• info@njombangan.com

Author Archive

Libur Isra Mikraj, Jumlah Kunjungan di Makam Gus Dur Melonjak

Jombang – Momentum Isra Miraj kemarin (3/4) dimanfaatkan sejumlah masyarakat mencari keberkahan dengan berziarah ke makam mantan Presiden RI ke-4 KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) di kompleks Ponpes Tebuireng. Ribuan peziarah datang silih berganti. Tidak di pendapa, mereka juga memenuhi beberapa tempat di lantai atas untuk mengaji. 

Sutarni, 34 salah satu pengunjung asal Kediri mengaku rutin berkunjung ke makam Gus Dur. ”Ya untuk mencari berkah karena ini kan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW,” ujarnya usai berziarah. Di makam Gus Dur ini ia maupun pengunjung lainnya tidak hanya bisa berziarah, tapi juga bisa membeli oleh-oleh khas Gus Dur di gang masuk Dusun Seblak. 

Berbagai produk dijual dengan harga cukup terjangkau. Mulai peci khas Gus Dur, tasbih, sajadah, perlengkapan salat hingga makanan khas beberapa daerah seperti tahu pong Kediri, wingko babat Lamongan maupun kuliner khas daerah lain. 

Dibanding hari-hari biasa, memang jumlah peziarah lebih banyak pada hari libur. Mereka umumnya datang rombongan hingga beberapa bus. ”Kalau hari-hari biasa Senin-Kamis jumlah pengunjung 2-3 ribu orang per hari. Namun kalau sudah masuk Jumat, Sabtu dan Minggu bisa sampai 10 ribu peziarah per hari,” ujar Iskandar, Kepala  Pesantren Tebuireng kepada Jawa Pos Radar Jombang, beberapa waktu kemarin.  

Bahkan pada momentum tertentu jumlah pengunjung semakin bertambah banyak. ”Kalau seperti Haul Gus Dur kemarin maupun hari libur nasional jumlah pengunjung bisa mencapai 15-20 ribu orang,” pungkasnya. (*)

(jo/ang/mar/JPR)

 

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

admin

Keluarga Pencipta Minta Bernyanyi Mars Jombang Beriman Dihidupkan Lagi

OMBANG – Seiring berjalannya waktu, lagu mars Jombang Beriman mulai jarang dinyanyikan. Dalam beberapa kesempatan peringatan hari nasional misalnya, lagu ini jarang terdengar lagi. Di mata keluarga pencipta lagu, mereka berharap lagu tersebut tetap hidup menjadi lagu kebanggaan masyarakat Jombang.  

”Kalau sekarang saya memang jarang dengar lagu itu dinyanyikan,’’ ujar Sri Suyeti, anak kadung Subardi. Sepengetahuan dia, lagu mars Jombang Beriman dinyanyikan sekitar 2007-an. ”Terakhir dinyanyikan 2007 lalu. Tapi di bawah 2000 selalu dinyanyikan dalam berbagai kesempatan,’’ jelas dia.

Misalnya, pada 1994 lagu tersebut pernah dinyanyikan oleh ratusan orang dalam sebuah peringatan HUT Kemerdekaan RI yang dihadiri Gubernur Jatim Basofi Surdirman. Karena peringatan HUT Kemerdekaan RI, maka berkumandangnya lagu itu terdengar dari penjuru kota karena bertempat di Alun Alun Jombang. “Pokoknya sering dinyanyikan, bahkan 1995 pernah mendapat penghargaan dari Bupati Soewoto Adiwibowo,’’ tegasnya.

Biola lawas milik Subardi juga masih tersimpan dan terawat dengan baik.

Biola lawas milik Subardi juga masih tersimpan dan terawat dengan baik. (Anggi Fridianto/Jawa Pos Radar Jombang)

 

Hal senada diungkapkan, Arifah Roosenani anak kandung Rooslan Effendhie, yang menyebut lagu mars Jombang mulai jarang dikenal khalayak umum termasuk generasi muda. Dia berharap ke depan lagu tersebut terus dikenalkan agar tidak hilang tergerus zaman. ”Terus dinyanyikan dalam kesempatan tertentu, agar anak cucu kita tahu bahwa Jombang memiliki lagu mars sendiri,’’ pungkas dosen Unwaha Tambakberas ini. (*)

(jo/ang/mar/JPR)

 

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

admin

Melestarikan Ekosistem Darat di Jombang

Life on Land

Oleh Rindi Rosita Rahmat

 

Ekosistem darat merupakan keanekaragaman suatu komunitas di lingkungan darat yang berfungsi sebagai suatu kesatuan ekologi di alam. Ekosistem darat terdiri dari hutan, dataran tinggi, dataran rendah, persawahan, perkebunan, ladang dan lain-lain. Di dalamnya terdapat banyak sekali keanekaragaman hayati yang harus dilestarikan oleh semua orang.

