OMBANG – Memiliki keterbatasan fisik, bukan penghalang bagi ratusan siswa berkebutuhan khusus di Jombang mengikuti kegiatan pramuka dan perkemahan. Mereka menggunakan bahasa isyarat dalam berkomunikasi.
Semua peserta perkemahan ini merupakan siswa tunarungu wicara hingga tunagrahita. Meski memiliki kekurangan, tak menghambat mereka untuk mengikuti kegiatan. Mulai dari baris berbaris, teknik kepramukaan hingga penjelajahan.
”Ada 11 lembaga SLB yang mengikuti perkemahan pramuka luar biasa ini. Kegiatan ini melatih anak-anak supaya lebih percaya diri, tentu juga menekankan kemandirian,” ujar M Rusik, Ketua Kelompok Kerja Kepala SLB Jombang.
Dia menambahkan, terdapat 21 regu terdiri dari 11 regu putra dan 10 regu putri yang mengikuti pramuka luar biasa. Perkemahan ini gabungan dari jenjang SDLB, SMPLB hingga SMALB. Sebab, jika dibedakan perjenjang maka jumlahnya akan sedikit, mengingat jumlah siswa SLB tak sebanyak siswa reguler.
Mereka tetap antusias mengikuti kegiatan pramuka ini. Selain bisa bertemu dengan sesama siswa difabel di Jombang, pramuka ini juga menjadi ajang untuk menampilkan bakat dan kreasi terpendam.
”Setelah dibuka kemarin langsung hujan deras sampai malam, kami tidak jadi tidur di tenda. Karena lapangan banjir, tenda juga terendam banjir, jadi tidak ada api unggun,” lontarnya.
Meski demikian, rangkaian kegiatan pramuka luar biasa tetap berlanjut. Hanya saja, lokasi yang semula di lapangan, dipindah di dalam aula yaitu pentas seni. ”Pagi hari baru lanjut di lapangan, hari kedua ini kegiatannya teknik kepramukaan, daur ulang, penjelajahan dan permainan,” tandasnya.
Siswa berkebutuhan khusus ini menunjukkan kreasi masing-masing dalam mengolah berbagai jenis limbah daur ulang. Seperti yang dilakukan Rizal Maulana dan Insani Rahayu, siswa SLB Kurnia Asih Ngoro. Mereka memanfaatkan botol bekas dan limbah kertas bekas untuk dijadikan lampu duduk.
”Saya senang ikut pramuka bisa ketemu banyak teman dari SLB lain. Kerajinan limbah itu sudah biasa diajarkan guru di sekolah, jadi tidak sulit,” ungkapnya menggunakan bahasa isyarat.
Menurut Sri Sundri, salah satu guru SLB mengatakan, SLB lebih menyiapkan siswa untuk mandiri baik merawat diri sendiri maupun mandiri secara ekonomi saat terjun di masyarakat nanti.
”Memang pembelajaran di SLB menuntut anak-anak kreatif, termasuk memanfaatkan limbah di sekitar kita untuk didaur ulang,” jelas guru SLB Kurnia Asih.
Ia berharap orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus tidak usah ragu memasukkan anak mereka ke SLB. “Sebab penanganan siswa berkebutuhan khusus di SLB jauh lebih tepat dan terarah,” pungkas dia. (*)
(jo/ric/mar/JPR)
Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com
Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com