga yang terlalu mahal dan pengerjaan yang lebih rumit. Berbeda dengan serpihan kayu bekas, ia hanya perlu memotong sesuai panjang yang diinginkan.

“Kalau kayu gelondongan mahal sekali, apalagi memotongnya nanti masih dalam bentuk besar, jadi sampai saat ini hanya menggunakan kayu limbah dari pabrik  di Gresik,” tambahnya.

Sejak gantungan bajunya banyak diminati, ia tak lagi membuat gantungannya dengan menggunakan kawat bekas. Sayangnya semakin berkembangnya usahanya semakin mahal pula bahan baku.

Kenaikan dolar yang membuat kenaikan semua bahan baku tentu berimbas pada kenaikan harga jualnya pula. Beruntung, kenaikan harga tak berlangsung drastis sehingga masih cukup bisa diterima masyarakat. 

“Kenaikan tidak langsung banyak, jadi masih dimaklumi, kita juga menyesuaikan harga bahan baku dengan harga jualnya, agar tidak rugi,” jelasnya. Dari tahun ke tahun, Viki mengaku mengalami kenaikan harga secara berkala. Dulu awal penjualan, gantungan bajunya hanya dijual mulai Rp 1.800 hingga Rp 2.500 saja. Tapi sekarang bisa mencapai Rp 5 ribu sesuai dengan ukurannya.

Untuk ukuran paling pendek yaitu enam gantungan harganya Rp 6 ribu, untuk tujuh gantungan Rp 4,5 ribu dan yang paling besar atau delapan gantungan Rp 5 ribu. “Harga ini sudah naik berkali-kali lipat dari awal pembuatan dulu, kita sesuaikan dengan bahan bakunya,” tambahnya.

Di awal-awal mengembangkan pasar, cukup sulit. Hanya saja saat ini sudah memiliki banyak jaringan dan pelanggan yang otomatis datang sendiri untuk memesan. Pelanggannya menyebar di hampir seluruh wilayah Jatim, termasuk Jombang sendiri.

Viki sudah berani produksi masal, karena pesanan datang sewaktu-waktu, dengan dibantu dua karyawannya, ia menghasilkan sekitar 240 gantungan per harinya. Dan bisa terjual sekitar 2.000 biji setiap bulan.

“Kita cukup kesulitan cari karyawan, sebetulnya mudah dan banyak yang berminat, tapi keterampilannya yang kurang memadai, karena buat gantungan baju harus ulet dan telaten,” tambahnya.

Ya, pembuatan gantungan baju memang cukup rumit. Yang pertama pengolahan limbah kayu dirapikan menjadi ukuran yang diinginkan, kemudian dibungkus menggunakan plastik khusus, setelah itu baru menempelkan kawat yang sudah diberi slang untuk jadi pengaitnya. Baru di ujung kawat diberi hiasan agar tidak merusak baju.

“Pembuatannya butuh tenaga orang-orang ulet, jadi memang harus teliti dan sabar, apalagi ngelem hiasannya itu satu per satu,” jelasnya. Pemasaran dulu awalnya hanya dari toko ke toko, namun sekarang sudah melalui reseller grosir perabotan rumah tangga di berbagai kota di Jatim.

Sayangnya, dibalik laku kerasnya gantungan baju yang dibuat Viki, gantungan baju miliknya belum diberi label. Sehingga banyak dijiplak orang lain. “Ayah memang tidak ingin ada label, katanya terlalu ribet pengerjaannya, sedangkan harganya tidak seberapa. Tapi yang jiplak gantungan baju milik kita cirinya kawat lebih kecil, kita menggunakan kawat yang besar, jadi lebih awet,” jelasnya.

Meski bukan menjadi kebutuhan yang dibeli orang setiap hari, Viki mengaku penjualannya dari tahun ke tahun  meningkat. “Alhamdulillah semakin tahun semakin meningkat, paling ramai jelang kenaikan kelas sama Ramadan,” pungkasnya. (*)

(jo/wen/mar/JPR)

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Berkendara Lewat Tol Jombang-Mojokerto, Bisa Dapat Hadiah Motor, Ini Syarat dan Ketentuannya

SURYA.co.id | JOMBANG – Ada kabar gembira bagi pengguna jalan yang melintas di tol Jombang-Mojokerto (tol Jomo).