Dahulu wilayah hutan begitu luas sekali sehingga banyak sekali keanekaragaman flora dan fauna di dalamnya. Selain itu, udara di sekitar wilayah hutan juga sangat sehat karena memiliki kandungan oksigen (O2) yang cukup banyak dibandingkan dengan sekarang ini yang dikarenakan polusi udara yang semakin meningkat akibat pembakaran mesin kendaraan, asap pabrik, pembakaran hutan dan penebangan pohon secara liar. Penggundulan hutan itu banyak sekali menimbulkan kerugian bagi banyak pihak. Jika dulu mudah sekali kita temukan tumbuhan talas, suweg, mbote, garut, gadung dan lain-lain, di sekitar daerah hutan di Jombang. Namun karena kerusakan akibat ulah tangan manusia seperti menebang pohon tanpa penanaman kembali, pembakaran hutan, pembukaan lahan dan lain-lain. Akibatnya banyak sekali tumbuhan dan hewan yang terancam punah. Karena kerusakan itu, dewasa ini sulit sekali kita temukan tumbuhan-tumbuhan itu di sekitar kita karena kebanyakan orang yang menjual tumbuhan-tumbuhan itu adalah mereka yang berusia lanjut. Apabila mereka sudah tidak dapat bekerja dan menanam tumbuhan itu maka tumbuhan itu akan punah. Sehingga generasi mendatang tidak dapat merasakan panganan asli Bangsa Indonesia. Dikarenakan minimnya tumbuhan langka itu sepatutnya kita yang masih bisa berdiri di tanah Jombang ini melakukan usaha-usaha untuk menggalakkan kegiatan penanaman tumbuhan itu dengan dibantu oleh tangan pemerintah juga. Sehingga terciptalah kerja bersama yang nyata antara pemerintah dengan warga masyarakat

 

Selain flora yang harus dilestarikan demikian pula dengan fauna yang terancam punah, dengan tidak merusak habitatnya maka kepunahan hewan-hewan dapat diminimalisir. Dengan begitu kepunahan keanekaragaman hayati dapat dihentikan.

 

Selain daerah hutan, kini daerah lahan pertanian di wilayah Jombang juga semakin sempit. dikarenakan banyaknya kegiatan perubahan lahan menjadi daerah industri pabrik dan perumahan. Akibatnya petani tidak bisa menanam padi dalam skala besar sehingga jumlah pemasokan bahan pangan juga semakin berkurang. Seringkali kita jumpai di sekitar kita pembangunan-pembangunan yang dilakukan di atas lahan pertanian. Dan banyak pula pembangunan-pembangunan yang tidak berkelanjutan sehingga menjadi terbengkalai. Hal itu sangat disayangkan, perubahan lahan persawahan yang awalnya memberikan banyak manfaat untuk kehidupan  dirubah menjadi pembangunan yang tidak menghasilkan apa-apa.

 

Para petani yang menjual tanahnya untuk pembangunan industri kebanyakan mereka yang sudah berusia lanjut. Mereka tidak bisa bekerja lagi di sawah. Mereka berpikir bahwa anak-anak pada zaman sekarang tidak ada yang berminat untuk menjadi petani. Hal itu demikian seperti yang diungkapkan kakek saya yang seorang petani. Beliau berkata “Beras semakin mahal, pemerintah malah membeli beras dari luar negeri ini karena anak zaman sekarang yang tidak mau bekerja di sawah. Mereka lebih suka bekerja menjadi pengusaha dan pejabat. Mereka berpikir kalau dengan uang besar mereka dapat membeli apa saja, mereka tidak berpikir kalau apa yang mereka makan itu dari petani. Kalau semua anak Indonesia nanti jadi pengusaha dan pejabat, lalu anak negeri mau makan apa? “ begitulah yang beliau ungkapkan.

