• info@njombangan.com

Category ArchiveBerita Jombang

Menengok Sentra Produksi Arang di Utara Brantas yang Diwariskan Turun Temurun

JOMBANG – Dusun/Desa Cupak, Kecamatan Ngusikan dikenal sebagai sentra penghasil arang. Usaha kreatif ini sudah digeluti warga sejak puluhan tahun silam dan hingga kini terus bertahan.

Berada di antara hutan, Dusun Cupak juga dikenal sentra produksi arang. Maklum, di sana ada belasan perajin arang. Salah satunya milik Suja’i. ”Sebenarnya saya full buat arang itu 2012,” kata Suja’i saat ditemui Jawa Pos Radar Jombang di rumahnya.

Diceritakan, memproduksi arang sudah ditekuni warga setempat sejak puluhan tahun silam. Diperkirakan sudah berjalan sekitar 1980-1990-an. ”Pokoknya sejak mbah-mbah dulu sudah buat arang, waktu itu buatnya, istilahnya sedikit dan di tengah hutan,” imbuh dia.

Seiring berjalannya waktu, pola produksi arang berubah. Semula berada di tengah hutan kini beralih ke permukiman warga. ”Kalau tidak salah 2010-an itu mulai banyak lagi, karena sudah pakai jubung (tempat pembakaran kayu),” ujar Suja’i.

Saat ini, ada sekitar 12 unit perajin arang. Mereka mayoritas sudah memiliki tempat pembakaran sendiri di rumah masing-masing. ”Sekarang sudah mulai banyak lagi, milik saya malah paling kecil produksinya,” tutur dia sembari tertawa.

Berbeda dengan perajin lainnya, Sujai’i baru memproduksi arang saat ada pesanan. Salah satunya mempertimbangkan keterbatasan modal. ”Buat beli kayunya, bahan baku arang butuh modal. Karena kalau arang paling bagus itu dari pohon asem dan angsana,” tutur dia.

Sebenarnya banyak jenis kayu lain juga bisa dijadikan bahan baku pembuatan arang. Hanya saja kualitasnya kurang baik. ”Misal kayu pohon mangga, petai juga bisa dibuat arang, cuma kualitasnya kalah dengan kayu asem, angsana,” bebernya.

Proses pembuatan arang membutuhkan waktu cukup panjang. Pertama, tentu menyiapkan bahan baku kayu. Setelah seluruh kayu terkumpul, lalu dipotong. Kemudian dimasukkan ke tempat pembakaran. Proses pembakaran membutuhkan waktu hingga maksimal satu minggu. ”Setelah itu asapnya dihilangkan, baru disiram lalu dijemur,” tutur dia.

Lama proses penjemuran tergantung kondisi cuaca. sebab, penjemuran hanya mengandalkan teri matahari. Biasanya berlangsung hingga dua hari. ”Juga tergantung pemesan, karena kadang ada yang minta kering ada juga agak basah,” lanjut Suja’i.

Arang miliknya biasanya dijual ke Sidoarjo dan Surabaya. Harganya tergantung jenis kayu yang dipakai. ”Kalau punya saya terakhir jual satu kilogram Rp 26.000-Rp 28.000, sekali bongkar dapat 1 ton,” kata Suja’i. (fid/naz/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Kreasi Pancake dengan Durian Wonosalam Masak Pohon, Dijamin Ketagihan!

JOMBANG – Dikenal sebagai daerah penghasil durian unggulan, Kecamatan Wonosalam juga memiliki ragam kuliner khas olahan durian. Salah satunya pancake durian. Rasanya yang manis, tekstur yang lembut ditambah kulitnya yang tipis empuk dan kenyal membuat camilan ini banyak digemari.

Salah satu warga yang sukses mengembangkan camilan ini, yakni Intan Dewi Anggraeni, 37, warga Dusun Pucangrejo, Desa/Kecamatan Wonosalam. Intan mulai menggeluti usahanya sejak setahun terakhir.

