JOMBANG – Kawasan Utara Brantas juga terkenal sebagai penghasil kerajinan gerabah. Salah satunya dapat ditemukan di Dusun Mambang, Desa Tandowulan, Kecamatan Plandaan. Kerajinan warga dusun ini, sudah menjangkau seluruh wilayah Jawa Timur.
Sejak masuk ke desa ini, pemandangan unik langsung tersaji. Puluhan rumah dihiasi gerabah setengah jadi hingga yang telah matang di depan rumahnya. Salah satu perajin gerabah yang masih aktif adalah Supinah, 82. Saat Jawa Pos Radar Jombang mengunjungi rumahnya kemarin, ia terlihat sedang sibuk membuat sebuah cobek kecil.
Dimulai dari mengumpulkan tanah liat khusus yang diambil dari sawah, Supinah kemudian mencampurnya dengan pasir. Dengan komposisi tertentu, tanah ini kemudian diuleni dengan tangan secara manual hingga membentuk adonan yang padat namun tetap lunak dibentuk.
Usai siap dibentuk, Supinah kemudian meletakkannya di atas alas kayu yang di bawahnya terdapat pemutar. Dengan menggunakan tangan kosong, nampak mudah baginya untuk membuat gerabah sederhana ini. Dengan sentuhan tangan terampilnya, satu cobek kecil mampu ia hanya buat hanya dalam waktu 10 menit saja. ’’Ini masih basah, sampai jadi harus dijemur dulu,” ucapnya.
Setelah pembuatan selesai, penjemuran harus dilakukan setidaknya seminggu hingga gerabah benar-benar kering dan siap bakar, itupun ketika cuaca sedang bersahabat. Penjemuran gerabah tak boleh dilakukan langsung di bawah terik matahari. “Kalau pas panas begitu ya seminggu, kalau pas sering hujan bisa lebih,” lanjutnya.
Per harinya, Supinah mengaku mampu membuat hingga puluhan gerabah kondisi basah. Tak hanya cobek, Supinah dan puluhan warga lain di desanya ini juga membuat banyak jenis gerabah lain seperti anglo, penggorengan dari tanah, gentong, jambangan, kendi hingga sejumlah alat lain yang semuanya terbuat dari tanah.
’’Ya macam-macam, ya cobek begini, ya anglo kalau saya, ada celengan juga untuk anak-anak SD biasanya yang minta ini. semuanya bisa dibuat di sini,” imbuh wanita empat anak ini. Gerabah-gerabah yang sudah jadi, biasanya akan disetor kepada pengepul untuk kemudian diedarkan ke seluruh Jawa Timur.
’’Di sini tempat kumpulnya saja, biasanya setiap bulan akan ada yang mengambil, ya ada yang dari kediri, Surabaya, Ponorogo dan banyak tempat lain. Yang jelas kalau produksi dari sini memang sudah terkenal bagus sejak puluhan tahun lalu kan,” terang Kalimah, 65, salah satu pengepul di Dusun Mambang. (*)
(jo/riz/mar/JPR)
Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com
Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com