JOMBANGTIMES – Difabel tak mau ketinggalan memperingati Peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2018. Mereka menggelar upacara bendera. Upacara digelar di dalam ruangan di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Muhamadiyah Jombang, Jl Brigjend Katamso, Desa Pulo Lor, Kecamatan/Kabupaten Jombang. Memulai upacara ditandai dengan pembacaan naskah Pancasila oleh Inung.
Inung yang diketahui autis ini membacakan naskah Pancasila didampingi seorang mentor. Meski terlihat kurang sempurna, tapi Inung dengan lugas memimpin teman-temannya sesama difabel. Setelah selesai Inung membacakan naskah Pancasila, selanjutnya dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Kali ini, seorang mentor memandu para penyandang difabel dengan bahasa isyarat dalam menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia. Secara bersamaan dengan panduan mentor, seluruh peserta menyanyikan lagu Indonesia Raya.
Tidak ketinggalan, bendera merah putih juga dihadirkan di tengah-tengah menyanyikan lagu Indonesia Raya. Tapi kali ini tidak dikibarkan di tiang bendera, melainkan diikat di tongkat kayu pramuka dan dipegang oleh seorang penyandang tuna grahita sedang bernama Amin.
Sementara, untuk mempersiapkan upacara tersebut menurut Direktur Suara Difabel Mandiri Kabupaten Jombang, Ahmad Fathul Iman mengatakan tidak membutuhkan waktu yang lama. Karena hal tersebut, lanjutnya, sudah ada guru atau mentor yang mendampingi jalannya upacara dengan bahasa isyarat maupun dengan alat bantu lainnya. “Sebelumnya kita juga sudah diajarkan setiap harinya. Ini tadi menyanyikan Indonesia Raya dengan dibantu dengan bahasa isyarat,” ujar Ahmad Fathul Iman saat diwawancarai JombangTIMES, Jumaat (1/6).
Pada upacara tersebut, tidak hanya para penyandang difabel saja yang mengikuti upacara peringatan Hari Lahir Pancasila, tapi juga diikuti oleh warga non difabel. “Ini diikuti seratus orang. Lima puluh persen difabel dan lima puluh persennya non difabel,” tandasnya.
Ahmad Fathul Iman juga menuturkan bahwa upacara yang dilakukan ini sengaja dilakukan agar menunjukkan pada masyarakat luas bahwasanya penyandang difabel ini juga memiliki jiwa nasionalisme pada bangsa dan negara, sekaligus membuktikan bahwa para difabel juga bisa hidup berdampingan dengan masyarakat luas pada umumnya.
“Salah satu tujuan ini adalah untuk mengurangi stigma dan diskriminasi terhadap teman-teman difabel. Disini kita ingin tunjukkan bahwa teman-teman difabel yang mungkin dianggap sepele oleh masyarakat, ternyata mempunyai jiwa nasionalisme yang cukup tinggi,” pungkasnya.(*)
Penulis: Adi Rosul
Photo courtesy: jombangtimes.com