Para pelanggan tol Jomo ini akan mendapatkan hadiah istimewa dari pengelola tol Jomo, ASTRA Infra Toll Road Jombang Mojokerto (ASTRA Tol Jomo).

Kegiatan program Terima Kasih Pelanggan ini merupakan rangkaian kegiatan menyambut hari ulang tahun ke 13. Terdiri dari program Point Reward dan program Undian.

Direktur Teknik dan Operasi ASTRA Tol Jomo, Anggoro Legowo mengungkapkan, program ini merupakan salah satu bentuk apresiasi ASTRA Tol Jomo kepada seluruh pelanggan setia pengguna jalan tol Jomo.

“Jadi program ini merupakan wujud besarnya rasa terima kasih kepada para pelanggan setia tol Jomo,” ujar Anggoro Legowo didampingi Corporate Communication, Zanuar Firmanto kepada SURYA.co.id, Senin (3/12/2018).

Dikatakan, selama ini pelanggan telah memberikan kepercayaannya kepada layanan Astra Tol Jomo.

“Kepercayaan dan kepuasan pelanggan, kunci bagi kami guna terus berkembang sebagai penyedia layanan jalan tol,” jelas Anggoro.

Zanuar Firmanto menimpali, untuk mengikuti program ini, pengguna jalan tol Jomo cukup menukarkan struk transaksi dengan ‘point rewards’.

 

Point reward itu sendiri dapat ditukarkan dengan berbagai macam hadiah langsung.

“5 ASTRA Tol Points mendapat 1 kupon undian. 10 ASTRA Tol Points mendapat gratis isi ulang uang elektronik (e-money) Rp 25.000 dan 1 kupon undian,” tambah Zanuar.

Kemudian, jika pelanggan punya sebanyak 15 ASTRA Tol Points, akan mendapat gratis isi ulang uang elektronik Rp 50.000 dan 1 kupon undian.

Sedangkan persyaratan dan ketentuan rewards atau hadiah bagi pelanggan adalah; kesatu, 1 struk sama dengan 1 ASTRA Tol Point.

Kedua, struk merupakan struk transaksi hanya di gerbang tol (GT) Bandar pada hari Senin sampai dengan Kamis (tidak berlaku hari Jumat/Sabtu/Minggu dan hari libur nasional). Nomor uang elektronik (UNIK)-nya harus sama.

Ketiga, struk yang ditukarkan adalah struk pada bulan yang sama dan dalam kondisi tidak rusak (dapat terbaca, tidak sobek atau basah).

“Dan keempat berlaku untuk semua golongan kendaraan dengan transaksi nontunai dan saldo mencukupi. Kartu Dinas tidak berlaku,” terang Zanuar.

Kelima, penukaran poin dapat dilakukan di GT Jombang, GT Bandar dan GT Mojokerto Barat.

 

“Dan keenam, periode penukaran poin dilaksanakan mulai 3 Desember 2018 hingga 31 Januari 2019,” tutur Zanuar.

Tidak hanya itu, ASTRA Tol Jomo juga menggelar undian berhadiah yang akan dilaksanakan bersamaan dengan perayaan hari ulang tahun pada 16 Februari 2019.

Pemenang undian berhak atas salah satu hadiah 1 unit Honda Vario, 3 unit smartphone OPPO F9, 5 unit Samsung Smart TV 32 inch, 5 unit sepeda Polygon Monarch.

“Kemudian 5 unit mesin cuci Sharp, 5 unit mini drone Visuo Battle Shark dan 30 unit UNIK nominal saldo Rp 250.000,” beber Zanuar Firmanto.

Bagi pengguna jalan tol Jomo, dapat mengumpulkan kupon dari penukaran poin tersebut mulai 3 Desember 2018 hingga 15 Februari 2019 pada drop point yang berada di kantor GT Jombang, GT Bandar maupun GT Mojokerto Barat.

