• info@njombangan.com

Yearly Archive2020

Masyarakat Ijo – Abang dalam Kepungan Toleransi

Fariz Ilham Rosyidi

 

Latar Belakang & Permasalahan

Elemen warna sering kali dijadikan instrumen untuk memaknai sesuatu. Proses pemaknaan juga terjadi di Kabupaten Jombang, yang simbol kedaerahannya diwakili secara dominan oleh warna ijo (hijau) dan abang (merah). Dari kedua warna itu muncul akronim Jombang yang dipercaya sebagai asal muasal nama Kabupaten Jombang.

Sosiolog Universitas Darul Ulum Jombang, Dr. Tadjoer Ridjal, mengatakan bahwa dalam kultur masyarakat Jawa dikenal  metode pemaknaan yang diistilahkan dengan Kirata (kira-kira ning nyata). Menurutnya, ijo mewakili kultur santri, kaum agamawan, atau lebih spesifik beragama Islam yang berasal dari masyarakat pesisir. Sedangkan abang mewakili kultur masyarakat yang berpaham nasionalis yang berasal dari pedalaman dan berlatar sejarah Kejawen  (Penerbit Kompas, 2004:386).

 

Tujuan Penulisan

Tulisan ini berusaha memberikan gambaran mengenai sejarah dan dinamika sosial yang membentuk masyarakat Jombang dewasa ini. Melalui cerita ini diharapkan masyarakat Indonesia di daerah lainnya dapat mengambil pelajaran yang baik dari Kabupaten Jombang. Sehingga, konflik sosial yang berbasis suku, agama, maupun ras tidak akan muncul kembali.

 

Pembahasan

Simbol warna Kabupaten Jombang, Ijo dan abang, seringkali dianggap sebagai kultur yang berseberangan, namun kedua warna ini ternyata memiiki makna yang khusus bagi masyarakat Jombang. Hal ini dapat dilihat dari kehadiran dua kerajaan besar di pulau Jawa. Kerajaan Majapahit menjadi simbol keselarasan kosmis Hindu di Nusantara, sementara Kerajaan Mataram kemunculannya menciptakan budaya dominan Islam di Tanah Jawa. Kedua aliran tersebut berkelindan di Jombang karena dianggap sebagai miniatur dari perpaduan keseimbangan yang memunculkan nilai-nilai toleransi, kemoderatan, dan sikap terbuka.

 

Pagar Pesantren di Kota Santri

Keadaan itu juga ditengarai oleh banyaknya pondok pesantren (ponpes) di Jombang yang membuat masyarakat Jombang lebih terbuka. Para santrinya tidak hanya berasal dari wilayah Jawa saja, akan tetapi juga berasal dari luar Pulau Jawa dengan kultur yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut tidak dilihat sebagai ancaman bagi penduduk lokal sehingga pesantren di Jombang juga tetap diminati hingga saat ini.

Setidaknya, terdapat empat pondok pesantren besar yang didirikan sejak akhir abad ke-19. Keempat pondok pesantren itu seolah memagari pusat Kota Jombang, dengan sebelah utara Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, sebelah selatan Pondok Pesantren Salafiyah Safiyah Tebuireng, Sebelah timur Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan, dan sebelah barat terdapat Pondok Pesantren Denanyar yakni Mambaul Ma’arif.

Pada tahun 1885 Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso dirintis oleh K.H. Cholil Al-Djuraemi dan K.H. Thamim Romly. Diberikannya nama Darul Ulum sendiri juga memiliki arti yang berarti darul adalah gudang dan ulum adalah ilmu-ilmu (secara jamak). Sehingga, pondok pesantren Darul Ulum diharapkan dapat menjadi “gudangnya ilmu-ilmu”. Pondok Pesantren ini dipercayai untuk mengayomi para santri dengan mencetak kader-kader muslim yang mampu menjalankan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah dengan balutan pendidikan modern.

Sementara itu, pada tahun 1899, Pesantren Salafiyah Safiyah Tebuireng didirikan oleh Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari. Pondok Pesantren ini mengajarkan ilmu-ilmu keagamaan dengan disumbang oleh masyarakat sekelilingnya. Pondok Pesantren Tebuireng juga menjadi saksi perjuangan melawan penjajah Jepang dengan menolak seikerei, dan tentunya seruan Resolusi Jihad untuk melawan agresi militer setelah Indonesia merdeka.

Lalu Pondok Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar didirikan oleh K.H. Bisri Syamsuri (Mbah Bisri) salah satu Tokoh pendiri Nahdatul Ulama (NU). Berdirinya Pondok Pesantren ini sekitar tahun 1917. Dibandingkan dari ketiga pesantren di atas, Pondok Mambaul Ma’arif Denanyar masih sangat muda. Pesantren ini adalah tanah kelahiran K.H. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (Presiden Republik ke-4) tokoh plurarisme Indonesia yang dikagumi di dunia.

Terakhir, Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras didirikan oleh KH Abdus Salam pada tahun 1825. K.H. Abdus Salam merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit, beliau menikahi seorang putri dari Demak dan memiliki empat anak. Salah satu anaknya menikah dengan K.H. Hasyim Asy’ari cikal bakal Pondok Pesantren Tebuireng. Pondok ini hampir setara dengan Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso. Hanya saja, kekentalan budaya di pondok itu masih sangat melekat. Secara bertahap Pondok Pesantren Bahrul Ulum semakin berkembang dengan pendidikan keislamannya yang kental, sehingga dapat mencetak khalifah-khalifah muslim yang aktif dan tetap patuh terhadap ajaran islam di Indonesia. (https://m.bernas.id, 2018).

 

Gereja dan Kelenteng Sebagai Warna Toleransi

Selain peran dari pondok pesantren, masyarakat Jombang yang religius juga telah lama mengenal model toleransi antar pemeluk agama. Hal ini bahkan sudah berjalan sejak masa pemerintahan Kolonial Belanda, seperti adanya beberapa bangunan Gereja yang ada di sekitar Pondok Pesantren Tebuireng: Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) di Bongsorejo dan Mojowarno. Disinyalir,  gereja itu berperan penting pada penyebaran agama kristen di Indonesia.

GKJW Mojowarno merupakan gereja Jawa tertua di Jawa Timur. Bangunan ini menjadi saksi penyebaran agama Kristen melalui Nederlandsch Zendeling Genotsch (NZG) untuk memerangi perilaku buruk seperti madat, mabuk, dan main judi. Selain itu, GKJW Mojowarno juga berfungsi sebagai pelopor perdamaian pada peristiwa G30/S. Peran misionaris dan pendeta GKJW Mojowarno pada waktu itu tak henti-hentinya memberikan semangat untuk menjaga persatuan dan kebhinekaan di Kabupaten Jombang.

Lalu, sekitar dua puluh kilometer ke arah selatan dari pusat kota Jombang ada kelenteng yang sudah lama didirikan sejak tahun 1700-an. Kelenteng itu bernama Hong San Kiong yang terletak di Kecamatan Gudo. Diketahui, kelenteng ini menjadi tempat peribadatan bagi penganut Tri Dharma, yakni agama Budha, Konghucu, dan Taois. Selain menjadi tempat peribadatan, kelenteng ini juga berfungsi sebagai balai pengobatan bagi warga sekitar, baik Tionghoa maupun pribumi  (situsbudaya.id, 2017).

