• info@njombangan.com

Tikar Pandan Utara Brantas; Usaha Turun Temurun, Tembus Pasar Jatim

Tikar Pandan Utara Brantas; Usaha Turun Temurun, Tembus Pasar Jatim

Spread the love

JOMBANG – Tikar tradisional berbahan daun pandan sudah lama menjadi produk kerajinan tangan masyarakat di wilayah utara Brantas. Tidak hanya dibeli masyarakat lokal, namun terjual hingga luar kabupaten.  

Saat ini tidak banyak warga yang masih menekuni seni kerajinan anyam ini. Di Desa Katemas, Kecamatan Kudu tercatat hanya beberapa keluarga saja yang masih bertahan melestarikan tradisi leluhur ini. Itu juga sudah tidak aktif seperti dulu.  

“Alhamdulillaah, sampai sekarang perajin tikar pandan masih bertahan,” ungkap Muhammad Aris, salah satu perajin tikar pandan di Desa Katemas. Menurutnya, tikar pandan memiliki pangsa pasar tersendiri. “Karena selain lebih sehat memakai tikar pandan, juga tikar pandan lebih adem,” ujar Aris.

Kurang lebih 2008 silam, Aris mengaku bersama sejumlah perajin tikar lainnya pernah mendirikan kelompok perajin tikar pandan. Tujuannya untuk memaksimalkan akses pemasaran serta mempermudah upaya pengajuan bantuan modal kepada pemerintah.

“Karena hampir seluruh rumah di Katemas membuat kerajinan tikar pandan, kami mencoba membuat semacam kelompok kerja,” katanya. Tapi keberadaan kelompok kerja itu tetap tidak mampu meningkatkan pendapatan perajin. Sulitnya akses pemasaran menjadi penyebab, para perajin mengalami kesulitan mengembangkan usaha.

“Tikar pandan hanya dipamerkan ketika ada event saja. Sementara tidak setiap hari pameran itu diadakan, padahal perajin ini butuh makan setiap hari. Sedangkan kalau menjual sendiri, hasilnya tidak maksimal,” lanjutnya.

Pernyataan sama juga disampaikan kalangan pengrajin dari wilayah Kecamatan Ngusikan. Meski kondisi semakin tidak berpihak, namun para pengrajin mengaku tetap akan membuat tikar pandan.

Selain mengisi waktu luang, menganyam tikar pandan juga menjadi keterampilan yang diwariskan turun-temurun. “Kalau tidak ada pekerjaan di sawah, ya nganyam tikar,” ujar Karti, salah satu warga Desa Cupak, Kecamatan Ngusikan. Ia menyebut jika yang menganyam tikar sebagian besar adalah ibu-ibu dan lansia.

Tak hanya dari Jombang, ada pula tengkulak dari luar daerah yang datang ke tempat tinggal para perajin untuk membeli tikar. “Kalau tidak ada yang datang, ya dijual sendiri dengan cara keliling,” pungkasnya. (*)

(jo/mar/mar/JPR)

 

Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com

Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com

 

admin

Njombangan adalah inisiatif untuk melestarikan dan mempromosikan heritage Jombang berupa seni, budaya, bahasa, adat, sejarah, peninggalan bangunan atau bentuk fisik serta lainnya.

Leave your message