 
 

Article courtesy: Tribunnews.com

Photo courtesy: Tribunnews.com

Melihat Keuletan Mochamad Yajid Jalankan Usaha Produksi Tape Besek

OMBANG – Keuletan Mochamad Yajid, 48, dalam memproduksi tape besek sejak sepuluh tahun lalu tetap dijaga hingga sekarang. Kini, permintaan tape beseknya datang dari berbagai daerah. Mulai Kediri, Mojokerto dan beberapa destinasi wisata religi di khawasan Jawa Timur.

Saat Jawa Pos Radar Jombang berkunjung beberapa hari lalu, Yajid sibuk dengan singkong-singkongnya. Di belakang rumahnya, ada beberapa pekerja yang membantunya mengupas satu per satu singkong mentega berwarna kuning itu.

Alat yang digunakan mengupas kulit singkong, bukanlah pisau, melainkan potongan velg motor yang dilancipkan sedemikian rupa. Tangan mereka begitu lihai saat mengupas singkong. Tak butuh waktu lama, sekarung singkong sudah terkupas dalam waktu sekitar 30 menit saja.

Ya, di tangan M Yajid ini lah tape manis diproduksi setiap harinya. Selama 10 tahun menggeluti usaha tape tentu jalannya tak mudah. Dia sempat jatuh bangun dalam mengembangkan usahannya. ”Saya memulai usaha sejak 2002. Namun baru buka setahun tidak lanjut karena rugi,” ujar dia.

Sejak bangkrut pada 2002, Yajid sengaja tak memulai usahanya secara konsisten. Dia memilih belajar dan bereksperimen dahulu. Hingga pada November 2008, M Yajid kembali memulai usahannya membuat tape besek. ”Lalu saya tekuni karena sudah mulai paham caranya dan pemasarannya,” sambungnya.

Tape manis sebenarnya adalah khas Bondowoso, namun dirinya ingin mengenalkan tape manis khasnya Jombang. ”Karena dari Jombang ini kualitas singkongnya juga bagus,” sambung dia.

Untuk membuat tape manis, dia memilih singkong kuning jenis mandera (mentega). Singkong jenis ini banyak tumbuh di daerah yang berhawa dingin seperti Bareng dan Wonosalam. Tekstur singkong ini cenderung keras dan tidak empuk. ”Memang lebih cocok yang keras, karena lebih awet dan tidak mudah ber-air atau lembek saat difermentasi,” jelas dia.

Berbeda dengan singkong jenis kastal yang cenderung empuk. Dia menilai singkong jenis itu cocoknya untuk gorengan bukan untuk bahan tape. Sayangnya, kata bapak tiga anak ini, singkong mandera belakangan kini sulit didapat. Selain harganya naik, singkong ini ternyata mulai diburu pembeli dari luar Jombang.

”Jadi setiap hari saya mengambilnya di Wonosalam dan Bareng. Per hari sekitar dua kuintal, namun sekarang sulit karena banyak yang minat,” beber dia. Normalnya, untuk harga satu kilo singkong mandera dihargai Rp 2 ribu. Namun karena bahan sulit kini menjadi Rp 5 ribu. Mau tidak mau, Yajid harus membelinya dengan harga Rp 5 ribu demi mencukupi kebutuhan produksi tape manisnya.

“Ya agak kebingungan juga. Saya sementara ini hanya membeli dari petani di Wonosalam dan Bareng. Untuk daerah lain belum, karena khawatir harganya lebih mahal,” papar dia. Kendati demikian, usaha tape beseknya kini tetap bertahan bahkan makin diminati. Ini setelah Yajid secara rutin diminta mengirim ke  pelanggannya di beberapa daerah.

Sebut saja, ada beberapa pelanggan di Kediri, Mojokerto dan beberapa daerah jujugan wisata Religi seperti makam Gus Dur, hingga makam Syeh Jumadil Kubro, Troloyo. ”Sehari selalu rutin dua kuintal,” beber dia. Dalam memproduksi tape manis, kebersihan adalah hal yang dia jaga.

