• info@njombangan.com

Monthly ArchiveJune 2016

Jadi Tukang Cuci Motor Dadakan, Remaja Kristen Kumpulkan Dana untuk Bagikan Takjil

JOMBANG, (kabarjombang.com) – Demi memberikan takjil saat buka puasa bagi umat Muslim. Belasan remaja Kristen dari Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jombang, rela teteskan keringat dengan mencuci motor jemaat GKI dengan bayaran seadanya. Hal ini terlihat di halaman parkir depan GKI Jombang yang berada di Jalan Wahid Hasyim, Rabu (15/6/2016).

Dengan peralatan seadanya, belasan remaja ini terlihat sibuk membersihkan beberapa kendaraan roda dua milik jemaat gereja di Jombang. Meski berjibaku dengan air, serta busa sabun di dalam tubuhnya. Namun, mereka tetap asyik bekerja sebagai tukang cuci motor dadakan untuk saling berbagi di bulan ramadhan. Uniknya, hal itu mereka lakukan demi membagikan takjil menjelang buka puasa bagi umat Muslim di Jombang.

Dengan tanpa menarif pemilik motor yang menjadi pelanggannya. Mereka tetap memberikan pelayanan sepenuhnya, demi bisa mengumpulkan dana untuk diberikan beberapa bahan makanan yang akan digunakan membuat takjil yang identik menjadi makanan pembuka bagi umat muslim yang sedang berpuasa di bulan Ramadhan tahun ini.

“Hasil jerih payah mencuci motor itu, akan kita gunakan untuk membeli bahan-bahan memasak takjil,” ujar Filena Zeva Adinda Kasih (16) salah satu remaja gereja seusai membasuh motor pelanggannya.

Tak hanya itu, dirinya bersama belasan temannya rela bekerja selama 4 jam demi bisa mengumpulkan dana untuk bisa membuat takjil menjelang buka puasa saat petang datang. “Kita cuci motor jemaat itu ukul 05.00 hingga 08.00 pagi, itupun kami tak mematok tarifnya,” ungkapnya.

Menurut salah satu siswa kelas XII SMAN 3 Jombang itu, hanya dengan sukarela dirinya menerima berapa pun ongkos yang diberikan pemiliki motor kepadanya, “Berapapun jemaat ngasih, tetap kita terima,” pungkasnya.

Meski begitu, dirinya bersama remaja kristen lainnya bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 200 ribu dalam beberapa jam tersebut. “Pasalnya setiap orang bisa memberikan ongkos secara suka rela dan kami tidak mentarif itu,” tegasnya.

Usai dana terkumpul, mereka kemudian memasak di rumah salah satu temannya yang dimulai sejak pukul 13.00 sampai jam 16.00 WIB. Meski dana terkadang kurang, namun mereka tak kebingungan. Sebab bila kekurangan bahan yang dibutuhkan ibu tempat mereka menyajikan takjil, siap memberikan tambahan untuk kebutuhan memasak.

Puas dengan hasil jerih payahnya seharian, mereka kemudian membagikan takjil buka puasa di berbagai tempat umum yang ada di Jombang. Seperti di Alun-alun serta perempatan jalan dan juga di dekat masjid Agung Jombang.

“Ini kita lakukan sebagai bentuk toleransi antar umat beragama. Meski di bulan ini saudara kami umat muslim berpuasa. Namun, kami tetap bisa berbagi melalui takjil buka puasa meskipun secara sederhana,” celetuk perempuan berkulit putih, sembari tersenyum bentuk kebahagianya. (ari)

 

Penulis: Ari
Article courtesy: Kabarjombang.com
Photo courtesy: Vebma.com

Ramadhan, Pengrajin Kaligrafi Bambu Alami Peningkatan Pemesanan

JOMBANG, (kabarjombang.com) – Bulan Ramadhan ternyata memberi keberkahan tersendiri bagi sebagian orang. Seperti yang dialami Mustamil (42) warga Desa Grogol, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Dia yang menggeluti karya seni kaligrafi 3 dimensi mengalami ini peningkatan pemesanan di bulan Ramadhan.

“Ada peningkatan pemesanan di bulan puasa tahun ini,” katanya saat ditemui di kediamannya, Senin (13/6/2016).

Dia mengaku, peningkatan pemesan di bulan ramadhan mencapai 50 persen dibanding bulan-bulan seperti biasanya. Hal ini disebabkan banyak para penggemar kaligrafi tiga dimensi yang mulai melirik karya seni dari bahan bambu in. Pasalnya, dibanding dengan kaligrafi lainnya, kaligrafi yang dibuatnya tersebut harganya cukup terjangkau dibanding jenis kaligrafi lainnya.

“Bahannya kita ambil dari bambu yang sudah kering dan itu sangat memudahkan bahan baku produksi pembuatan kaligrafi ini,” katanya sembari memasang satu persatu potongan bambu yang akan dibuat kaligrafi Arab.

Tak hanya itu, dari segi harga juga membuat karya seni kaligrafi ini banyak penggemarnya. Sebab, harga yang ditawarkan cukup bervariatif, dari yang termurah hingga yang paling mahal.

