Jombang – Pembudidaya tanaman bonsai mulai jarang ditemui. Namun tidak dengan Ikwanto, yang hingga kini masih getol merawat tanaman bonsai hasil buruannya di hutan.
Saat Jawa Pos Radar Jombang berkunjung, Ikwanto terlihat sibuk menggunting beberapa tanaman mungil yang ditanam dalam pot. Dengan beberapa peralatan seadanya, dengan cepat dia merangkai tanaman bonsai yang cantik dan enak dilihat.
Ya, pria 40 tahun ini mulai tertarik budidaya bonsai alias pohon yang dikerdilkan dalam pot sejak 2001. Kala itu, saat budidaya tanaman bonsai sempat booming, banyak rekan-rekannya yang ikutan budidaya.
Hanya, jika teman-temannya membudidayakan cara membeli, tidak dengan Ikwanto. Dia sering blusukan keluar masuk hutan untuk mencari koleksi tanaman. ”Saat awal awal ramai, saya sering berburu di hutan,” ujar dia.
Karena hobi, dia tidak mengenal waktu. Mulai pagi hingga sore dia jalani blusukan ke beberapa tempat di Jawa Timur mulai Lamongan, Gresik dan beberapa daerah lainnya. ”Dari dulu memang karena hobi, bahkan saya tidak ingat berapa biaya yang saya keluarkan untuk tanaman-tanaman ini,” jelas dia.
Di rumahnya, hingga kini masih ada berbagai macam tanaman bonsai. Mulai jenis lokal seperti pohon serut, asem kranji, hingga beberapa jenis yang sulit ditemui seperti beringin amplas, sisir, dan mustam, gulo gemantung dan beberapa jenis lainnya.
Pada dasarnya, kata bapak empat anak ini, semua tanaman bisa dibonsaikan. Asalkan, daunnya kecil, memiliki batang keras dan bisa hidup bertahun-tahun. ”Jenis yang paling saya sukai adalah pohon asam belanda,” jelas dia.
Tingkat keunikan dan keindahan suatu bonsai juga tergantung pada tingkat kekreatifan yang dimiliki pembudidaya bonsai. Jika sering bereksperimen dan mencoba hal baru, tentu bisa membuat bonsai yang biasa menjadi lebih unik. Selain itu, dari sekian jenis tanaman ada satu tanaman yang sulit ditanam. Yakni pohon asem kranji.
”Kalau pohon asem ini tidak bisa ditaman langsung. Tapi harus melalui bibit otomatis kan harus menunggu bertahun tahun hingga tumbuh besar,” jelas dia.
Selain itu perawatan bonsai ini juga butuh perhatian khusus, misalnya harus disiram setiap hari dan diberi pupuk seminggu sekali. ”Jika daunnya sudah agak lebat, kita potong dan kita beri kawat agar alur pohonnya tidak tumbuh ke atas, namun tumbuh sesuai konsep kita,” papar dia.
Saat booming, bonsainya sering dilirik bahkan dibeli sesama penggemar bonsai. Harganya juga cukup bervariatif, mulai Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta tergantung dari keunikan pohon tersebut. namun saat ini, jarang ada yang melirik tanaman tersebut karena sudah tidak begitu diminati. ”Kalau sekarang ya jarang, Cuma tanya tanya saja,” pungkasnya. (*)
(jo/ang/mar/JPR)
Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com
Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com