Jombang – Momentum Isra Miraj kemarin (3/4) dimanfaatkan sejumlah masyarakat mencari keberkahan dengan berziarah ke makam mantan Presiden RI ke-4 KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) di kompleks Ponpes Tebuireng. Ribuan peziarah datang silih berganti. Tidak di pendapa, mereka juga memenuhi beberapa tempat di lantai atas untuk mengaji.
Sutarni, 34 salah satu pengunjung asal Kediri mengaku rutin berkunjung ke makam Gus Dur. ”Ya untuk mencari berkah karena ini kan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW,” ujarnya usai berziarah. Di makam Gus Dur ini ia maupun pengunjung lainnya tidak hanya bisa berziarah, tapi juga bisa membeli oleh-oleh khas Gus Dur di gang masuk Dusun Seblak.
Berbagai produk dijual dengan harga cukup terjangkau. Mulai peci khas Gus Dur, tasbih, sajadah, perlengkapan salat hingga makanan khas beberapa daerah seperti tahu pong Kediri, wingko babat Lamongan maupun kuliner khas daerah lain.
Dibanding hari-hari biasa, memang jumlah peziarah lebih banyak pada hari libur. Mereka umumnya datang rombongan hingga beberapa bus. ”Kalau hari-hari biasa Senin-Kamis jumlah pengunjung 2-3 ribu orang per hari. Namun kalau sudah masuk Jumat, Sabtu dan Minggu bisa sampai 10 ribu peziarah per hari,” ujar Iskandar, Kepala Pesantren Tebuireng kepada Jawa Pos Radar Jombang, beberapa waktu kemarin.
Bahkan pada momentum tertentu jumlah pengunjung semakin bertambah banyak. ”Kalau seperti Haul Gus Dur kemarin maupun hari libur nasional jumlah pengunjung bisa mencapai 15-20 ribu orang,” pungkasnya. (*)
(jo/ang/mar/JPR)
Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com
Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com
OMBANG – Seiring berjalannya waktu, lagu mars Jombang Beriman mulai jarang dinyanyikan. Dalam beberapa kesempatan peringatan hari nasional misalnya, lagu ini jarang terdengar lagi. Di mata keluarga pencipta lagu, mereka berharap lagu tersebut tetap hidup menjadi lagu kebanggaan masyarakat Jombang.
”Kalau sekarang saya memang jarang dengar lagu itu dinyanyikan,’’ ujar Sri Suyeti, anak kadung Subardi. Sepengetahuan dia, lagu mars Jombang Beriman dinyanyikan sekitar 2007-an. ”Terakhir dinyanyikan 2007 lalu. Tapi di bawah 2000 selalu dinyanyikan dalam berbagai kesempatan,’’ jelas dia.
Misalnya, pada 1994 lagu tersebut pernah dinyanyikan oleh ratusan orang dalam sebuah peringatan HUT Kemerdekaan RI yang dihadiri Gubernur Jatim Basofi Surdirman. Karena peringatan HUT Kemerdekaan RI, maka berkumandangnya lagu itu terdengar dari penjuru kota karena bertempat di Alun Alun Jombang. “Pokoknya sering dinyanyikan, bahkan 1995 pernah mendapat penghargaan dari Bupati Soewoto Adiwibowo,’’ tegasnya.
![]()
Biola lawas milik Subardi juga masih tersimpan dan terawat dengan baik. (Anggi Fridianto/Jawa Pos Radar Jombang)
Hal senada diungkapkan, Arifah Roosenani anak kandung Rooslan Effendhie, yang menyebut lagu mars Jombang mulai jarang dikenal khalayak umum termasuk generasi muda. Dia berharap ke depan lagu tersebut terus dikenalkan agar tidak hilang tergerus zaman. ”Terus dinyanyikan dalam kesempatan tertentu, agar anak cucu kita tahu bahwa Jombang memiliki lagu mars sendiri,’’ pungkas dosen Unwaha Tambakberas ini. (*)
(jo/ang/mar/JPR)
Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com
Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com