JOMBANG – Warga Dusun Wonogiri, Desa Wonokerto dan sekitarnya tak pernah merasa kekurangan air. Sebab, ada sumber kucur aren yang selalu memenuhi kebutuhan air mereka. Sumber tersebut sudah ada sejak zaman Belanda.
Siang kemarin (26/12), tampak mendung di Desa Wonokerto. Awan hitam menggelayut di atas pemukiman warga. Namun hal itu tak menyurutkan warga tetap beraktiftas seperti biasanya.
Seperti yang dilakukan Naryanto, 40 warga setempat yang membersihkan sisa-sisa kotoran dan dedaunan pohon yang rontok pada sebuah bak penampungan berukuran sekitar 2 x 3 meter itu.
Ya, Naryanto ternyata membersihkan kotoran yang jatuh pada tempat penampungan air. Air tersebut berasal dari sumber kucur aren. ”Agar kotoran ini tidak terbawa ke pipa,’’ ujar dia sembari mengambil beberapa ranting, dan dedauan kering.
Dijelaskan, sumber kucur aren merupakan sumber mata air pegunungan yang terletak di Desa Wonokerto. Keberadaannya sudah ada sejak zaman Belanda.
”Terdapat tiga titik sumber yang masih mengeluarkan air,’’ jelas dia. Dinamakan kucur aren, karena sumber tersebut mengalir di sela sela pohon aren. Pohon aren tersebut usianya diperkirakan sudah ratusan tahun. Itu terlihat dari ukuran pohon yang sangat besar dan tinggi.
Tempat penampungan ukuran 2 x 3 meter tersebut sudah ada sejak zaman Belanda. Dahulu dipakai sebagai tempat penyuplai pabrik karet yang terletak di bawah sumber.
Namun kini yang tersisa hanya tempat penampungan kecil tersebut. ”Kalau pabriknya sudah dibongkar sejak tahun 80-an, beberapa pondasi juga sudah diambili warga untuk pondasi rumah mereka,’’ jelas dia.
Sumber Kucur Aren, hingga kini masih dimanfaatkan warga Dusun Wonogiri, Desa Wonokerto untuk kebutuhan sehari-hari. Air tersebut tak pernah kering walau musim kemarau panjang seperti beberapa bulan lalu.
”Ini hanya bisa dipakai untuk kebutuhan warga Dusun Wonogiri sebanyak 40 kepala keluarga (KK), sementara untuk Dusun Wonokerto tidak bisa lantaran letak dusunnya di atas sumber. Sehingga air tidak kuat mengalir ke atas pemukiman warga,’’ beber dia.
Di hutan tersebut, masih ada sekitar 60 pohon aren berukuran besar. warga setempat tidak berani menebang karena dipercaya dapat mengganggu sumber mata air.
”Dahulu pernah ditebang, namun airnya surut. Sehingga sampai sekarang dengan kebijakan dari desa dilarang menebang pohon tersebut,’’ papar bapak satu anak ini. (*)
(jo/ang/mar/JPR)
Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com
Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com