Ide membuat pancake durian terinspirasi dari banyaknya warga di wilayahnya yang sukses mengembangkan aneka ragam olahan makanan berbahan durian. Setelah berfikir cukup lama, muncul dalam benaknya mencoba peruntungan membuat pancake durian. ”Akhirnya kita coba membuat pancake tapi kualitasnya lebih kita unggulkan agar berbeda dengan pancake lainnya,” ujar dia kepada Jawa Pos Radar Jombang (3/5).

Agar kualitasnya berbeda dengan pancake durian pada umumnya, ia memilih bahan baku berkualitas, yakni durian masak pohon. Selain stoknya melimpah, durian lokal Wonosalam dikenal memiliki paduan manis dan legit yang pas. ”Ya kalau durian masak pohon kan matangnya pas sehingga menghasilkan olahan pancake yang lebih original,” tambahnya.

Selain itu, dipilihnya jenis durian lokal Wonosalam karena mudah didapat. Dari ribuan pohon durian yang dibudidayakan petani setempat, mayoritas adalah jenis lokal. ”Selain itu, harganya juga terjangkau, sehingga bisa kita produksi dalam jumlah cukup banyak,” papar dia.

Dalam membuat pancake itu, awalnya ia membuat kulit pancake dari bahan-bahan pada umumnya. Mulai dari tepung, telur. Kemudian, setelah diolah kulit pancake diisi dengan durian dan krim secukupnya. ”Jika di luar ruangan pancake ini bisa bertahan 12 jam kalau dalam freezer bisa 1 bulan,” tandasnya.

Selama ini pesanan pancake durian cukup banyak. Namun sayangnya, karena musim durian Wonosalam hampir berakhir, ia harus pintar-pintar berinovasi agar tetap bisa melayani permintaan pelanggan. ”Caranya durian yang sudah kita dapat dari petani, kita masukan box lalu kami taruh di freezer,” jelas dia.

Keunggulan durian Wonosalam meskipun lama ditaruh freezer, kualitasnya tetap terjaga. ”Saya sudah membuktikan kualitas durian Wonosalam, jadi meskipun kita tempatkan di freezer rasanya tetap sama,” pungkasnya. 

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Ratusan Pelajar Gelar Tari Masal di Stasiun Jombang, Ini Alasannya

JOMBANG – Momentum hari tari sedunia diperingati dengan cara unik di Kabupaten Jombang, Sabtu (29/4). Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang (P dan K) mengadakan tari masal yang diikuti ratusan pelajar di Stasiun Jombang. Aksi tersebut menarik perhatian penumpang.

Tari masal berlangsung pukul 10.15 sebelum kereta lewat. Para penari pelajar menyuguhkan beberapa tarian tradisional khas Jawa Timur kepada para penumpang dan pengunjung di Stasiun Jombang.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang, Senen, menjelaskan, aksi tari memperingati hari tari sedunia tersebut baru pertama kali ini dilaksanakan. ’’Kegiatan ini untuk memperingati hari tari sedunia. Kita laksanakan di ruang publik seperti ini, agar lebih dikenal masyarakat,’’ kata Senen didampingi Kabid Kebudayaan, Dian Yunitasari.

Dengan diajak tampil di ruang publik, para pelajar akan lebih percaya diri menampilkan bakatnya. ’’Ini sekaligus untuk mengenalkan jenis tarian tradisonal kita kepada masyarakat. Sehingga, seni tari lebih dikenal dan dapat semakin dilestarikan,’’ tambahnya.

Total ada 100 penari dari SD, SMP dan SMA yang tampil. ’’Dengan kegiatan ini, kita berharap anak-anak lebih cinta terhadap seni tari,’’ ungkapnya.