Hal menarik lainnya dapat kita temui di Dusun Ngepeh, Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro. Disana terdapat tiga penganut agama besar di Indonesia yakni Islam, Kristen, dan Hindu . Warga di sana membangun rumah ibadat secara berdampingan dengan jarak sekitar 100 meter. Rumah ibadah tersebut didirikan sejak tahun 1983. Meskipun demikian, tak pernah terdengar ada konflik apalagi yang berkaitan dengan agama. Bahkan, ketika peristiwa rasis yang muncul akibat krisis tahun 1998 yang melanda Indonesia, masyarakat Ngepeh tidak terpengaruh karena selalu menjaga toleransi antar umat beragama.  (Triraharjo, 2019)

 

Kesimpulan & Saran

Bisa disimpulkan bahwa masyarakat Jombang sudah lama hidup dalam harmoni, toleransi, dan pantas mendapat gelar sebagai The Most Harmonious City in ASEAN atau kota paling toleran di kawasan Asia Tenggara. Pada tahun 2017, Jombang mendapatkan penghargaan tersebut atas pencapaiannya menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia, baik lewat pemikiran tokoh-tokohnya seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Nurcholis Madjid, Emha Ainun Najib (Cak Nun) maupun lewat masyarakatnya sendiri yang berkultur moderat ijo dan abang.

Sekarang, untuk melihat monumen pencapaian atas prestasi itu, kita dapat melihatnya di simpang tiga Ringin Contong Jombang, tepatnya di Taman ASEAN yang bercokol sepuluh bendera negara ASEAN di atasnya. Dan monumen itu akan menjadi saksi bagi generasi selanjutnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya bahwa kita harus terus merajut persaudaraan di tengah masyarakat Indonesia yang multikultur. Dengan hidup berdampingan, maka kita akan menjadi bangsa yang kuat dan maju bersama dalam bingkai Bhineka Tunggal Ika.

 

Daftar Pustaka

Penerbit Kompas, 2004. Profil Daerah Kabupaten dan Kota Jilid 4, Jakarta: Kompas Media Nusantara.

               https://www.bernas.id/60901-mau-nyantri-inilah-referensi-4-pondok-pesantren-yang-ada-di-jombang-yuk-simak.html diakses tanggal 20 Mei 2019 pukul 11.25 WIB

              http://jejakkolonial.blogspot.com/2018/09/mengenal-mojowarno-pusat-siar-kristen.html diakses tanggal 20 Mei pukul 11.49 WIB

              https://situsbudaya.id/sejarah-klenteng-hong-san-kiong-gudo/ diakses tanggal 20 Mei 2019 pukul 11.58 WIB

              https://radarjombang.jawapos.com/read/2019/01/25/115791/di-dusun-ngepeh-masjid-gereja-dan-pura-hanya-berjarak-100-meter diakses tanggal 20 Mei

Penerapan Nilai-Nilai Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari sebagai Kunci Keharmonisan Kehidupan Warga Jombang

Syamsul Maarif

 

Latar Belakang & Permasalahan

Tahun 2019 merupakan “tahun politik” bagi Indonesia, dimana seluruh wilayah di negeri ini secara serentak menyelenggarakan pesta demokrasi. Berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, pemilu kali ini dapat dikatakan sebagai pemilu yang paling besar dalam sejarah Pemilihan Umum di Indonesia. Hal itu dikarenakan antara Pemilihan Presiden (pilpres) dan Pemilihan Legislatif (pileg) dilangsungkan secara bersamaan dalam satu kali waktu. Pilihan politik yang berbeda-beda tidak jarang meningkatkan suhu politik di negeri ini. Apalagi setelah diketahui hanya ada dua calon presiden yang secara tidak langsung menjadikan rakyat semakin terpolarisasi tajam.

 

Tujuan Penulisan

Artikel ini ditulis dengan maksud mewaspadai munculnya konflik, perpecahan, ataupun permusuhan akibat pemilu di negeri yang sudah berusia 73 tahun ini. Kita pasti berharap rakyat dapat kembali mengimplementasikan jati diri Indonesia yang selama ini dikenal sebagai negara dengan rakyat yang hidup rukun di tengah keberagaman. Saling bertoleransi sudah selayaknya sekarang ini dikedepankan oleh masyarakat di seluruh Indonesia.

 

Bicara mengenai toleransi, sudah dari masa ke masa banyak digaungkan oleh para aktivis kemanusiaan. Toleransi sendiri dapat diartikan sebagai sikap menghormati ataupun menghargai perbedaan pendapat. Menurut Ahmad Syarif Yahya (2017), toleransi dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan ranah sosiologis. Jika kita tarik ulang dengan realitas persoalan bangsa saat ini, khususnya mengenai perbedaan pandangan politik akibat pemilu, tepatlah toleransi harus dimunculkan oleh segenap bangsa. Sangat merugi apabila nusantara yang telah dibangun dengan perjuangan yang besar oleh pendahulu kita, terpecah belah hanya karena kepentingan politik sesaat.

 

Pembahasan

Salah satu wilayah di Indonesia yang menyelenggarakan pemilu periode ini adalah Jombang. Sama halnya dengan daerah lain, Jombang menggelar pilpres dan pileg secara bersamaan. Meskipun demikian, konflik atau perselisihan hanya karena perbedaan orientasi politik minim terjadi di wilayah ini bahkan tidak ada. Keharmonisan kehidupan antar masyarakat Jombang menjadi kunci tidak adanya konflik tersebut. Hal itu pula tidak lain karena peran dari masyarakat Jombang sendiri yang dalam kehidupan sehari-hari sangat mengamalkan nilai-nilai toleransi.

 

Merujuk laporan nu.or.id yang berjudul Junjung Toleransi Antarumat Beragama, Jombang Tuan Rumah AYIC 2017 pada 2 Juni 2017, Association of Southeast Asians Nations (ASEAN) pernah menaruh perhatian lebih pada Jombang karena perepresentasian nilai-nilai toleransi yang nyata oleh warga Jombang. ASEAN mendapuk Jombang sebagai tuan rumah ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) atau Program Pertukaran Pemuda Lintas Agama. Dalam rangka penyambutan acara tersebut, Pemerintah Kabupaten Jombang meresmikan Taman ASEAN yang dibangun di sebelah selatan Ringin Conthong Jombang.

 

Selain melalui prestasi di atas, nilai-nilai toleransi yang diterapkan masyarakat Jombang juga dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa bulan lalu, umat Kristiani merayakan hari raya Natal, tidak terkecuali umat Kristiani yang berada di Jombang. Salah satu tempat perayaan Natal di Jombang adalah Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang berada di Kecamatan Mojowarno. Keharmonisan hubungan antar umat beragama tampak pada peristiwa tersebut. Penjagaan keamanan dilakukan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) saat perayaan Natal di GKJW Jombang. Banser sendiri merupakan badan otonom dari Nahdlatul Ulama’ (NU), yang mana NU adalah Ormas Islam terbesar di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan agama bukanlah suatu penghalang untuk saling menguatkan tali persaudaraan.

 

Pemandangan serupa juga tercermin pada masyarakat Dusun Ngepeh yang terletak di Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro. Di dusun ini, hidup masyarakat dengan tiga agama berbeda, yakni Hindu, Islam dan Kristen. Walaupun demikian, para warga tidak pernah saling bermusuhan atau mengunggulkan satu sama lain. Bahkan, di dusun ini pula tiga rumah ibadah dari masing-masing agama berdiri kokoh. Alhasil, nikmatnya kerhamonisan karena saling toleransi sangat terasa di dusun ini.

 

Selain nilai-nilai toleransi yang ditunjukkan lewat hubungan antar umat beragama, warga Jombang yang bergelut di dunia seni juga turut mengumandangkan nilai-nilai tersebut. Central of Peace atau yang akrab disebut C.O.P. adalah band reggae yang berasal dari Jombang. Melalui lagu yang berjudul “Jombang Beriman”, C.O.P. mengkampanyekan semangat-semangat bertoleransi. Dalam lagu tersebut terdapat lirik yang berbunyi “beragam warna, agama, budaya, bersatu dalam kedamaian”. Penggalan lirik tersebut menggambarkan bahwa Jombang sebenarnya kota dengan keberagaman yang cukup kompleks, akan tetapi Jombang mampu meleburkan semua itu menjadi simpul persatuan.