“Harga tergantung dari segi kesulitan pembuatan modelnya. Jadi biasaya pemesan bisa memilih bentuk dan juga jenis karyanya yang diinginkan,” papar pria berrambut grondong ini.

Jika jenis kerumitan yang biasa, paling murah dia mematok harga Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu. Itupun bervariasi jenis karyanya. “Tulisan Arab atau gambar kaligrafi lainnya,” terannya.

Namun, jika tingkat kesulitannya sangatlah banyak, harga bisa dibandrol hingga jutaan rupiah. Meski begitu, hingga saat ini dia masih banyak menolak pemesanan yang diinginkan konsumenya. Pasalnya, tenaga yang dimilikinya masih minim. Tak hanya itu, alat yang digunakan juga cukup minim.

“Selain itu, alat yang kita gunakan masih manual, jadi tidak bisa ditarget kapan selesainya,” katanya. (ari)

 

Penulis: Ari
Article courtesy: Kabarjombang.com
Photo courtesy: Tribunnews.com

Resmikan Masjid Mewah, Moeldoko Cerita Zaman Susah

Jombang (beritajatim.com) – Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Moeldoko pernah mengalami zaman susah. Yakni, saat masa-masa sekolah.

Betapa tidak, untuk membayar ongkos angkutan sekolah, Moeldoko harus kucing-kucingan dengan kondektur bus. Dia tak mampu membayar, padahal saat itu onkos angkutan dari Papar, Kediri menuju Jombang hanya Rp 25,.

Belum lagi saat ibu kos melayangkan tagihan bulanan. Moeldoko harus pusing tujuh keliling. Keuangannya kembang kempis. Demikian diceritakan mantan Panglima TNI ini saat meresmikan ‘Islamic Centre Dr H Moeldoko’ di Jl Raya Kayen, Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Jombang, Rabu (1/6/2016).

Moeldoko menjelaskan, lokasi Islamic Centre yang di dalamnya tersapat masjid mewah itu sengaja dipilih di kawasan Bandar Kedungmulyo. Pasalnya, lokasi tersebut jaraknya dekat Kecamatan, Purwoasri, Kabupaten Kediri dan juga dekat dengan Kota Jombang. Masing-masing jaraknya hanya 10 kilometer.

Kecamatan Purwoasri, Kediri dan Jombang memang memiliki sejarah tersendiri bagi mantan Panglima TNI. Betapa tidak, Moeldoko dilahirkan di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri. Sedangkan Jombang adalah tempat Moeldoko mengahabiskan masa mudanya. Dia bersekolah di SMPP Jombang (sekarang SMA Negeri 2 Jombang).

“Keluarga saya itu pas-pasan. Makanya saat SMA saya ikut kakak di Jombang. Bahkan untuk membayar ongkos bus Rp 25 saja, saya harus kejar-kejaran sama kondektur. Sampai sekarang saya masih ingat zaman susah itu,” ujar Moeldoko di hadapan ratusan hadirin.

Moeldoko mengungkapkan, atas dasar itu pula dirinya ingin memberikan hal terbaik untuk masyarakat Jombang dan Kediri. Yakni dengan mendirikan komplek Islamic Centre. Dalam komplek tersebut terdapat masjid mewah berarsitek Turki Istambul dengan dua menara tinggi menjulang.

Masjid yang mampu menampung sekitar 1500 jamaah itu berukuran 30X30 meter persegi. Sedangkan luas lahan mancapai 6.685 meter persegi. Bukan hanya itu. Di komplek tersebut juga terdapat sekolah TK dan TPQ berukuran 8X24 meter persegi, serta panti asuhan. Terakhir terdapat tiga unit toko atau pusat oleh-oleh.

Moeldoko menegaskan, seluruh aset tersebut pengelolaannya diserahkan ke Pemkab Jombang. “Kecuali untuk panti asuhan, tetap saya tangani sendiri. Di panti asuhan tersebut terdapat 14 anak yatim. Mereka akan saya sekolahkan hingga tingkat tinggi,” ujarnya.

Berapa anggaran untuk membangun komplek Islamic Centre itu? “Tidak etis kalau saya sebut. Karena anggaran tersebut akan saya pertanggungjawabkan kepada Allah,” ungkap Moeldoko tanpa mau menyebut nominal anggaran dan dari mana sunbernya.

Peresmian masjid itu ditandai dengan pengguntingan pita. Selain Moeldoko, Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko dan Ketua DPDR Jawa Timur A Halim Iskandar atau Pak Halim, juga ikut serta. Selanjutnya, mereka meninjau sejumlah ruangan di masjid tersebut.

“Mewakili masyarakat Jombang, saya mengucapkan terima kasih kepada Pak Moeldoko, karena telah membangun komplek Islamic Centre di Kecamatan Bandar Kedungmulyo. Selanjutnya, pengelolaan masjid ini akan ditangani pemkab,” ujar Bupati Nyono. [suf/ted]

 

Penulis: Yusuf Wibisono
Article courtesy: Jatimtimes.com
Photo courtesy: Kemenag.go.id