Sementara itu, Deputy Vice Presiden PT KAI Daop 7 Madiun, Irene Margareth Konstantine, yang menyaksikan aksi tari di Stasiun Jombang mengaku terpukau. ’’Kami sangat terbuka dengan kegiatan seperti ini. Pada prinsipnya, ruang publik bisa digunakan seluruh elemen masyarakat,’’ jelasnya. (ang/jif/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Momen Libur Lebaran, Kompleks Makam Gus Dur di Jombang Dipadati Peziarah

JOMBANG – Momen libur lebaran membuat kawasan wisata religi makam Gus Dur ramai didatangi peziarah. Sambil anjangsana ke kerabat, banyak warga mampir berziarah ke kompleks pemakaman yang terletak di kompleks Ponpes Tebuireng ini.

Seperti  terpantau Minggu (30/4) kemarin. Tampak ribuan peziarah keluar masuk kompleks makam. Tidak hanya warga lokal Jombang, namun peziarah juga banyak berdatangan dari luar kota.

M Sobirin, 34, salah satu peziarah asal Kabupaten Bojonegoro. Ia datang berziarah bersama kelompok pengajian. ”Setiap kali libur panjang seperti ini atau hari hari besar Islam, sering ke sini bersama rombongan pengajian,” ujar dia ditemui Jawa Pos Radar Jombang usai ziarah, kemarin.

Ia mengaku, tujuan berziarah agar lebih mendekatkan diri kepada Sang Khaliq dan meneladani para ulama. ”Ya mendekatkan diri kepada Allah SWT serta meningkatkan iman juga,” jelas dia.

Sementara itu, Teuku Azwani salah satu pengurus pondok menerangkan, tren kunjungan peziarah sudah mulai meningkat sejak H+5 Lebaran lalu. Sampai saat ini, tren peziarah terus meningkat. ”Benar, mulai meningkat sejak Jumat lalu,” ujar dia.

Dalam sehari, ia menyebut jumlah peziarah rata-rata berkisar 3.000 orang. ”Ini juga bertepatan sebelum anak sekolah kembali masuk pekan depan,” pungkasnya. (ang/naz/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Saat Perajin Lontong di Jombang Panen Raya di Lebaran Ketupat

JOMBANG – Tradisi memakan ketupat, lontong dan lepet di hari Lebaran Ketupat membawa berkah bagi perajin lontong di Dusun Ngembeh, Desa Ngumpul, Kecamatan Jogoroto. Tak tanggung-tanggung, pesanan mereka naik tiga kali lipat.

Seperti yang dirasakan Tita Agi Suryani, 26. Sejak pagi buta, ia sudah sibuk membuat menyelesaikan pesanan lontong. Gulungan daun pisang terlihat menumpuk di ruang tengah rumahnya. Satu per satu gulungan daun pisang itu.

Dibantu suami dan beberapa orang lainnya, ia terlihat sibuk mengisi gulungan daun itu dengan beras sesuai takaran. Setelah terisi, gulungan-gulungan daun pisang tersebut selanjutnya dirapikan dan siap dimasak. ”Di sini cuma produksi lontong saja, ketupat tidak,” ungkap Tita.

Ia menjelaskan, semenjak awal Lebaran, ia mengaku banyak mendapat pesanan lontong. Bahkan, saat mendekati Lebaran Ketupat seperti sekarang, jumlah pesanan meningkat hingga tiga kali lipat. ”Kalau hari biasa itu paling banyak sampai 1.500 lontong per hari, kalau sekarang bisa 5.000 lebih, naiknya sampai tiga kali lipat,” lontarya.

Hal itu juga seiring dengan kebutuhan masyarakat akan lontong saat Lebaran Ketupat. Jika di hari biasa, ia hanya melayani sejumlah pedagang rujak ataupun bakso, berbeda saat mendekati Lebaran Ketupat, permintaan di pasar juga akan naik karena banyak warga biasa yang mencari. ”Kalau hari biasa hanya pedagang yang beli biasanya, tapi kalau sudah Lebaran begini kan memang jadi kebutuhan rumah tangga juga,” lontarnya.

Tak heran, dengan produksi yang sangat besar itu, ia mengaku bisa menghabiskan hingga dua kuintal beras saat puncak Lebaran Ketupat. ”Padahal di hari-hari biasanya sekitar 50-80 kilogram saja,” lontarnya.