 

Sebaiknya mulai sejak dini kita memperkenalkan anak-anak untuk mulai mencintai alam dengan mengajarkan mereka untuk menanam tumbuh-tumbuhan dan terjun di area persawahan. Jika era dulu sering kali kita temukan anak-anak yang bermain di area persawahan seperti bermain lumpur, bermain di sungai dan lain-lain. Tapi di era sekarang semua anak-anak bermain gadget, mereka berpikir kalau permainan di playstore lebih seru dibandingkan bermain dengan teman sebaya mereka. Mereka yang tidak lagi bermain di area persawahan sebaiknya kita membimbing mereka untuk terjun ke area sawah. Dengan begitu kita dapat melawan sempitnya lahan pertanian karena perubahan lahan dan dengan begitu pula daerah resapan air tidak akan berkurang sehingga tidak akan terjadi bencana kekeringan. Bencana kekeringan ini terjadi karena perubahan lahan yang subur dan dipenuhi tumbuhan yang biasanya dapat menyimpan cadangan air berubah menjadi tanah gurun yang gersang dan tidak ada air yang tersedia. Hilangnya sumber mata air dapat menyebabkan kurangnya pasokan air bersih sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit dam kematian karena dehidrasi. Selain itu dapat menyebabkan rusaknya ekosistem sawah.

Apabila ekosistem di sawah rusak maka akan ada rantai makanan yang terputus sehingga akan menimbulkan banyak kerugian. Karena ekosistem yang terjaga tidak akan memberikan dampak kepunahan bagi keragaman hayati. Sudah saatnya bagi kita semua untuk peduli dan menjaga kelestarian ekosistem darat di Jombang. Jika lingkungan Jombang lestari, tentu hidup kita semua juga akan semakin nyaman dan asri.

admin

Keluarga Pencipta Minta Bernyanyi Mars Jombang Beriman Dihidupkan Lagi

Jombang – Seiring berjalannya waktu, lagu mars Jombang Beriman mulai jarang dinyanyikan. Dalam beberapa kesempatan peringatan hari nasional misalnya, lagu ini jarang terdengar lagi. Di mata keluarga pencipta lagu, mereka berharap lagu tersebut tetap hidup menjadi lagu kebanggaan masyarakat Jombang.  

”Kalau sekarang saya memang jarang dengar lagu itu dinyanyikan,’’ ujar Sri Suyeti, anak kadung Subardi. Sepengetahuan dia, lagu mars Jombang Beriman dinyanyikan sekitar 2007-an. ”Terakhir dinyanyikan 2007 lalu. Tapi di bawah 2000 selalu dinyanyikan dalam berbagai kesempatan,’’ jelas dia.

Misalnya, pada 1994 lagu tersebut pernah dinyanyikan oleh ratusan orang dalam sebuah peringatan HUT Kemerdekaan RI yang dihadiri Gubernur Jatim Basofi Surdirman. Karena peringatan HUT Kemerdekaan RI, maka berkumandangnya lagu itu terdengar dari penjuru kota karena bertempat di Alun Alun Jombang. “Pokoknya sering dinyanyikan, bahkan 1995 pernah mendapat penghargaan dari Bupati Soewoto Adiwibowo,’’ tegasnya.

Biola lawas milik Subardi juga masih tersimpan dan terawat dengan baik.

Biola lawas milik Subardi juga masih tersimpan dan terawat dengan baik. (Anggi Fridianto/Jawa Pos Radar Jombang)

 

Hal senada diungkapkan, Arifah Roosenani anak kandung Rooslan Effendhie, yang menyebut lagu mars Jombang mulai jarang dikenal khalayak umum termasuk generasi muda. Dia berharap ke depan lagu tersebut terus dikenalkan agar tidak hilang tergerus zaman. ”Terus dinyanyikan dalam kesempatan tertentu, agar anak cucu kita tahu bahwa Jombang memiliki lagu mars sendiri,’’ pungkas dosen Unwaha Tambakberas ini. (*)

(jo/ang/mar/JPR)

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

admin

Bangunan SDN Banyuarang 1, Saksi Sejarah Perjuangan Brimob di Jombang

Jombang – Meski terletak di ujung desa, siapa sangka bangunan sekolah ini pernah jadi markas perjuangan Brimob dalam masa-masa perang mempertahankan kemerdekaan. Bangunan ini adalah SDN Banyuarang I.  

