Jombang – Tanaman beluntas yang biasanya tumbuh liar, kini mulai dibudidayakan warga Dusun Macekan, Desa Ngrandu Lor, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Salah satu pembudidaya yang cukup berhasil adalah Mohammad Nuhin, 47. Ia berhasil membuat teh luntas yang dipercaya berkhasiat untuk kesehatan.
Saat Jawa Pos Radar Jombang berkunjung, Nuhin tampak sibuk memetik daun beluntas yang berada di dekat rumahnya. Tanaman yang memiliki nama ilmiah pluchea indica tersebut kemudian dimasukan keranjang. Setelah dicuci bersih, dia terlihat jeli memilah mana daun kering dan mana daun basah. Beberapa tanaman pengganggu juga dibuang.
Sesaat kemudian, dia menjemur di bawah plastik berwarna hitam agar tak langsung bertatapan dengan terik. Begitulah h proses awal Nuhin membuat teh daun luntas. Ide awal tercetus membuat teh daun luntas itu setelah melihat banyak tanaman beluntas yang dipotong begitu saja oleh warga.
Tanaman yang biasanya dimanfaatkan untuk pagar rumah itu sebelumnya memang tak bernilai ekonomi. Namun, setelah dilakukan penelitian, Nuhin akhirnya bisa membuat teh dari daun luntas. ”Saya mulai produksi sekitar tujuh bulan lalu,” terangnya sembari menuang teh luntasnya kemarin.
Teh daun luntas buatan Nuhin memiliki citarasa unik. Kendati bau daun luntas saat basah beraroma langu. Namun setelah diolah, bau itu hilang manakala sudah menjadi minuman teh. Bau langu tersebut hilang setelah proses pengeringan. Penjemuran dilakukan di bawah kresek/kain hitam agar tak terkena sinar matahari langsung.
Selain itu, waktu dan tingkat panas matahari perlu dipertimbangkan. Sebab, kalau dijemur langsung di bawah matahari, maka daun beluntas akan menjadi kering dan tidak bisa diolah menjadi teh. Sedangkan rasanya seperti teh pada umumnya hambar alias anyep. ”Kalau ingin manis ditambahkan gula sedikit,” tambah dia.
Teh daun luntas buatannya juga memiliki aroma harum. Laiknya green tea. Nuhin sengaja mengemas teh dengan cara serbuk. ”Saya tidak mengemas seperti teh kantong celup. Melainkan langsung serbuk yang diseduh pakai air panas,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi habisnya pasokan daun luntas, Nuhin memberdayakan warga sekitar agar menanam dan menjual basah kepada dirinya. ”Mereka biasanya menjual ke saya dalam bentuk basah Rp 4.000,” papar dia.
Nuhin mengaku, kali pertama menjual the luntas, tak begitu diminati banyak orang. Namun setelah dipasarkan kesana kemari, akhirnya sekarang dirinya bisa memetik hasil. Bahkan omset penjualan teh luntasnya mencapai angka Rp 5-6 juta perbulan. ”Peminatnya rata-rata dari luar Jombang, misalnya yang selalu kita kirim Malang, Samarinda dan Balikpapan,” paparnya lagi.
Teh luntas ini memiliki manfaat lebih karena dipercaya dapat menghilangkan bau badan. Selain itu dapat mengatasi pegal linu, keputihan bagi kaum hawa, rematik dan nyeri pinggang. ”Dari konsumen yang sudah langganan memang pengakuannya dapat berkhasiat untuk kesehatan,” pungkasnya. (*)
(jo/ang/mar/JPR)
Photo courtesy: Radar Jombang
Article courtesy: Radar Jombang