Dua punggawa Museum Brantas Jombang menorehkan prestasi membanggakan pada Lomba Literasi Budaya Desa Tahun 2024 yang diadakan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia. Ini lomba pembuatan esai bertema; Meningkatkan literasi budaya desa sebagai aktualisasi desa tangguh budaya dalam mendukung pemajuan kebudayaan nasional.
Inisiator dan Pendiri Museum Brantas, Johar Zauhariy, masuk peringkat delapan lomba tersebut. Esainya berjudul; Bersama Menjaga Tradisi Opyak Terus Lestari di Desa Ngogri. Ini satu-satunya esai dari Jawa Timur di jajaran 10 besar. Opyak adalah seni musik dengan menggunakan alat tradisional seperti kentongan, perkakas rumah tangga, atau gamelan yang awalnya digunakan untuk tujuan ronda atau patrol keamanan. Namun sekarang berkembang sebagai media hiburan dan juga penyampaian pitutur kebaikan.
“Di daerah kami ada grup opyak Adem Ayem. Grup ini aktif mengadakan latihan dan juga pementasan di momen-momen tertentu. Opyak di tingkat desa juga masih hidup sebagai cara masyarakat desa untuk melakukan pengamanan. Tiap malam, grup opyak yang biasanya terdiri dari laki-laki berbagai umur keliling melakukan ronda malam sambil membunyikan berbagai peralatan yang kami sebut musik opyak ini.” ujar Johar.
Koordinator Pengelola Museum Brantas, Lahir Jaka masuk 40 besar dengan esai yang berjudul; Wayang Brantas: Wayang Klithik Kreasi Penjaga Tradisi. Wayang Brantas yang lahir belum genap setahun ini terus berkreasi dalam menggali ide-ide cerita yang segar, menghibur serta tentunya punya nilai-nilai luhur di dalamnya. Tidak hanya itu, berkembangnya ide cerita ini tentu dibarengi dengan lahirnya kharakter wayang lainnya yang baru.
’’Wayang Brantas adalah ide kreatif pengembangan wayang berbasis kayu dengan karakter dan cerita khas kehidupan pedesaan. Melalui wayang ini, kami menyampaikan pesan-pesan dan ajakan kebaikan untuk masyarakat,’’ kata Jaka.
Kedua esai itu akan dibukukan bersama esai dari berbagai daerah di Indonesia yang masuk 40 besar lomba. Tentu menjadi kebanggaan bahwa dua warisan budaya khas pedesaan dari Kabupaten Jombang bisa masuk dalam buku kompilasi tersebut.
“Masuk 10 besar, selain mendapatkan piagam penghargaan juga mendapat hadiah uang tunai. Uang ini akan digunakan sepenuhnya untuk syukuran akhir tahun dalam acara yang bertajuk Gayeng nang Museum.” pungkas Johar.
Museum Brantas Jombang merupakan museum mandiri berbasis masyarakat yang berlokasi di Desa Ngogri, Kecamatan Megaluh, Jombang. Museum ini tempat mengenal dan memahami dinamika lingkungan atau ekologi Sungai Brantas serta aspek ekonomi dan sosial budaya masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungainya, terutama di sekitar lokasi museum. Museum ini terbuka untuk umum dan gratis. Silahkan berkunjung ke Museum Brantas Jombang dengan melakukan konfirmasi dulu ke narahubung Mas Jaka di nomer: 0895807955345.