Lokasi sekolah ini berada di Dusun Plemahan, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, sekitar satu kilometer arah barat Kantor Desa Banyuarang. Sekolah ini mudah dikenali dengan sebuah monumen polisi menenteng senjata terpampang di depan pintu gerbang. Di bawahnya tertulis beberapa pesan perjuangan polisi dan janji-janjinya.

Memasuki kompleks sekolah, suasana klasik langsung menyambut pengunjung yang datang. Bangunan beratap rendah nan miring khas bangunan era lama bisa dilihat jelas. Pintu dua bukaan, jendela besar hingga tiang penyangga dan struktur kayu menghiasi seluruh bangunan ini. Bertembok struktur batu bata yang terlihat kokoh, ciri klasik bangunan ini juga terlihat dari struktur pondasi dan tembok bawah yang berupa susunan batu.

Berdiri di areal seluas 7.000 meter persegi ini, bangunan ini berbentuk persegi dengan dua bangunan utama, lapangan dan satu bangunan yang biasa disebut aula di bagian ujung selatan. Dua bangunan besar membujur dari utara ke selatan dan saling berhadapan. Bangunan sisi barat, memiliki tiga ruangan utama dan satu ruangan tanpa sekat lebih kecil di bagian selatan. Sementara pada bangunan sisi timur, terdapat tiga ruangan besar dan dua ruangan kecil di sisi utara.

Di antara kedua bangunan ini, terdapat sebuah ruangan beratap genteng dengan struktur kayu yang cukup luas. Sementara lorong-lorong dengan bentuk klasik terpantau dibangun untuk menghubungkan masing-masing bangunan ini. Areal yang lebih luas yang ada di tengah ketiga bangunan ini berupa tanah lapang yang ditanami sejumlah pohon.

”Sekolah ini dulunya hadiah dari Brimob untuk warga Plemahan karena tempat ini dijadikan markas Brimob untuk mengatur siasat untuk mengusir Belanda pada saat agresi militer Belanda tahun 1949,” ujar Sudarsono, Kepala Dusun Plemahan.

Brimob memberi dua pilihan bangunan kepada masyarakat Dusun Plemahan kala itu. Bisa dibangun sebuah pasar atau pendidikan. “Akhirnya masyarakat memilih sekolahan, hingga pada tahun 1965 akhirnya sekolah ini dibangun dan satu tahun kemudian sekolah tersebut mulai ada aktivitas belajar mengajar,” imbuh pria yang juga  komite SDN Banyuarang 1 tersebut.

Sebuah situs bahkan bisa ditemukan tak jauh dari sekolahan ini. Berupa prasasti yang dibuat 1993, untuk markas brimob lain yang kini sudah dirobohkan. “Jadi SD ini markas utamanya, terus ada pos lagi di sebelah selatan, dulu ada dua rumahnya, sekarang sudah tidak ada dan hanya tinggal prasastinya itu,” pungkasnya.

Sebagai situs yang bernilai sejarah bagi Brimob, SDN Banyuarang 1 berusaha untuk tetap berada pada bentuknya yang asli. Suasana klasik dan kuno ini bahkan membuat sekolah ini seringkali jadi pilihan untuk berbagai macam acara warga hingga pemerintahan.

Menurut Kepala SDN Banyuarang 1, Slamet Riyadi, sejak awal bangunan memang sudah berdiri seperti ini. Sekolahnya ini jadi sekolah yang punya nilai sejarah tersendiri.

“Belum ada perubahan, masih asli semua. Renovasi yang pernah dilakukan hanya menambah tinggi atap saja, itupun hanya menambah bata, karena kayu yang dipakai atap tetap kayu lama,” terangnya.

Alasannya, meski statusnya bangunan ini adalah bangunan sekolah, namun nilai sejarah dari bangunan lama disebutnya membuat hingga kini tetap dipertahankan. “Ya, dan kami juga memang berusaha menjaga warisan ini. Kan dulu juga dari kepolisian sempat juga meminta agar tidak dilakukan perubahan, selain dari warga dan sesepuh desa,” lanjutnya.

Bahkan karena keasliannya ini, sekolah yang dipimpinnya ini tak saja berfungsi sebagai sekolah. Beberapa warga seringkali menggunakan sekolah ini sebagai ajang rapat desa hingga kegiatan lain. “Kebetulan untuk aula terbuka itu kan memang nyaman ditempati, jadi sering memang orang desa rapat di sini. Suasananya enak katanya,” imbuhnya.