 

Jombang sejatinya sering dijuluki dengan sebutan “Kota Santri”, dikarenakan banyaknya pondok pesantren yang berdiri kokoh di sana. Namun, sebenarnya Jombang adalah kota dengan tingkat keberagaman yang cukup besar seperti yang telah saya uraikan di atas. Perbedaan yang sangat bervariasi, tidak menjadikan masyarakat Jombang saling bermusuhan ataupun terpecah belah. Justru karena perbedaan itulah, kerangka-kerangka persaudaraan dan persatuan dirajut masyarakat Jombang.

 

Kesimpulan dan Saran

Jika kita kembali pada permasalahan awal di atas, banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan masyarakat Jombang sebagai solusi mengatasi permasalahan tersebut. Lebih khusus menyikapi keberagaman, bagaimana masyarakat Jombang lebih mengedepankan persaudaraan ataupun kemanusiaan di tengah perbedaan. Sudah sepatutnya kota-kota lain di Indonesia meneladani Kota Jombang yang kental akan nilai-nilai toleransi. Sehingga, pada akhirnya mengantarkan Indonesia menjadi negara yang rukun, damai, aman sentosa dan jauh dari konflik antar saudara.

 

 

 

 

 

 

Membangun Toleransi dalam Kerangka Disabilitas

Stella Rosita Anggraini

 

Latar Belakang & Permasalahan

Kota Jombang merupakan sebuah daerah yang dikenal dengan sebutan kota Santri. Kenapa disebut kota santri? Di Kota ini terdapat banyak pondok pesantren yang terkenal seperti Pondok Pesantren Darul ‘ulum, Pondok Pesantren Shiddiqiyyah, dan Pesantren Tebuireng. Sebagian besar pesantren tersebut menjadi basis salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU).

Pada tulisan ini, saya akan membahas isu disabilitas sebagai bagian dari refleksi atas berbagai pengalaman yang saya alami selama ini. Sebagai penyadang disabilitas, saya perlu menjelaskan informasi awal seputar disabilitas untuk memudahkan pembaca mengikuti alur tulisan ini. Orang disabilitas digolongkan menjadi beberapa macam, sebagai berikut:

  1. disabilitas fisik yaitu orang yang memiliki perbedaan dalam mobilitas gerak maupun berjalan, antara lain amputasi, lumpuh layu atau kaku. Alat bantu yang di pergunakan adalah kursi roda dan kruk;
  2. disabilitas intektual yaitu orang yang memiliki kekurangan dalam fungsi intektual dan keterbelakangan mental, lambat belajar dan ganguan otak lainnya;
  3. disabilitas mental yaitu orang yang terganggu fungsi pikir, emosi, dan perilakunya akibat depresi, gangguan kepribadian, autis atau hiperaktif;
  4. disabilitas sensorik yaitu orang yang mengalami gangguan salah satu fungsi dari panca indera, antara lain:
  • disabilitas netra: orang yang memiliki gangguan dalam fungsi penglihatan
  • disabilitas tuli: orang yang mengalami kendala dalam fungsi mendengar dan berbicara

 

Tujuan Penulisan

Melalui tulisan ini, saya bermaksud mengangkat isu disabilitas dalam kehidupan sehari-hari yang masih belum begitu dipahami oleh kebanyakan masyarakat. Saya berharap, tulisan saya dapat membuka pikiran masyarakat agar mereka menyadari keberadaan disabilitas terutama di Kota Jombang. Dengan demikian, maka kepedulian terhadap kaum difabel akan tumbuh.

 

Pembahasan

Keberadaan orang yang memiliki kebutuhan khusus tersebut sering dianggap sebagai sebuah ketidaknormalan atau ketidaksempurnaan. Hal ini secara tidak langsung menimbulkan stigma negatif di lingkungan mereka. Padahal, para difabel banyak yang memiliki kemampuan sama dengan lain. Sayangnya, mereka seringkali kurang diwadahi. Tentunya kondisi seperti ini mengakibatkan adanya pandangan bahwa mereka kurang produktif dalam menjalankan berbagai kegiatan di lingkungan masyarakat.

Coba kita pikir kembali, siapa yang ingin terlahir berbeda? Kalau manusia diberikan pilihan, pasti semua akan meminta menjadi sama. Maafkan saya di sini tidak bilang kata sempurna karena tidak ada kesempurnaan di dunia seisinya, begitu pula dengan makhluk hidup, semua memiliki kelebihan dan kekurangan yang pastinya untuk saling melengkapi, bukan? Maka, menurut pandangan saya, panggilan yang tepat untuk orang yang tidak memiliki keistimewaan adalah Non Disabilitas. Jika demikian, mengapa keberadaan mereka selalu di pandang sebelah mata bahkan di era modern seperti saat ini.

Paradigma negatif tersebut yang pada akhirnya membuat kelompok difabel tidak bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal di Indonesia. Apalagi di Jombang, isu disabilitas itu masih belum tersentuh sepenuhnya, hanya beberapa orang yang memiliki jiwa kepedulian akan kaum difabel. Padahal data menunjukkan bahwa jumlah penyadang  Disabilitas sekitar 8,3% di Indonesia. Sementara di Jombang sendiri penyandang Disabilitas berjumlah 2.509 jiwa atau sekitar 0,25% jiwa berdasarkan data DPT KPUD Jombang. Contohnya saja pendidikan, lapangan pekerjaan, dan sarana publik yang tentunya kurang ramah untuk penyadang Disabilitas di Kota Jombang. Kenapa saya bilang begitu?

Berikut ini adalah cuplikan kisah saya perjalanan yang saya alami pada tahun 2006 silam. Saya sempat mendapatkan penolakan ketika mendaftar di salah satu sekolah SMP Negeri di Kota Jombang. Alasan yang diberikan oleh pihak sekolah terdengar tak wajar menurut saya. Katanya, sekolah tersebut tidak menerima siswa/ siswi Penyadang Disabilitas. Padahal Undang-Undang sudah mengatur bahwa pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara tanpa memandang status, golongan, maupun bentuk fisik.

Namun demikian, saya tidak berpangku tangan atas ketidakadilan tersebut. Saya merasa memiliki kawajiban untuk memperjuangkan hak dan mengenalkannya ke lingkungan sekitar. Beruntung saya mendapatkan dukungan dari keluarga dalam memperjuangkan hak saya untuk menuntut ilmu. Hal ini pun mendapat perhatian dari para aktivis pejuang difabel. Mereka menyuarakan suara melalui media massa untuk meliput berita tersebut dengan tujuan mengadvokasi orang sekitar agar memberikan kesempatan yang sama untuk penyandang disabilitas. Setelah berita tersebut tersebar di seluruh Jombang, pihak sekolah pun terketuk hatinya untuk memberikan kesempatan untuk mengikuti tes masuk sekolah tersebut.

Alhamdulillah, saya bersyukur sekali hasil tes tersebut menyatakan saya lolos dan bisa masuk sekolah yang saya cita-citakan. Bahwa tiada usaha yang mengkhianati hasilnya, selagi kita masih terus mau berjuang dan memiliki semangat yang tinggi.

 

Kesimpulan

Semoga kejadian ini bisa memberikan manfaat untuk pembaca melalui esai ini. Dapat disimpulkan bahwa toleransi dalam keberagamaan adalah salah wujud untuk memajukan kota tercinta kita, Jombang. Saya sangat berharap semoga Kota Jombang bisa menjadi kota Inklusif yang ramah untuk semua kalangan termasuk Disabilitas seperti Kota Situbondo Jawa timur yang disyahkan sebagai kota inklusif pada tahun 2018.