Lontong ini, juga diproduksinya sejak pagi hingga sore. Keesokan harinya, barulah lontong ini diedarkan di sejumlah pasar di Kabupaten Jombang. Meski permintaannya sedang tinggi, Tita mengaku tak menaikkan harganya. ”Untuk harganya tetap, yang kecil itu Rp 500 per biji, yang besar Rp 1.000 di pasar,” pungkasnya. (riz/naz/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Kisah Perajin Kubah Masjid di Jombang yang Makin Berkurang Jumlah Pesanannya

JOMBANG – Kerajinan mahkota kubah di Desa Janti, Kecamatan Jogoroto, tergolong eksis hingga sekarang. Hanya saja, jumlah pesanan yang masuk kali ini relatif menurun dibandingkan tahun lalu.

Teng…teng…teng…bunyi sebuah besi dipukul cukup lantang terdengar dari sebuah rumah di Dusun/ Desa Janti, Kecamatan Jogoroto. Sosok pria paro baya kemudian memotong plat stainless untuk ditempatkan pada sebuah kerangka yang sudah didesain sedemikian rupa. Itulah aktivitas Imam Mutaqin, salah seorang perajin mahkota kubah.

”Saya memulai usaha ini sejak 2016 dan bisa bertahan sampai sekarang,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Jombang, kemarin. Pria perantauan asal Ciamis Jawa Barat ini lantas bercerita sebelum memulai usaha mahkota kubah, sebelumnya ia melayani pembuatan kaligrafi. Seiring berjalannya waktu, ada permintaan mahkota kubah dari salah seorang pelanggan. ”Akhirnya membuat mahkota kubah musala dari bahan logam stainless,’’ terangnya.

Setiap menjelang Ramadan hingga lebaran, ia banyak menerima pesanan dari berbagai daerah. Namun, permintaan mahkota kubah tahun ini relatif menurun jika dibandingkan tahun lalu. Selama Ramadan tahun ini ia hanya mendapat empat pesanan kubah masjid. Berbeda dengan tahun lalu yang mendapatkan 15 pesanan kubah. “Kalau tahun ini menurun, faktornya apa kurang begitu paham,’’ tambah dia.

Satu unit mahkota kubah, bisa diselesaikan dalam waktu dua hingga tiga hari. Harga untuk satuan kubah masjid buatannya juga bersaing, mulai harga paling murah dengan ukuran paling kecil Rp 300 ribu hingga Rp 3,5 juta. ”Kalau ramai sekali dalam sebulan bisa menyelesaikan 20 hinga 25 unit mahkota kubah. Tapi kalau sepi 4-5 buah,’’ jelasnya.

Ia menyebut, pesanan kubah masjid rata-rata berasal dari luar kota. Selain lokal Jombang, juga ada dari Sidoarjo, Surabaya, Malang, Banyuwangi dan Lamongan. Untuk menjaga kualitas kubah, Imam sengaja menyelesaikan pekerjaannya seorang diri.  Dengan bahan plat stainless, mahkota kubah bikinannya bisa bertahan hingga puluhan tahun. ”Bisa bertahan puluhan tahun,’’ pungkas Imam. (ang/bin/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Berkah Ramadan, Jenang Salak Laris Manis Diburu Pembeli

JOMBANG – Ramadan menjadi berkah bagi perajin jenang salak di Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh. Pasalnya, tahun ini pemintaan jenang salak meningkat sampai tiga kali lipat. Terlebih jelang Lebaran, permintaan kian tinggi.

”Lebaran tahun pesanan juga ramai tapi tidak sebanyak Lebaran tahun ini,” terang Kuswartono.

Peningkatan order camilan olahan salak ini terjadi pada pemesanan sistem online. Sedangkan untuk pembelian sistem offline masih stagnan. Selama Ramadan ini, dirinya mampu menjual rata-rata 30 Kg jenang salak per hari. Yang sebelumnya, hanya mampu menjual Rp 10 Kg saja per hari. ”Jadi yang mulai laku itu, mereka-mereka yang di pasar online, walaupun belum semuanya,” katanya.