Selain itu, sekolahan ini juga jadi salah satu tempat wajib untuk napak tilas perjuangan Brimob tiap tahunnya. “Kalau pas November, ulang tahunnya Brimob ya pasti di sini dulu. Seperti tahun kemarin kan ada longmarch juga, sejak dulu pasti kalau yang ulang tahun itu,” pungkasnya. (*)

(jo/riz/mar/JPR)

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

admin

Selamat kepada Pemenang Jombang Kota Toleransi Postcard Giveaway!

Njombangan mengucapkan selamat kepada para pemenang Jombang Kota Toleransi Postcard Giveaway . Kami mengangkat tema ini sebagai satu kampanye yang ingin kami gaungkan untuk mempromosikan Jombang sebagai kota toleransi. Ya, Jombang bisa menjadi panutan bagi daerah lainnya di Indonesia untuk menyebarkan semangat kebersamaan dan saling menghormati bagi semua masyarakat.

admin

Selamat kepada Pemenang Njombangan Giveaway Januari & Februari 2019

Njombangan mengucapkan selamat kepada pemenang Njombangan Giveaway edisi:

 

Januari 2019: Astri Puspita Sukawardani – Sambong Dukuh

Saya berharap agar rasa cinta pada budaya bisa ditumbuhkan sejak dini. Dimana nantinya lebih banyak PAUD dan TK mengagendakan kegiatan seni tradisional sebagai salah satu acara rutin, maupun kegiatan ekstrakurikuler wajib.

 

 

Februari 2019: Vien Yulia Ambarwati – Kabuh

Agar masyarakat semakin mudah dalam proses pengurusan e-KTP.  Agar semua masyarakat tahu bahwa pengurusan e-KTP itu sebenarnya GRATIS! Tidak ada biaya admin kecuali untuk fotokopi dan bensin kendaraan bermotor. Itupun tidak akan lebih dari 25.000🙏

Agar tidak ada lagi Perangkat Desa yang nakal (pungli) terhadap masyarakat yg notabene tidak tahu apa” tapi pengen cepet. “Please, Ibu Bapak. Mereka jangan dibodohi!”🙏

 

Semua pemenang mendapatkan piala, piagam pemenang dan merchandise keren dari Njombangan.

Selamat yo Rek!

admin

Selamat kepada Pemenang Lomba Parikan Januari & Februari 2019

Njombangan mengucapkan selamat kepada pemenang Lomba Parikan Online Njombangan edisi:

 

Januari 2019: Syamsul Maarif

Tuku karcis dhuwit receh

Karcis kapal karcis sepur

Anyar tahun rejeki akeh

Tetep kerjo akeh o syukur

 

 

 

Februari 2019: Anis Muflikhatur Rosidah

Sore-sore tuku bubur

Tukune nang Kota Batu

Tresnoku ora bakal luntur

Walopun kehalang jarak lan wektu

 

 

Semua pemenang mendapatkan piala, piagam pemenang dan merchandise keren dari Njombangan.

Selamat yo Rek!

admin

Mentoro Kampung Martabak; Bisnis Turun Temurun, Tak Ada Bumbu Khusus

Jombang – Di Desa Mentoro, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, banyak warganya menekuni usaha kuliner, martabak. Tak heran, Desa Mentoro disebut ‘Kampung Martabak’.

Alfendi salah satu di antaranya. Lelaki kelahiran 1962 ini mengakui penjual martabak di Jombang mayoritas berasal dari Desa Mentoro. “Sampai-sampai dikenal punjere martabak Jombang,” kata Alfendi. 

Dia sampai tak hafal sejak tahun berapa warga setempat mulai berjualan martabak. Yang dia ingat sejak 1977 dia sudah mulai menekuni usaha itu sendiri. “Jadi dulu itu ikut orang di Surabaya. Kemudian buka sendiri 1977, waktu itu martabak harganya masih Rp 150,” imbuh dia bercerita.

 

Singkat cerita, dari tahun ke tahun kuliner yang berbahan dasar tepung terigu ini kemudian berkembang pesat. Alfendi bisa dikatakan merupakan dedengkot martabak di desa setempat. 

“Rata-rata sekarang yang jualan sendiri itu dulu ikut saya. Jadi setelah bisa, mereka kemudian buat sendiri,” papar dia. Martabak yang dijual pun seluruhnya sama. yakni martabak telur dan martabak manis atau lebih akrab dengan sebutan terang bulan. Meski sama, mereka punya pangsa pasar sendiri. 