Setelah singkong dikupas, akan ada proses kupas yang kedua. Itu dilakukan untuk menghilangkan kulit arinya. Lalu, dicuci hingga tiga kali menggunakan air bersih. ”Karena jika ada kotoran maka proses peragian atau fermentasinya bisa gagal. Sehingga, sebelum difermentasi singkong harus benar-benar bersih,” jelas dia.

Untuk harga tape manis buatannya, dia menyediakan dalam dua varian. Pertama dalam kemasan mika dihargai Rp 5 ribu. Sedangkan, untuk satu ikat besek (isi tiga besek) dihargai Rp 10 ribu. ”Biasanya selisihnya 2 ribu dari saya, ketika sudah dijual,” pungkasnya. (*)

(jo/ang/mar/JPR)

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Peringati Hari Menanam Pohon Indonesia 2018, PLN Tanam 22.000 Pohon

JOMBANG – Memperingati Hari Menanam Pohon Indonesia (HMPI) 2018, PT PLN (Persero) menanam 22.000 pohon di wilayah-wilayah operasional PLN, Rabu (28/11). Aksi ini dilakukan serentak oleh 22 unit kerja PLN se-Indonesia.

Di Kabupaten Jombang, PLN bersama Pemkab Jombang menanam 793 pohon di di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang sebagai desa argo forestry kawasan binaan PLN.

”Rabu (28/11) PLN melakukan aksi tanam pohon sebagai upaya kami dalam menjalankan bisnis ketenagalistrikan yang berwawasan lingkungan. Ini merupakan misi kami,” ujar Senior Manager General Affair PT PLN (Persero) Dwi Suryo kemarin.

PT PLN (Persero) menyerahkan bantuan dana sebesar Rp 75 juta kepada Pokmas Bukit Hijau Desa Wonomerto untuk program gerakan penghijauan

PT PLN (Persero) menyerahkan bantuan dana sebesar Rp 75 juta kepada Pokmas Bukit Hijau Desa Wonomerto untuk program gerakan penghijauan (ANGGI FRIDIANTO/JAWA POS RADAR JOMBANG)

 

Dwi Suryo menjelaskan, penanaman pohon oleh PLN merupakan bagian dari program Corporate Social Responsibility (CSR) PLN Peduli. Bentuk kepedulian PLN terhadap lingkungan ini bertujuan mencegah efek rumah kaca dan mengurangi pemanasan global. Efek gas rumah kaca adalah penumpukan gas Karbon dioksida (CO2) pada atmosfer yang menyebabkan berlubangnya atmosfer.

Berdasarkan penelitian, setiap 1 hektar hutan tropis dapat mengubah 3,7 ton CO2 menjadi 2 ton Oksigen (O2). ”Program penanaman pohon ini juga bertujuan meningkatkan kepedulian masyarakat untuk ikut menjaga lingkungan karena kegiatan ini melibatkan masyarakat dan stakeholder PLN,” sambungnya.

Luas lahan yang ditanami pohon oleh PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur sekitar 5,5 hektare, dimana empat hektare terletak di TPA Benowo Surabaya dengan 2.018 pohon dan sekitar 1,5 hektare ada di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang dengan 793 pohon.

Sehingga di Jawa Timur ada 2.811 pohon dari berbagai jenis pohon seperti: pohon tanjung, cempoko, nyamplung, bintaro, keben, pandan laut, kupu-kupu, bambu jakarta, kemoneng, kenonggo.

Juga buah-buahan, seperti duren, manggis, jambu kristal, pete, nangka, jeruk, dan mangga dengan tinggi dari satu hingga tiga meter.

Hadir dalam kesempatan itu, Sucipto Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Pemkab Jombang. Sucipto menyampaikan terima kasih atas bantuan PLN karena dengan 793 pohon yang ditanam akan membantu menanggulangi terjadinya potensi bencana banjir  maupun longsor, mengingat Desa Wonomerto terletak pada ketinggian 280 mdpl.