Salam inklusif kota Jombang untuk kita dan para penyandang Disabilitas. Berjuta asa dan harapan saya tuangkan di dalamnya. Semoga cerita tersebut dapat menginsipirasi pembaca.

 

Diferensiasi Jombang

Riska Herlin A.

 

Latar Belakang & Permasalahan

Perbedaan adalah suatu unsur yang memiliki ketidakserasian. Dilihat dari pengambilan sudut pandang, perbedaan dapat dibedakan menurut letak atau posisinya. Perbedaan berdasarkan letak atau posisi dibagi menjadi dua, yaitu secara vertikal dan secara horizontal. Perbedaan secara vertikal biasa disebut stratifikasi berarti terdapat perbedaan tingkatan di dalamnya. Sehingga, perbedaan tersebut mengandung unsur yang memiliki letak teratas dan terbawah. Sedangkan, perbedaan secara horizontal atau diferensiasi menunjukkan adanya ketidakserasian suatu unsur yang letaknya sejajar atau sama. Unsur yang termuat dalam kedua perbedaan tersebut biasanya mengindikasikan ketidakserasian sosial. Keduanya merupakan kategori perbedaan dalam lingkup hubungan yang ada di kehidupan manusia sehari-hari.

 

Tujuan Penulisan

Indonesia merupakan surganya perbedaan mulai dari perbedaan budaya, suku, ras, agama, dan lain sebagainya sebab negara ini memiliki wilayah yang sangat luas dari Sabang hingga Merauke. Di sisi lain, hal itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi Bangsa Indonesia sebab perbedaan tersebut sangat berwarna-warni layaknya pelangi. Walaupun, kita tidak dapat memungkiri bahwa hal tersebut pula yang menjadi pemicu besar dalam perpecahan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Oleh karena itu, tulisan ini mengangkat contoh positif dalam rangka merawat perbedaan dari Kabupaten Jombang sebagai Kota Toleransi. Sehingga, segala gesekan yang muncul di Indonesia dapat diselesaikan dengan baik tanpa menimbulkan perpecahan.

 

Solusi & Implementasi

Setiap daerah di Indonesia pasti memiliki karakteristik yang beraneka ragam. Salah satunya adalah wilayah Jombang, sebuah kabupaten yang ada di Pulau Jawa tepatnya di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten Jombang memiliki keunikan tersendiri, sehingga banyak orang menyebutnya KOTA SANTRI. Kenapa demikian? Hal itu dikarenakan ada lebih dari 50 pondok pesantren terdapat di Kabupaten Jombang yang letaknya di pelosok hingga di dekat pusat pemerintahan. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas penduduk yang tinggal di Kabupaten Jombang beragama Islam. Walaupun demikian, bukan berarti semua warga yang ada di dalamnya adalah muslim. Sebagian masyarakatnya juga memeluk agama Kristen, Konghucu, Hindu yang dapat hidup berdampingan dengan warga lainnya. Selain itu, terdapat etnis yang beragam di Kabupaten ini seperti Jawa, Tionghoa, maupun etnis lain yang datang dari wilayah lain dan memutuskan untuk menetap.

 

Walaupun terdapat agama mayoritas dan minoritas di Jombang, hal itu tidak menjadi kendala dalam kehidupan maupun jalannya pemerintahan di Kabupaten Jombang. “Tidak penting apa pun agama atau sukumu. Kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu”, begitulah dawuh sang Bapak Pluralisme Indonesia. Beliau adalah K.H Abdurrahman Wahid atau biasa disapa Gus Dur, cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama sekaligus Pahlawan Nasional: K.H Hasyim Asy’ari. Beliau mengajarkan nilai toleransi yang sangat tinggi semasa hidupnya. Itulah yang menjadi pegangan, juga panutan bagi masyarakat Jombang. Walaupun beliau beragama muslim, tapi beliau tetap menjunjung tinggi persamaan hak biarpun itu berbeda agama, etnis atau perbedaan lainnya. Beliau memandang semua hal itu memiliki kedudukan yang sejajar, tidak ada yang didahulukan ataupun ditinggalkan.

 

Nilai toleransi tersebut sudah seperti menjadi turun temurun dan wajib untuk dilaksanakan. Banyak hal yang dapat dilakukan warga Jombang untuk memupuk rasa toleransi antar perbedaan yang ada. Mulai dari adanya pembentukan suatu organisasi atau komunitas yang berjalan entah di bidang sosial, persamaan hobi, atau lainnya. Dengan seperti itu, maka nilai-nilai toleransi akan mudah diterima.

 

Dengan rasa bangga saya mendapati banyaknya masyarakat yang mampu mengimplementasikan nilai toleransi dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti halnya yang saya temui disalah satu gereja yang ada di Kecamatan Mojoagung. Banner bertuliskan “SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA” terpampang di depan gereja. Mewakili umat kristiani yang beribadah di situ, komunitas gereja menyampaikan dengan ramah pada umat muslim akan datangnya bulan suci Ramadhan. Walaupun agama Kristen menjadi salah satu agama minoritas, bukan berarti mereka yang menjadi umat Kristiani merasa terpojokkan, dan tidak peduli dengan keberadaan agama mayoritas yang ada dilingkungannya. Tidak hanya itu, bahkan sesekali tampak beberapa kaum gereja mengadakan kegiatan bagi takjil untuk berbuka puasa untuk umat muslim. Seperti halnya yang dilakukan Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman istri dari Gus Dur. Beliau mengadakan BUKBER (Buka Bersama) di Klenteng Hong San Kiong Kecamatan Gudo, Rabu (6/6/2018)*. Hal ini menunjukkan bahwa adanya toleransi antara umat Islam dan Konghucu. Banyak wejangan yang disampaikan oleh Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman. Salah satunya adalah ajakan untuk hidup rukun dan saling menghormati perbedaan yang ada karena menurut beliau, perbedaan itu adalah sunnatullah. Istri dari Presiden ke-4 Republik Indonesia ini juga mengajak masyarakat yang hadir untuk menyanyikan lagu wajib nasional “Satu Nusa Satu Bangsa” bersama-sama, sebagai tanda perbedaan itu untuk persatuan.

 

Adapun bukti lain yang telah saya jumpai mengenai perwujudan dari usaha untuk menguatkan nilai toleransi di Jombang adalah adanya sebuah organisasi yang membantu lansia yang masih mempunyai semangat untuk produktif namun, memiliki beberapa faktor keterbatasan untuk menunjangnya. Organisasi ini bernama Share If You Care Jombang. Anggota dari organisasi ini memiliki agama yang berbeda-beda. Meskipun demikian, mereka tetap bersatu tanpa memandang perbedaan satu sama lain.

 

Kesimpulan & Saran

Hal seperti uraian di atas perlu dikembangkan di semua aspek kehidupan bermasyarakat di Indonesia. Masih ada banyak hal yang dapat digunakan sebagai media pengembangan nilai-nilai toleransi bagi masyarakat, khususnya di Kabupaten Jombang. Dengan aktifnya kita melakukan hal yang bersangkutan dengan perbedaan, maka jiwa toleransi tinggi akan dapat mengalahkan rasa keegoisan dan kesombongan yang ada.

 

Oleh karenanya, perbedaan itu merupakan hal yang wajar dan cenderung diperlukan. Tanpa memahami perbedaan, manusia akan selalu angkuh berjalan di atas manusia lain. Sehingga, penghargaan akan diferensiasi sosial perlu dijunjung tinggi agar tumbuh kesadaran untuk saling menghargai perbedaan yang sesungguhnya mempunyai kedudukan sama. Perbedaan bukan berarti harus saling membenci tetapi saling melengkapi. Ibarat kata apalah rasa masakan jika hanya diberi gula tanpa adanya bumbu masak lainnya.