Alfendi misalnya, meski saat ini sudah tak lagi berjualan, namun usahanya sudah sampai ke Surabaya. “Keponakan saya yang jual, saya tinggal menyiapkan keperluan bahan-bahannya,” tutur dia. 

Asfandi penjual lainnya juga mengakui puluhan warga Desa Mentoro merupakan penjual martabak. Tak peduli usia, baik anak muda hingga orang tua sampai sekarang masih tetap menjajakan panganan itu. “Kalau sore sekitar pukul 16.00 waktu mau berangkat itu kelihatan. Banyak sekali, kalau dihitung yang sehari-hari pulang itu ada 50 orang lebih,” sambung Asfendi.

Dia sendiri sudah berjualan sejak 1979. “Awalnya sama dengan yang lain ikut orang, di Tambaksari kemudian buka sendiri,” sebut lelaki usia 60 tahun ini. 

Dari banyaknya penjual martabak menurut dia, tak ada perbedaan atau martabak dengan ciri khas tertentu. Baik bumbu hingga adonan hampir sama semua. “Yang menjadi beda itu ada di rasa. Itu terjadi biasanya saat penyajian atau waktu masak. Istilahnya takaran dan ukuran yang pengaruh ke rasa, kalau yang lain saya kira tidak ada. Bumbunya sama semua,” pungkas Asfendi.

Kalangan anak muda di Desa Mentoro, Kecamatan Sumobito juga banyak yang tertarik berjualan martabak. Usman Efendi misalnya, pria usia 24 tahun ini mengaku sudah berjualan satu tahunan. “Awalnya ikut mas saya di Krian juga dari sini (Mentoro). Kemudian bisa buat sendiri, sekarang buka di Jombang,” kata Efendi. 

Menurut dia, warga yang sesuia dia berjualan di Jombang kota misalnya ada sekitar 15 orang. Lokasinya menyebar di beberapa tempat. Ada yang dekat pusat perbelanjaan hingga pinggiran jalan. “Minimal ada 20-30 orang yang masih muda jualan martabak. Jualnya ya mencar-mencar ada yang di Jombang, Mojokerto ada yang sampai Kalimantan,” imbuh dia. 

Meski banyak untuk menentukan lokasi kata dia, tak ada batasan dimana mereka berjualan. “Nggak ada, semua cari sendiri. Jalan-jalan cari lokasi kalau cocok jual di situ. Kebanyakan begitu, jadi tidak dibatasi siapa yang harus jualan di sini,” papar dia. 

Resep masing-masing penjual menurut dia, juga hampir sama. “Khasnya mungkin ada di bumbu keringnya itu. Soalnya lebih banyak rempah-rempahnya ada 15 macam, seperti jinten, cengkeh dan lainnya,” sebut Efendi. Dia sendiri berjualan di area Jombang kota. Biasanya berangkat sekitar pukul 16.00. 

Karena dikenal Kampung Martabak, tahun lalu warga  menggelar  Festival Martabak Desa Mentoro. Pesertanya mereka yang berjualan martabak di Jombang. “Baru tahun kemarin dimulai buat acara. Soalnya Mentoro katanya punjere martabak. Jadi pemudanya bikin acara festival martabak. Rencananya mau buat rutinan setiap Agustus,” pungkas Efendi. (*)

(jo/fid/mar/JPR)

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

admin

Download Sekarang: Buku Kompilasi Parikan Njombangan Tahun 2018

Njombangan dengan bangga mempersembahkan Buku Kompilasi Parikan Njombangan Tahun 2018. Buku ini merupakan kompilasi dari berbagai parikan berbagai bidang mulai dari kemerdekaan, kehidupan sosial, hari pahlawan, hari ibu dan lainnya yang merupakan peserta Lomba Parikan Online Njombangan 2018. Parikan yang termuat dalam buku kompilasi ini adalah yang sudah terpilih. Kami mengucapkan terima kasih atas semua keterlibatan dari Arek-Arek Jombang. Parikan ini mengandung pesan, lelucon dan nilai yang ingin disampaikan oleh mereka yang membuatnya untuk seluruh masyarakat Jombang, Jawa Timur dan Indonesia. Kami berharap agar buku ini dapat menjadi referensi untuk para pihak terkait dan menjadi sumber inspirasi bagi mereka. Matur nuwun.

 

Untuk download, silahkan klik di sini.

admin