”Disamping itu juga membangkitkan ekonomi warga karena jenis pohon yang ditanam merupakan buah-buahan sehingga diharapkan bisa mendorong meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui Agro Forestik,” pungkas Sucipto.

Total dana yang digelontorkan PLN Peduli untuk penanaman 22.000 pohon sebesar Rp 3,19 miliar. Dana tersebut selain untuk penanaman pohon dipergunakan pula untuk pemeliharaan pohon agar tetap tumbuh dengan baik.

Aksi tanam pohon yang PLN lakukan dalam rangka HMPI 2018 ini merupakan kelanjutan dari aksi tanam pohon tahap I yang dilakukan pada 5 Juni 2018. Melibatkan 32 unit PLN se-Indonesia, PLN menanam total 34.000 pohon. Total dana yang dikeluarkan PLN Peduli pada Tahap I ini sebesar Rp 4,64 miliar.

Sedangkan, HMPI yang ditetapkan dalam Keppres RI No. 24 Tahun 2008 merupakan langkah untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya menanam pohon. HMPI juga dilakukan sebagai wujud kepedulian dalam memulihkan kerusakan hutan dan lahan. (*)

(jo/ang/mar/JPR)

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Tanggapan Sepi, Nasib Jaranan Dor Kesenian Asli Jombang Saat Ini

JOMBANG – Pertunjukan seni budaya di  Jombang makin tak terdengar. Salah satunya, kesenian jaranan atau yang paling sering dikenal kuda lumping dari Desa Kemambang, Kecamatan Diwek, semakin  sepi tanggapan.

Kesenian jaranan dengan label jaranan dor di Desa Kemambang, Kecamatan Diwek, Jombang telah ada sejak  1925.  Saat ini,  kesenian ini masih cukup terawat. Sang pemilik saat ini Musman, 56, merupakan generasi ke empat.

Menurut Musman, kesenian ini sempat  mati, kemudian oleh Musman, dicoba untuk dihidupkan lagi. ”Dulu sempat berhenti, kemudian saya mencoba untuk menghidupkan kembali, agar generasi penerus bisa mengetahui atau bahkan meneruskan jaranan ini nantinya,” ujarnya.

Musman berharap kepada pemerintah agar kesenian-kesenian asli Kabupaten Jombang seperti miliknya ini, lebih diperhatikan lagi ke depannnya. Sehingga, kesenian di Jombang tidak akan mati dan terus ada sampai nanti.

”Selama ini soal dana, dari dulu saya cari sendiri. Baru dua tahun ini diperhatikan, cuma ya itu, dana itu dibuat untuk acara 17-an. Terus yang kemarin itu, saya kan sudah nggak punya dana lagi, ada dana saya buat karnaval,” tutur Musman.

Menurutnya, ciri khas yang membedakan kesenian jaranan dor  dengan jaranan lainnya adalah, digunakannya alat musik tanjidor. Sehingga muncul kata ‘dor’ di belakang jaranan..

”Tradisionalnya itu, kembangannya itu tidak sama, dornya itu tidak sama,” kata Musman. Selain memiliki atraksi jaranan yang biasanya dibawakan oleh empat orang, kesenian jaranan dor ini juga menampilkan jaranan dengan model kesurupan atau  ndadi (Jawa) bersama celengan, atraksi ganongan, bantengan, dan atraksi naga.

Kesemuanya tampil secara berurutan, jika kesenian ini tampil full tim dengan 30 orang anggota. ”Kesenian ini asli Jombang, tahun 1925. Tapi kami adil (ketat, Red) mas, istilahnya kalau main itu cok bakal (sesaji, Red) nya kurang, saya tidak berani,” lanjutnya.