 

 

*)Berdasarkan informasi yang didapat dari intagram @info_jombang

 

 

 

Keadilan Sosial dan Kesejahteraan Jombang sebagai Kota Pluralisme

Putri Maydi Arofatun Anhar

 

Latar Belakang & Permasalahan

Pembangunan merupakan tema utama hampir setiap kepemimpinan pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah, mulai dari membangun manusia sampai membangun hal lainnya seperti infrastruktur. Sementara itu, keadilan sosial sebagai hakikat Pancasila bisa dipahami dengan kondisi dimana seluruh komponen masyarakat merasakan hal atau nasib yang sama tanpa adanya perbedaan derajat sosial hanya karena uang, pendidikan ataupun keturunan. Hal ini memungkinkan terjadinya sikronisasi pemahaman satu sama lain antara pemerintah dan rakyat yang sama-sama ingin mendapat penghidupan yang layak. Bukan hanya bagi yang kaya, bukan atas diskriminasi ras, suku, atau agama tertentu, tapi bagi seluruh rakyat Indonesia.

 

Salah satu daerah yang perlu mendapatkan perhatian adalah Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Secara demografi penduduk, Jombang memiliki usia muda produktif yang cukup tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik, tahun 2017 Kabupaten Jombang memiliki jumlah penduduk sebesar 1.393.813 jiwa yang terdiri dari 703.181 jiwa laki-laki dan 690.632 jiwa perempuan. Di dalamnya terdapat generasi muda yang tentunya akan cukup potensial ditunggu kiprahnya guna pembangunan yang berkeadilan sosial serta dapat diarahkan sebagai penyediaan tenaga kerja terampil yang dapat terserap pada berbagai bidang lapangan pekerjaan atau bahkan menciptakan lapangan pekerjaan.

 

Selain itu, Jombang juga menjadi wilayah yang cukup tenang dari gejolak konflik sosial. Hal ini selain dikarenakan budaya Jawa yang ada di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat masih kental akan unsur sopan santun, kerendah hatian serta empati dengan lingkungan. Lebih-lebih Kabupaten Jombang merupakan gudangnya pesantren, juga sebab masih kuatnya pengaruh pilar kebersatuan serta menjaga kondusifitas masyarakat Jombang. Di antara pondok pesantren yang terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, Darul Ulum dan beberapa pondok pesantren lainnya.

 

Meskipun Jombang dikenal dengan sebutan “Kota Santri” karena mayoritas penduduknya muslim serta banyaknya pesantren di wilayahnya, namun kehidupan beragama di Kabupaten Jombang sangat toleran. Data statistik tahun 2010 menyebutkan bahwa Kecamatan Mojowarno merupakan kawasan dengan pemeluk mayoritas beragama Kristen Protestan pada era Kolonial Belanda. Agama Hindu juga dianut sebagian penduduk Jombang yang berada di kawasan Selatan, di antaranya Wonosalam, Bareng dan Ngoro. Selain itu, Kabupaten Jombang juga memilii tiga Klenteng yang cukup tua, yakni di Kecamatan Jombang, Gudo, dan Mojoagung.

 

Proyeksi membangun keadilan sosial di Kabupaten Jombang juga akan lebih mudah sebab Jombang menjadi bagian strategis dalam proses pergerakan kemerdekaan. Beberapa putera Jombang juga merupakan tokoh perintis kemerdekaan Indonesia. Seperti KH Hasyim Asy’ari (Salah satu pendiri NU dan pernah menjabat sebagai ketua Masyumi), KH Wachid Hasyim (Salah satu anggota BPUPKI termuda, Menteri Agama RI pertama), tokoh intelektual Islam Nurcholis Madjid dan KH Abdurrahman Wahid (Presiden Republik Indonesia keempat) yang disebut sebagai bapak pluralisme.

Tujuan Penulisan

Melalui esai ini, penulis berharap dapat memberikan gambaran bagaimana bentuk nyata dari nilai-nilai pluralism yang dipegang oleh masyarakat Jombang. Sehingga, hal ini dapat menjadi renungan bagi daerah lain di Indonesia untuk dapat merawat keberagaman bangsa Indonesia. Dengan demikian, pembangunan yang sedang berjalan dapat benar-benar menciptakan rasa keadilan sosial dan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat.

 

Solusi & Implementasi

Bagaimana kemudian pembangunan dilakukan? Selain memahami akan kondisi lokal Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA), pemerintahan setempat sebagai pemegang tombak kepemimpinan juga harus menyusun project atau agenda. Baik dilakukan untuk jangka pendek maupun jangka panjang yang strategis guna terwujudnya pembangunan keadilan sosial, kesejahteraan juga kemandirian di tengah tantangan neoliberal-global.

 

Pertama, pendidikan menjadi elemen penting yang perlu terus diperbaiki dan dikembangkan dari setiap masa. Sarana dan prasarana pendidikan perlu disiapkan. Adanya kuantitas, kualitas serta kreativitas tenaga pengajar kita perlu terus diperbaiki. Karakter, nilai, optimisme, inovasi, dan kemampuan berpikir kritis dalam Pendidikan juga perlu dibangun dan dikembangkan. Serta kemauan untuk selalu berperilaku gotong-royong, dari lingkungan paling kecil misalnya sesama teman di kelas dan sekolah.

 

Kedua, dari segi ekonomi dan kewirausahaan, jenis usaha yang perlu dikembangkan dan mendapat perhatian khusus tidak lain adalah koperasi. Bung Hatta sebagai bapak koperasi idenya tentang koperasi Indonesia dalam Undang-Undang Dasar 1945, disebutkan bahwa perekonomian sebagai usaha bersama yang berdasarkan asas kekeluargaan adalah koperasi. Karena koperasilah yang menyatakan kerjasama antara mereka yang berusaha sebagai suatu keluarga. (Hatta dalam Hatta, 1954: 203).

Data Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Timur menunjukkan bahwa pada tahun 2018, Kabupaten Jombang memiliki 810 unit koperasi. Namun dalam perjalanannya, menjamurnya jumlah tersebut ternyata tidak semua koperasi tersebut masih aktif hingga saat ini. Hal ini diketahui berdasarkan penelusuran yang dilakukan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Jombang yang mengindikasikan perlunya revitalisasi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa kehadiran ritel modern rentan mematikan toko-toko kelontong tradisional yang dikelola perorangan.

 

Ketiga, pariwisata juga menjadi bagian strategis yang sangat potensial untuk dieksplorasi di Kabupaten Jombang guna menciptakan kesejahteraan sosial serta berdampak potisif bagi peningkatan perekonomian. Keberadaan lokasi wisata alam maupun wisata budaya dan sejarah bisa menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Misalnya wisata edukasi Bale Tani di Kecamatan Bareng, kemudian Bukit Hijau Carangwulung dan Goa Sigolo-golo di Wonosalam, Candi Rimbi di Kecamatan Bareng, juga beberapa lokasi wisata religi seperti Museum Islam Indonesia di kawasan Pesantren Tebuireng.

 

Keempat, kepastian penegakan hukum dan kemudahan pelayanan terhadap masyarakat. Meskipun masih banyak keluhan terkait kurang primanya penegakan hukum dan pelayanan publik, terutama terkait nepotisme dan praktik-praktik pungli (pungutan liar), sehingga pemerintah harus selalu memperhatikan standar dan kualitas pelayanan publik. Hukum yang tidak tegas atau tebang pilih bahkan lancip ke bawah tumpul ke atas akan mempengaruhi hubungan pemerintah dengan masyarakat juga menimbulkan ketidakpuasan dari masyarakat. Pemahaman dari pemimpin Kabupaten Jombang akan kondisi dan potensi bisa dikembangkan melalui pembentukan tim sinkronisasi yang telah dilakukan untuk memudahkan langkah dan implementasi program kerja.