Di tempat ini, berbagai macam makanan olahan dan minuman berbahan baku salak diproduksi. Mulai dari jenang salak, bakery, keripik salak, pleret, nastar, stik, sirup, es krim, sari buah salak, hingga kopi dari biji salak. ”Kalau yang dari daging salak banyak turunannya. Kemudian yang dari air daging (salak, Red) itu, saya jadikan sirup, saya jadikan sari buah,” beber Kuswartono.

Selain itu, Kuswartono mampu juga mampu memproduksi sabun dari biji salak serta teh dari kulit buah salak. Dari sekian produk, jenang salak paling banyak diburu. ”Kenapa jenang, karena jenang produk yang saya anggap banyak menolong orang. Mulai dari kemasannya itu saya memberdayakan masyarakat,” terangnya.

Kuswartono menambahkan,dari usaha produksi olahan salak ini, mampu menyerap tenaga kerja sebanyak delapan orang. ”Kalau omzet dari penjualan dari olahan salak bisa puluhan juta per bulannya,” pungkasnya. (yan/naz/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Tempat Wisata di Wonosalam Dipadati Pengunjung

JOMBANG – H+3 Lebaran sejumlah wisata di Jombang terlihat dipadati pengunjung. Wisata Sumber Biru di Desa Wonomerto, Kecamatan Wonosalam, bahkan ramai pengunjung sejak H+2 Lebaran.

Bambang Mutaqin, 35, pengunjung asal Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto mengaku, setiap tahun setelah Lebaran selalu berkunjung ke salah satu wisata di Kecamatan Wonosalam. ’’Kebetulan saya punya saudara di Wonosalam. Jadi setelah silahturahmi saya bersama keluarga menyempatkan wisata,’’ katanya.

Dia sudah dua kali berkunjung ke wisata Sumberbiru. Menurutnya, suasananya sangat menyenangkan. ’’Bisa kuliner diatas sungai,’’ bebernya.

Sementara Ketua Unit Wisata Sumber Biru, Tekad Selamet, mengatakan, wisata Sumber Biru dibuka sejak dua hari setelah Lebaran. ’’Minggu (23/4) itu sudah buka,’’ ungkapnya.

Setiap libur Lebaran, pengunjung jauh meningkat dibandingkan hari-hari biasa. ’’Hampir ratusan pengunjung setiap hari. Biasanya hanya puluhan,’’ jelasnya. (yan/jif/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Uniknya ‘Tempe Tumpuk’ dari Jombang, Begini Bentuk dan Pembuatannya

JOMBANG – Di wilayah utara Brantas memiliki tempe khas. Berbentuk tipis dengan ketebalan 2 sentimeter. Lokasinya di Dusun Jatirowo, Desa Jatigedong, Kecamatan Ploso. Ada lebih dari 10 warga yang setia menekuni usaha turun temurun ini.

Tak sedikit warga Dusun Jatirowo yang memproduksi tempe. Mereka rata-rata memproduksi tempe dengan ukuran tipis. Salah satunya Suliyanto yang membuat tempe sejak 1994 silam. ”Ini meneruskan usaha orang tua, jadi saya generasi kedua,” katanya.

Di samping rumahnya ada ruangan khusus yang dijadikan tempat produksi. Mulai dari memproses seluruh bahan hingga penjemuran kedelai. Ada empat lembaran potongan bambu berukuran 5×3 meter. Masing-masing ditutup plastik panjang dan di atasnya ditumpuki karung goni. ”Ini tempe yang sudah siap dipotong,” imbuh Suliyanto.

Dikatakan, proses produksi tempe miliknya sama persis yang dilakukan warga lain. Bahan utamanya kedelai impor, beras, dan ragi. ”Kedelai direbus sampai matang sekitar 2 jam, setelah itu direndam satu hari baru digiling dan dibersihkan,” ujar lelaki yang kini berusia 56 tahun ini.

