JOMBANG – Tak hanya di wilayah Kecamatan Kabuh, usaha kerajinan anyaman bambu ternyata juga bisa ditemukan di Dusun Tulungrejo, Desa Segodorejo, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang.
Ngaderi, adalah salah satu pengrajin anyaman bambu di dusun tersebut. Jenis anyaman bambu yang diproduksi adalah tomblok, dan sudah berjalan sejak puluhan tahun lalu. “Keranjang bambu, kalau istilah Jawa disebut tomblok,” terang Ngaderi, saat ditemui Jawa Pos Radar Jombang.
Tangannya terlihat sangat terampil dan cekatan menganyam satu per satu bambu untuk disilangkan, hingga membentuk struktur tomblok. Dia melakoni pekerjaan itu sejak 1970-an.
“Disini ada puluhan yang bikin kerajinan bambu, tapi cuma saya yang bikin tomblok, yang lain biasanya bikin tampah sama kaluh,” imbuh pria 67 tahun ini. Selain karena alasan telah terlalu banyak pengrajin anyaman bambu jenis tampah dan kaluh, ia juga terbiasa sejak muda membuat tomblok.
Terlebih, dirinya mengaku sudah ada langganan tetap yang tiap hari menerima hasik kerajinannya. Setiap harinya, dia mapu memproduksi 5 sampai 6 tomblok. Jumlah itu bisa bertambah banyak jika istri dan anaknya turut membantu.
“Kalau sendiri paling 6, kalau ada yang membantu bisa sampai 10 per hari,” sambungnya. Tomblok yang sudah jadi, biasanya akan langsung dikirim ke penjual baik, di Jombang maupun luar daerah. Dia pun tak mematok harga mahal, cukup Rp 7 ribu rupiah per biji.
“Ya biasanya ke pasar-pasar kalau di Jombang, kebetulan yang sedang dianyam ini pesanan dari Mojokerto,” terang Ngaderi. Tomblok tersebut menurutnya bisa digunakan untuk berbagai macam wadah.
Selain yang paling umum digunakan sebagai tempat sampah. “Tempat sampah bisa, tapi yang paling banyak pesan itu pengepul rosok, ada juga yang buat tempat bunga dan tape,” pungkasnya. (*)
(jo/riz/mar/JPR)
Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com
Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com