 

Kesimpulan dan Saran

Keadilan sosial akan mudah terwujud apabila setidaknya pemerintah bisa menghadirkan dan menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada kesejahteraan masyarakatnya. Setelah memahami bahwa keadilan sosial harus tumbuh bersama dengan kesejahteraan masyarakat, maka karakter yang kuat dari seorang pemimpin, ketegasan, kemauan bertindak untuk turun dan mendengar aspirasi rakyatnya juga bisa menjadi katalisator guna mempercepat pembangunan keadilan sosial dan kesejahteraan.

 

 

 

 

Mewujudkan Jombang sebagai Kota Toleransi melalui Pemanfaatan Teknologi, Kolaborasi, dan Partisipasi Berbagai Pihak

Miftakhus Surur

 

Latar Belakang & Permasalahan

Jombang banyak melahirkan tokoh nasional yang sering mempromosikan nilai-nilai toleransi  antar umat beragama. Figur tersebut di antaranya adalah Abdurahman Wahid, Nur Cholis Majid, dan Ainun Najib. Bahkan, salah satu di antaranya, Gur Dur, mendapatkan gelar kehormatan sebagai bapak toleransi di Indonesia. Sampai sekarang pun pemikirannya masih hidup dan dihidupkan oleh publik terutama pengagumnya yang tergabung dalam komunitas bernama Gusduriyan

 

Tujuan Penulisan

Meskipun adanya banyak tokoh inspiratif di atas, sayangnya Jombang masih harus berurusan dengan ancaman intoleransi. Hal ini diduga disebarkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang berusaha menyebarkan radikalisme dan provokasi dan teroris sampai juga pada guru agama tidak toleran.

Di sisi lain, terdapat ancaman intoleransi yang disebarkan melalui berita yang tidak dapat dipertanggungjawabakan dan tidak diketahui kebenarannya (hoax). Sehingga, jika hal ini tidak diperhatikan dengan seksama maka benih-benih kebencian, prasangka, dan ketidakpercayaan dapat disebarkan dengan mudah di era digital ini.

 

Kesimpulan & Saran

Dengan demikian nilai-nilai toleransi dan menghargai sesama perlu ditumbuhkan dan dipupuk melalui tindakan konkret seperti tidak berisik/ mengganggu waktu ibadah umat agama lain. Kemudian, kita dapat memanfaatkan media sosial secara bijak agar berita hoaks tidak merajalela. Jika dimungkinkan, kita juga dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan komunitas lintas agama melalui diskusi atau kegiatan sosial. Acara semacam ini dapat disebarkan melalui fb, twiter, atau instragram. Publikasi semacam ini sangat potensial dapat menggugah masyarakat untuk menjaga keharmonisan hubungan bermasyarakat. Selain itu, acara seperti ini juga memungkinkan terjadinya pertukaran informasi untuk membuka pikiran dan saling menghormati satu sama lain.

Reaktualisasi Partisipasi Masyarakat Membangun Jombang Bertoleransi

Mamluatun Ni’mah

 

Jombang dan Perbedaan

Jombang adalah kota Santri, disebut kota Santri bukan berarti penduduknya hanya beragama Islam tetapi didalamnya terdapat agama lain yakni Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, Kong Hu Chu. Perbedaan agama tidak menyurutkan arti semangat menghormati agama satu dengan agama lainnya yang sangat membutuhkan interaksi demi terwujudnya kota toleransi. Kota yang maju adalah kota yang menjadikan penduduknya tentram, harmonis, guyub dalam perbedaan dengan mewujudkan saling toleransi secara intensif. UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah disebutkan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaannya”[1]. Setelah kita ketahui, meskipun banyaknya perbedaan agama menyelimuti Jombang, sudah sewajarnya dalam kehidupan ini kita bisa menjaga persatuan Kota Jombang dengan cara menjunjung tinggi nilai toleransi antar umat beragama.

 

Meskipun dihuni masyarakat yang heterogen, Jombang adalah barometer kota di Indonesia yang bisa menjaga kerukunan antar umat beragama yang mayoritas masyarakatnya didominasi kaum Muslim. Tepatnya di kawasan simpang tiga Ringin Contong, Jumat (2/6/17) pagi. Tampak berkibar beberapa bendera negara-negara ASEAN yang juga pada kesempatan itu sebagai pembukaan acara ASEAN Youth Interfaith Camp yang dilaksanakan di kabupaten Jombang pada 28-30 Oktober 2017. Bupati Jombang pada waktu itu, Nyono Suharli Wihandoko sangat mengapresiasi dipilihnya kota Jombang sebagai wujud persatuan antar umat beragama yang ada di Indonesia. Ia mengungkapkan, dipilihnya kota Santri sebagai tempat penyelenggara kegiatan ASEAN Youth Interfaith Camp ini bukan tanpa alasan. Selain pembangunan toleransi antar umat beragama yang terus terjaga, juga didorong banyaknya pondok pesantren di Jombang yang mengajarkan toleransi kepada para santri dan warganya. Menurutnya, negara-negara lain nantinya dapat belajar dengan baik bagaimana membangun toleransi di Jombang. Sehingga kemudian bisa diterapkan di negara lain.[2]

 

Gambaran Umum Toleransi Jombang          

Perbedaan adalah sebuah karunia Tuhan luar biasa yang diberikan kepada Jombang. Hal ini dapat menjadikan Jombang menjadi pernak pernik dimata dunia, secara umum agama yang telah ditetapkan oleh UUD 1945 ada enam yaitu Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Jombang merupakan kota yang terletak di bagian tengah provinsi Jawa Timur. Kota ini berbatasan dengan Mojokerto disebelah timur, Nganjuk  disebelah barat, Kediri disebelah selatan. Agama yang dianut oleh penduduk kota Jombang dalah Islam 98%, penduduk Jombang juga diikuti dengan agama Kristen Protestan 1,2%, Katolik 0,3%, Budha 0,09%, Hindu 0,07% dan lainnya 0,02%.[3] Kota yang terkenal dengan kota Santri yang memiliki pondok pesantren besar misalnya Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, Darul Ulum (Rejoso), namun di kota ini juga ada gereja besar dan tertua juga yang terletak di Mojowarno bernama Gereja Kristen Jawi Wetan atau sering disebut GKJW, gereja kuno di Bongsorejo. Tidak dapat dipungkiri Jombang juga memiliki klenteng yang terkenal misalnya Boo Hway Bio di Mojoagung, Hok Liong Kiong di kecamatan Jombang dan Hong San Kiong di Gudo. Bahkan di Wonosalam, ada pemukiman yang menganut agama Hindu selalu rutin melaksanakan pawai ogoh-ogohnya yang sangat menarik. Adanya sebuah perbedaan agama tidak menyurutkan untuk toleransi. Banyak yang mengatakan bahwa Jombang adalah kota beriman dan santri yang lebih menonjol dalam agama Islam tetapi, dengan ini bukan berarti Jombang harus pecah belah menjadi kota agama Islam, menurut keyakinan sendiri-sendiri, melainkan harus bersatu dengan cara toleransi. Toleransi adalah suatu sikap yang saling menghormati antara perbedaan yang ada.

