JOMBANG – Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan kayu limbah. Seperti yang dilakukan Zainal Fanani, 22, asal Desa Kedungbetik, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang.
Jawa Pos Radar Jombang beberapa hari lalu berkunjung ke rumah produksi Zainal yang berada di Jalan Kapten Tendean, Pulo Lor, Jombang. Tangannya terlihat begitu lihai mengukir setiap sudut kayu yang sudah dipola. Matanya, fokus menatap gerakan mata pisau pada mesin gergaji tripek yang dipegangnya.
Sesekali, dia melepas dan membersihkan bekas ukiran kayu yang menutup desain di kayu berukuran 20 x 20 sentimeter itu. Seni ukir wajah berbahan kayu memang lebih sulit dibandingkan melukis dengan kanvas. Tingkat risiko juga lebih tinggi. Namun, Zainal mengaku, membuat kerajinan ukir wajah lebih menarik dan menantang.
“Ada serangkian proses yang harus dilalui. Pertama, membuat pola pada kertas HVS,” ujar dia. Setelah pola dibuat, kemudian dia mempersiapkan kayu yang diukir. Dia memilih kayu limbah peti kemas. Selain teksturnya lebih empuk, kayu yang berasal dari jati belanda tersebut memiliki tekstur yang menarik.
”Ada semacam galih-nya. Lebih memiliki seni juga,” sambung dia. Setelah kayu dipilih dan dipotong sesuai ukuran, barulah kayu tersebut diukir menggunakan alat ukir atau mesin gergaji triplek yang sudah dimodifikasi. “Ini saya pakai mata pisau tiga milimeter, agar kayunya tidak pecah,” jelas dia.
Untuk membuat satu karya ukiran wajah, dia membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga hari. Lamanya waktu itu juga bergantung pada tingkat kerumitan pola. Mahasiswa Unwaha Jombang ini mengaku, dia belajar seni ukiran wajah secara otodidak.
Belajar dari youtube karena ingin meringankan beban orang tua untuk membayar biaya kuliah. ”Saya coba-coba. Sejak sekitar setahun lalu, dan uangnya untuk tambahan biaya kuliah,” papar pra usia 22 tahun tersebut.
Zainal hanya memanfaatkan media sosial untuk memasarkan ukirannya. Dia menggunakan facebook dan instagram untuk menjual sekaligus menawarkan ukiran wajah kayu. ”Saya tawarkan sesuai ukuran dan tingkat kerumitan,” jelas dia.
Misalnya, untuk ukuran 20 x 20 cm dihargai Rp 80 ribu. Untuk ukuran 40 x 30 dihargai 100 ribu dan ukurang paling besar yakni 40 x 50 dijual dengan harga Rp 125 ribu. “Alhamdulilah banyak yang pesan juga. Kadang kadang untuk hadiah wisuda, suvernir, dan pajangan di rumah,” beber pria berpeci hitam ini.
Selama ini, ukiran wajahnya paling laris dipesan teman-teman kuliahnya. ”Kadang di pesan orang dari luar kota. Misalnya Mojokerto dan Malang. Mereka pesannya pakai chat di medsos,” pungkasnya. (*)
(jo/ang/mar/JPR)
Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com
Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com