Ia juga berkeinginan untuk membesarkan jaranannya ke depan. “Untuk itu saya berharap pemerintah ke depan lebih peduli lagi dengan kesenian,” ujarnya lagi.(*)

(jo/yan/mar/JPR)

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

520 Pelajar Berprestasi dan Kurang Mampu di Jombang Peroleh Beasiswa dari Perusahaan Ini

SURYA.co.id | JOMBANG – PT Cheil Jedang Indonesia (CJI) Jombang menyalurkan beasiswa kepada 520 orang pelajar di wilayah Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Selasa (27/11/2018).

Beasiswa diberikan sebagai bentuk komitmen dari perusahaan dengan fasilitas Penyertaan Modal Asing (PMA) asal Korea Selatan tersebut dalam mendukung pendidikan di Kabupaten Jombang.

Penyerahan beasiswa dilakukan langsung Bupati Jombang Mundjidah Wahab dan Eksekutif Vice President PT CJI Kim Hak Yun, di Aula PT CJI, Desa Jatigedong, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang.

Terdapat tiga kategori beasiswa dari perusahaan produsen penyedap rasa itu.

Yakni 3 siswa dengan kategori excellent. Ketiganya Salma Aulia Az-zahroh dari SDN Bawangan 2 Ploso, Eka Alicia dari SMPN 2 Ploso, dan Shirotul Nur Qoiroh dari SMAN Ploso.

Kemudian kategori kedua, siswa berprestasi dari keluarga kurang mampu, 201 pelajar.

Rinciannya 114 siswa SD, 47 siswa SMP, dan 40 siswa SMA/SMK/MA. Selebihnya, 316 siswa berprestasi, terdiri 219 siswa SD, 50 siswa SMP, dan 47 siswa SMA/SMK/MA.

Eksekutif Vice President PT CJI, Kim Hak Yun, mengatakan, pemberian beasiswa ini sebagai bentuk dan upaya PT CJI untuk meningkatkan pendidikan kepada anak-anak di Kecamatan Ploso.

Khususnya bagi anak-anak yang berprestasi. Diharapkan beasiswa ini mampu membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan pendidikan mereka.

Bupati Jombang Mundjidah Wahab mengapresiasi langkah yang dilakukan PT CJI. PT CJI dinilai Mundjidah terbukti begitu peduli kepada pendidikan anak, dan sudah bertahun-tahun dilakukan PT CJI.

“Terlebih lagi bagi anak-anak berprestasi, dari keluarga kurang mampu,” tandas Mundjidah Wahab. Ke depan, imbuh Mundjidah, Pemkab Jombang akan melakukan komunikasi dengan perusahaan-perusahaan lain agar melakukan kegiatan serupa.

“Akan kita kumpulkan perusahaan-perusahaan, untuk CSR (corporate social responsibility)nya agar ada koordinasi dengan Pemkab Jombang,” imbuhnya.

Mundjidah menuturkan, Pemkab Jombang konsisten dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Selama ini, Pemkab Jombang sangat serius menangani dan meningkatkan mutu pendidikan.

“Dana dari pusat, provinsi dan daerah kita sharing. Untuk seragam gratis sudah kita programkan dan sudah kita anggarkan kurang lebih Rp 30 miliar. Itu akan dilakukan tahun ajaran baru 2019,” pungkas Mundjidah.

General Manager PT CJI, Mulyono mengatakan, selain penyerahan beasiswa kepada pelajar berprestasi, PT CJI juga menyerahkan bantuan bagi sekolah peduli lingkungan.

 

Penghargaan tersebut diberikan ke SDN Rejoagung.

“Kenapa sekolah peduli lingkungan, karena kami ingin menanamkan budaya bersih dan peduli lingkungan sejak di bangku sekolah,” tutur Mulyono.

Dikisahkan, pada 20 tahun silam, ketika PT CJI berdiri di Kecamatan Ploso, kondisi lingkungan masih sangat bersih. Tidak ada sampah-sampah di sepanjang aliran sungai.

“Tetapi sekarang ini, sungai sudah menjadi tempat pembuangan sampah. Harapan kami, 10 tahun ke depan sudah tidak ada sampah di sungai,” harap Mulyono.

 

Article courtesy: Tribunnews.com

Photo courtesy: Tarakantimes.com