Reaktualisasi Partisipasi Masyarakat Membangun Jombang Bertoleransi

Salah satu contoh bentuk toleransi di Jombang adalah di Desa Mojowarno antara agama Islam dan Kristen, di sini terdapat rumah penduduk Islam dan Kristen yang berdampingan sangat dekat, hal ini tidak menjadikan sebuah konflik yang dapat memunculkan disintegrasi. Meskipun adanya perbedaan agama, tetapi menjunjung nilai bhineka tunggal ika sungguh luar biasa, dilihat dari aktivitas kesehariannya. Setiap hari minggu selalu melaksanakan kerja bakti dengan membawa peralatan dari rumah masing-masing untuk gotong rotong membersihkan kampungnya, ada yang menyapu, membersihkan rumput, membuang sampah. Sehingga menjadi kampung yang terbersih dan semangat tenggang rasa yang bisa menjadikan Kota Jombang lebih terkenal dari pada kota lain.

 

Pada saat di kampung ada orang Kristen membangun rumah, tidak lupa juga orang Islam menyumbangkan tenaganya secara suka rela tanpa disuruh, hal ini semakin erat ikatan kekeluargaannya antara agama Islam dan Kristen. Ketika ada tetangga di kampung sedang mengalami kesusahan, reaksi warga yang ada di kampung menggalang dana dengan mengadakan bakti sosial seperti berkunjung ke setiap rumah untuk meminta sedekah setelah terkumpul semua dana tersebut di berikan kepada tetangga yang sedang mengalami kesusahan. Dalam peristiwa tersebut rasa peduli sesama umat Tuhan dan solidaritas yang tinggi pun menancap pada dada seorang penduduk di kampung tersebut.

 

Di sisi lain ketika ada orang Islam meninggal, orang Kristen juga ikut serta dalam menyiapkan peralatan yang dibutuhkan untuk keperluan jenazah, begitu sebaliknya apabila orang Kristen meninggal, orang Islam ikut serta dalam menyiapkan kebutuhan yang diperlukan. Sehingga dalam situasi yang sulit ini menjadi lancar dan terkendali.[4] Tradisi yang tidak ketinggalan dalam orang Muslim adalah ketika bulan suci tiba, satu hari sebelum puasa mengadakan megengan [5]di setiap masjid untuk kenduri, tidak lupa juga umat Kristen ikut serta merayakan, sehingga setiap umat bisa merasakan perbedaan dalam keserasian. Dalam umat Kristen ketika merayakan malam Natal, selalu membagikan parsel kepada tetangganya termasuk umat Islam, sehingga semua bisa merasakan walaupun perbedaan itu ada tetapi keharmonisanlah yang menyatukan. Pada saat hari raya muslim umat Kristen juga ikut serta datang ke rumah penduduk Islam dengan bersilaturahmi begitu pun sebaliknya.

 

[1] UUD 1945

[2]www.muslimmoderat.net/2017/06/jombang-didapuk-kota-paling-toleran

[3]Afifah.com/KAB.JOMBANG+JAWA+TIMUR/SEJARAH+KOTA+JOMBANG

[4]Menurut Bapak Budi selaku pengurus kebutuhan dan kekurangan GKJW Mojowarno

[5]Megengan adalah sebuah tradisi kenduri dalam islam di Masjid dalam menyambut bulan ramadan

Yuk Ikut Program Njombangan Promosi!


Njombangan punya program baru nih namanya Njombangan Promosi. Jadi, selama beberapa minggu ke depan, kami akan menerima free endorsement (bukan paid promote ya) bagi kalian yang mau promosi jualan makanan, barang, atau jasa yang berlokasi di Jombang. 

Kami menyadari bahwa di saat pandemi corona saat ini, kita perlu saling mendukung agar bisa kuat dan melewati semuanya. Kami sangat senang jika bisa ikut mempromosikan keberadaan UMKM di Jombang baik produk maupun jasa.

Kalian tidak perlu mengirimkan sampel barang atau tester, tapi cukup siapkan hal-hal berikut:

  1. Beberapa data produk (barang atau jasa)
  2. Foto pendukung produk (barang atau jasa)

.

Informasi detail:

Pengusul mengisi data secara lengkap sebagai berikut:

  • Nama pemilik usaha
  • Nomor kontak whatsapp/ telpon
  • Jenis produk (makanan/ minuman/ fashion/ produk kerajinan/ jasa)
  • Nama toko – jika ada
  • Nama brand/ merek produk – jika ada
  • Penjelasan produk
  • Kisaran harga
  • Alamat fisik toko/ alamat penjual – jika ada
  • Akun sosmed (IG, FB, website, dll) jika ada
  • Nomor kontak whatsapp/ telpon
  • Keterangan produk/caption menarik untuk kami posting di post instagram dan instastory
  • Foto produk milik pribadi dengan kualitas yang baik (tidak asal comot dari internet)

Contoh:

  • Nama pemilik usaha: Murniati
  • Nomor kontak whatsapp/ telpon: 082727280000
  • Jenis produk: makanan (keripik singkong)
  • Nama toko: tidak ada
  • Nama brand/ merek produk: Keripik Enak Nget!
  • Penjelasan produk: keripik berkualitas yang terbuat dari singkong, ubi, dan talas yang dibumbui aneka rasa mulai dari balado, ayam panggang, sea weed dan rasa asam manis.
  • Kisaran harga: 10.000 per bungkus
  • Alamat fisik toko/ alamat penjual: Jalan Sindoro Nomor 40 Desa Sidomulyo Kecamatan Megaluh Jombang
  • Akun sosmed (IG, FB, website, dll) jika ada: Instagram @keripikenaknget
  • Keterangan produk/caption menarik untuk kami posting di post instagram dan instastory: Iki lo Rek! Keripik masa kini asli Jombang, terbuat dari bahan-bahan lokal berkualitas. Sangat cocok untuk menemani berbagai aktivitas harianmu. Keripik Enak Nget: keripik e Arek Jombang, Keripik e Wong Jawa Timur!
  • Foto produk milik pribadi dengan kualitas yang baik (tidak asal comot dari internet): akan dikirimkan terpisah

Ketentuan umum:

  1. Produk barang/ jasa adalah legal atau tidak menyalahi peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.
  2. Produk barang/ jasa tidak berbau seks, alcohol, atau item lainnya yang kurang sesuai dengan kaidah norma masyarakat dimana informasi tersebut tidak layak diberitakan ke khalayak ramai (hanya untuk konsumen umur tertentu atau golongan tertentu).
  3. Produk yang asli bukan berdasarkan penipuan. Kami tidak bertanggungjawab atas status transaksi antara penjual dan pembeli. Pembeli diharap melakukan kroscek lebih lanjut atas produk tersebut.

Silahkan untuk cek FAQ di bawah ini untuk pemahaman lebih lanjut

Pengiriman data:

Whatsapp: 0822-3345-4518 (Stella) – hanya pesan whatsapp

Jam operasional 09.00-14.00 WIB

E-mail: njombangan@gmail.com

.

Yuk bagikan info ini ke teman, orangtua, saudara, atau tetangga yang usahanya perlu dibantu promosi dan kiranya terdampak corona.

Suwun Rek!

Pertanyaan yang Sering Ditanyakan

Frequently Asked Question (FAQ)

Apakah program ini gratis?

Ya, program ini gratis sepenuhnya dan bisa diikuti siapa saja orang yang berdomisili di Kabupaten Jombang.

Saya orang Jombang tapi domisili dan lokasi usaha di luar Jombang, apakah bisa ikut serta dalam program ini?

Tidak, program ini sekarang masih terbatas untuk mereka yang berdomisili di Kabupaten Jombang saja.

Kenapa ada program ini?

Kami menyadari bahwa keberadaan corona membuat perputaran uang di Jombang menjadi lebih lambat karena banyak kegiatan ekonomi menjadi tersendat atau berhenti sama sekali

Banyak pihak yang terdampak langsung terutama pekerja harian, pedagang atau mereka yang bekerja sifatnya hand-to-mouth (upah hari ini untuk membiayai kehidupan hari ini pula).

