Jombang – Wana wisata Sumberboto di Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno selain dikenal dengan sumber airnya juga terdapat monumen perjuangan perjuangan Pasukan Wanara. Lokasinya di samping kolam renang, tempat gugurnya lima anggota pasukan akibat kena bom.
Suasana wisata alam Sumberboto saat ini juga lebih banyak sepi pengunjung. Yang ada beberapa petugas tengah sibuk membersihkan area kolam renang. Sementara petugas lainnya duduk-duduk santai di area parkir depan.
Di area kolam juga demikian, yang ada hanya tiga anak setempat tengah bermain air. “Ramai saat liburan saja. Kalau nggak begitu ya pas ada yang kemah,” Surono salah seorang petugas.
Tepat di samping kolam renang terdapat monumen yang sudah puluhan tahun berdiri. Yakni monumen perjuangan Pasukan Wanara (Komando Pasukan Gerilya Kehutanan). “Dibangun tahun 1970, waktu itu diresmikan Dirjen Kehutanan. Itu di prasastinya ada,” kata dia sembari menunjuk monumen.
Menurutnya, didirikan monumen, lantaran dulunya lokasi ini menjadi tempat gugurnya lima anggota Pasukan Wanara. Mereka gugur ledakan bom 500 kilogram peninggalan jaman Jepang yang berusaha dijinakkan. “Tiga orang dimakamkan di Jombang,” sebut dia.
Di area monumen itu sudah ditulis komplet siapa saja yang gugur saat berusaha menjinakkan bom itu. Meski untuk saat ini sudah tak ada sisa-sisa ledakkan menurut dia, dulu terdapat semacam peluru b di dekat monumen. “Bentuknya seperti peluru kendali, tapi sudah hilang tidak tahu kemana. Sekitar 1999-an, bentuk ujungnya lincip ada di dekat tiang bendera,” tutur salah seorang warga Dusun Sedah ini.
Sementara itu, Arif Bijaksana, Humas Perum Perhutani KPH Jombang mengakui selain wana wisata alam, di lokasi itu terdapat monumen perjuangan. “Jadi di sana (monumen) sekitar April 1948 itu bomnya meledak. Dulu kan di sana tempat merakit dari bom menjadi amunisi seperti peluru dan geranat,” kata Arif dikonfirmasi.
Meski begitu, untuk saat ini yang ada hanya monumen itu. Sementara sisa meledaknya bom itu sebagian ditempel di area monumen. “Sisanya ditempel, itu saja kalau yang lain sudah tidak ada lagi,” sambung dia.
Di awal pendirian monumen, ada beberapa sisa serpihan bom, peluru dan granat yang ditaruh di monumen. Dalam perjalanannya, sisa-sisa itu pun kini hilang. “Memang benar dulu banyak di situ, nggak tahu disimpan dimana tidak jelas. Kita sendiri kepinginnya menggali lagi dan dihimpun lagi, akan tetapi sudah sulit untuk melacaknya,” pungkas Arif. (*)
(jo/fid/mar/JPR)
Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com
Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com