Sementara untuk beras, setelah dicuci dimasak setengah matang, kemudian dibersihkan dan dicampur ragi. ”Baru kemudian dijadikan satu dengan kedelai,” tutur dia.

Kedelai itu kemudian diratakan di atas lembaran bambu yang sudah dirangkai sedemikian rupa menyerupai gedek guling. Setelah rata, kedelai ditutup plastik dan di atasnya ditutup lagi dengan karung goni. ”Lalu dibiarkan atau istilahnya dijemur selama dua hari dua malam, baru bisa dipotongi,” lanjut Suliyanto.

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.

Tas Anyaman Pandan dari Jombang Jadi Buruan Warga Untuk Parcel Lebaran

JOMBANG – Kerajinan ayaman daun pandan asli Jombang semakin eksis. Momentum lebaran Idul Fitri ini tas anyaman daun pandan banjir pesanan. Bahkan para pengrajin di Dusun Karanggebang, Desa Munungkerep, Kecamatan Kabuh sampai kuwalahan memenuhi permintaan pasar.

Salah satunya diakui Nur Hadi, 40, warga setempat. Sejak awal Ramadan hingga lebaran, permintaan yang datang semakin meningkat. “Alhamdulillah tas anyaman pandan kita semakin diminati. Terbukti sejak Ramadan sudah 1.000 pieces pesanan, bahkan ini bisa menambah lagi,’’ terangnya kepada Jawa Pos Radar Jombang, beberapa waktu kemarin (14/4).

Saking banyaknya permintaan pasar, ia sampai menambah pengrajin yang notabene ibu-ibu sekitar. ”Ya kita tambah jumlah pengrajin,’’ terangnya. Soal bahan baku, lanjut dia, tak ada kendala. Sebab, ketersediaan pandan di lingkungan sekitar cukup melimpah ruah. Tak heran, Dusun Karanggebang, Desa Munungkerep ini dikenal sebagai sentra pengrajin anyaman pandan. ”Kalau bahan baku disini melimpah,’’ tambahnya.

Untuk tas parcel anyaman pandan, Nur Hadi mengemas dalam dua kemasan yakni untuk kemasan kecil dijual Rp 8 ribu sedangkan kemasan besar dijual Rp 18 ribu. ”Jadi tas itu untuk souvernir dan parcel,’’ jelas dia.

Dirumahnya, Nur Hadi tak hanya membuat tas parcel anyaman pandan, ada juga produk lain yang cukup banyak diminati saat momentum Ramadan ini. Seperti halnya songkok pandan yang diminati hingga luar Jawa. ”Alhamdulillah untuk kopiah atau songkok pandan juga digemari. Beberapa hari ini pesanan naik,’’ jelasnya lagi.

Saat ini, ia mengerjakan 10 pesanan songkok pandan. Ia juga menambahkan beberapa motif untuk mempercantik tampilan songkok. ”Untuk produksi songkok terus kita kebut, karena untuk melayani permintaan yang terus bertambah,’’ tambahnya senang.

Dalam sehari, untuk membuat pesanan songkok dan tas anyaman pandan, ia membutuhkan 80-100 lembar daun pandan. ”Memang bahan cukup banyak yang dibutuhkan,’’ terangnya.

Mengenai harga songkok, Hadi menjual dengan harga terjangkau. Per kopiah dijual mulai Rp 60-80 ribu tergantung motif dan tingkat kesulitan. ”Untuk sekarang pesanan kita ada yang dari luar Jawa seperti Sulawesi,’’ pungkasnya. (ang/bin/riz)

Catatan: konten berita dan foto dalam artikel ini adalah courtesy dari Radar Jombang – Jawa Pos Group. Njombangan memberitakan kembali agar berita ini bisa dapat diketaui dan diakses oleh lebih banyak masyarakat. Terima kasih kepada Radar Jombang yang selalu memberitakan hal-hal menarik di Jombang.