Njombangan berinisiatif untuk mempromosikan UMKM di Jombang supaya diketahui oleh khalayak. Kiranya diharapkan akan ada ketertarikan dan terjadi transaksi jual beli antara pembeli potensial dan penjual atau pemilik UMKM itu.

Bagaimana Njombangan membantu?

Dengan cara sederhana yaitu melalui promosi di media sosial milik Njombangan.

Berapa lama program ini berlangsung?

Program akan berlangsung sampai 31 Juli 2020. Program mungkin ada lagi di masa mendatang melihat perkembangan kondisi yang terjadi.

Siapa yang bisa diusulkan?

Siapa saja orang yang memiliki usaha:

  • Warung/ toko/ lapak/ cafe
  • Produk berupa barang baik yang memiliki merek atau tidak bermerek
  • Produk berupa jasa baik yang memiliki merek atau tidak bermerek

Kamu bisa mengusulkan produk mu sendiri atau produk milik teman, keluarga, tetangga atau lainnya – dengan atas persetujuan mereka.

Apakah ini berlaku untuk produk dari Lembaga atau perkumpulan non profit?

Ya, berlaku.

Jika saya mengusulkan produk orang lain, apakah saya butuh persetujuan mereka?

Ya, kamu wajib mendapat persetujuan mereka. Usulan yang diterima Njombangan adalah usulan yang sudah ada persetujuan (consent) dari seluruh pihak terkait. Kami tidak bertanggungjawab jika ada potensi konflik ke depannya atas promosi yang kami lakukan terkait dengan ada tidaknya persetujuan ini.

Jika saya terpilih, berapa kali produk saya akan dipromosikan?

  • Instagram post sekali selama periode program
  • Insta story sekali seminggu selama 4 minggu berturut-turut
  • Jadwal post akan ditentukan oleh jombangan

Produk barang atau jasa apa saja yang bisa diusulkan?

Apa saja kecuali produk yang melanggar hukum, ketentuan norma dan etika yang berlaku di masyarakat Jombang, Jawa Timur dan Indonesia.

Contoh produk akan kami tolak seperti produk minuman beralkohol, produk sex, produk perjudian, produk obat-obatan tidak berizin, produk narkotika atau produk atau jasa yang melanggar HAM.

Dimana produk kami akan dipromosikan?

  • Instagram @njombanganofficial
  • Kami akan secara tentatif mempromosikan di website kami www.njombangan.com

Bagaimana proses seleksinya?

  • Pengusul mengisi data secara lengkap sebagai berikut:
  • Nama pemilik usaha
  • Nomor kontak whatsapp/ telpon
  • Jenis produk (makanan/ minuman/ fashion/ produk kerajinan/ jasa)
  • Nama toko – jika ada
  • Nama brand/ merek produk – jika ada
  • Penjelasan produk
  • Kisaran harga
  • Alamat fisik toko/ alamat penjual – jika ada
  • Akun sosmed (IG, FB, website, dll) jika ada
  • Nomor kontak whatsapp/ telpon
  • Keterangan produk/caption menarik untuk kami posting di post instagram dan instastory
  • Foto produk milik pribadi dengan kualitas yang baik (tidak asal comot dari internet)

Contoh:

  • Nama pemilik usaha: Murniati
  • Nomor kontak whatsapp/ telpon: 082727280000
  • Jenis produk: makanan (keripik singkong)
  • Nama toko: tidak ada
  • Nama brand/ merek produk: Keripik Enak Nget!
  • Penjelasan produk: keripik berkualitas yang terbuat dari singkong, ubi, dan talas yang dibumbui aneka rasa mulai dari balado, ayam panggang, sea weed dan rasa asam manis.
  • Kisaran harga: 10.000 per bungkus
  • Alamat fisik toko/ alamat penjual: Jalan Sindoro Nomor 40 Desa Sidomulyo Kecamatan Megaluh Jombang
  • Akun sosmed (IG, FB, website, dll) jika ada: Instagram @keripikenaknget
  • Keterangan produk/caption menarik untuk kami posting di post instagram dan instastory: Iki lo Rek! Keripik masa kini asli Jombang, terbuat dari bahan-bahan lokal berkualitas. Sangat cocok untuk menemani berbagai aktivitas harianmu. Keripik Enak Nget: keripik e Arek Jombang, Keripik e Wong Jawa Timur!
  • Foto produk milik pribadi dengan kualitas yang baik (tidak asal comot dari internet): akan dikirimkan terpisah
  • Pengusul mengirimkan data detail di atas dan foto produk ke narahubung: Stella di nomor 0822-3345-4518

Apa yang dimaksud foto produk?

Foto bisa berupa foto:

  • barang saja
  • aktivitas jasa saja
  • barang dan orang (pemilik atau model)
  • bangunan toko
  • bangunan toko dan orang (pemilik atau model)

Foto adalah punya pemilik usaha sendiri bukan foto orang lain atau asal ambil di internet.

Kamu boleh mengirimkan beberapa foto pendukung untuk bisa kami pilih lebih lanjut.

Apakah boleh mengirim desain poster sendiri?

Tidak karena ada template desain poster dari Njombangan. Kami hanya membutuhkan foto seperti tersebut di atas.

Berapa lama proses seleksi?

Njombangan membutuhkan waktu maksimal 2 hari untuk menyeleksi. Kami akan infokan apakah usulan kami disetujui atau tidak.

Berapa besar kemungkinan saya terpilih?

Sepanjang produkmu adalah produk yang tidak melanggar hukum, norma, dan etika serta data yang kami terima lengkap dan jelas, maka usulanmu besar kemungkinan akan kami setujui.

Siapa narahubung yang bisa dihubungi?

Silahkan kontak:

Stella: 0822-3345-4518 – hanya melayani pesan whatsapp

Silahkan untuk kontak yang bersangkutan dalam jam berikut:

Dimana informasi lebih lanjut terkait program ini bisa saya akses?

Di link website berikut:

Foto Penyerahan Njombangan Berbagi #BersamaLawanCorona

Hi Rek!

Terima kasih telah membantu lancarnya program Njombangan Berbagi #BersamaLawanCorona

Berikut ini adalah beberapa foto dokumentasi penyerahan bantuan.

“Penerima berjumlah sekitar 80 orang”


“Penerima berasal dari berbagai latar belakang profesi yang berbeda. Banyak di antara mereka yang sudah manula.”

“Penerima bantuan berasal dari 5 kecamatan berbeda: Jombang, Megaluh, Peterongan, Mojowarno, dan Diwek”

“Tidak semua orang yang diusulkan pengusul kami loloskan karena memang mereka belum sesuai dengan kriteria yang kami punya.”

“Kami berharap bantuan yang kami berikan dapat membantu meringankan beban hidup mereka walau hanya untuk beberapa hari saja ehehe :)”

Njombangan Berbagi #BersamaLawanCorona Gelombang 2

Terima kasih kepada semua teman dan keluarga besar Njombangan yang telah ikut serta dalam menyukseskan program Njombangan Berbagi #BersamaLawanCorona

Terdapat sekitar 80 orang yang berhak menerima bantuan dari Njombangan. Mereka tersebar di beberapa kecamatan seperti Megaluh, Jombang, Mojowarno, Peterongan, dan Diwek.

Beberapa foto penyerahan bantuan dapat dilihat di sini.

GELOMBANG 2

Karena masih besarnya animo yang kami terima dan masih banyaknya orang yang perlu dibantu, maka kami mengadakan Njombangan Berbagi gelombang kedua. Adapun detailnya dapat dilihat di sini.

Kami tunggu usulan teman-teman atas pihak yang berhak kiranya mendapatkan bantuan tersebut.

Kami berterima kasih atas segala dukungan teman-teman semuanya.Semoga kita selalu sehat dan bahagia.

Salam,

Njombangan