JOMBANG – Kabar menggembirakan datang dari tim sepatu roda Kabupaten Jombang, yang mengikuti Kejuaraan Sepatu Roda se Jawa-Bali di Kabupaten Banyuwangi sejak Sabtu (19/1) hingga kemarin (20/1). Dalam kejuaraan ini, tim sepatu roda Kabupaten Jombang menjadi juara umum dengan raihan lima medali emas, dua medali perak, dan empat medali perunggu.
Hasil ini direspons Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi) Kabupaten Jombang dengan sangat positif. “Prestasi ini setimpal dengan usaha para atlet. Karena saat liburan kemarin, semua melakukan latihan dengan maksimal untuk mempersiapkan diri ikut kejuaraan ini,” ungkap Ketua Porserosi Jombang Sutrisno, kemarin.
Ia menilai, pemusatan latihan yang diikuti para atlet sepatu roda selama sebulan terakhir memang cukup berat. “Anak-anak betul-betul maksimal di kejuaraan ini. Atlet lawan yang lebih diunggulkan meraih medali emas, malah berhasil dikalahkan. Sehingga kita bisa menjadi juara umum,” lanjutnya.
Sutrisno menambahkan, juara umum sebenarnya bukan target utama. Hanya saja ia berharap jika atlet roda bisa bermain maksimal di kejuaraan ini, pengalaman bertanding sebelum mengikuti Porprov 2019 akan banyak didapat. “Selain itu juga untuk mengasah mental di kejuaraan antar provinsi,” imbuhnya.
Kabupaten Jombang sendiri hanya mengirim tujuh atlet sepatu roda dalam kejuaraan se Jawa-Bali tersebut. Sutrisno mengatakan, rencana awal memang delapan atlet sepatu roda. Hanya saja, satu atlet sepatu roda lainnya masih kelas 6 SD.
Sehingga pihak Perserosi sengaja tidak mengikutkan atlet tersebut, agar bisa fokus menghadapi ujian sekolah yang sebentar lagi berlangsung. “Yang satu kelas enam, biar dia aktif sekolah dulu. Nanti lain waktu bisa ikut kejuaraan lagi,” pungkasnya. (*)
(jo/wen/mar/JPR)
Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com
Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com
OMBANG – Industri rumahan yang memproduksi dompet di Kabupaten Jombang cukup banyak. Namun yang paling banyak ditemukan, adalah di Dusun Grogolan, Desa Rejoslamet, Kecamatan Mojowarno.
Kawasan ini sudah lama dikenal sebagai sentra industri dompet dan tas. Maka tak heran ketika bertandang ke sana, banyak menjumpai rumah penduduk menjadi tempat produksi. Mulai dari depan hingga dalam rumah lebih banyak dijumpai aktivitas pembuatan dompet maupun tas.
Salah satunya milik Imam Ghozali. Dia mengaku sudah sejak puluhan tahun lalu menekuni usaha itu. “Saya sendiri ini mulai sekitar 1995-an,” kata dia kemarin (20/1).
Dia kemudian menceritakan, kerajinan dengan bahan dasar kain CCI (bahan menyerupai kulit asli) itu sudah ada sejak kisaran 1984. “Awalnya dulu itu keluarga Pak Kades yang mulai merintis. Waktu itu cuma keluarga mereka saja,” tutur dia.
Singkat cerita, seiring berjalannya waktu, industri itu kemudian berkembang pesat. Hingga pada 1992-1995 hampir seluruh warga dusun setempat menekuni kerajinan itu. “Jadi yang sekarang perajin dulu itu rata-rata pernah bekerja di sana. Kemudian mengembangkan sendiri,” imbuh Rojali sapaan akrabnya.
Rojali sendiri awalnya hanya pekerja. Lantas membuka usaha sendiri. Sekarang ada ratusan perajin yang menyebar. Itu pun mayoritas berada di Dusun Grogolan. “Sekarang itu jumlahnya satu dusun 100 orang lebih dari sekitar 300 KK. Rata-rata yang sekarang memang anak-anak muda,” sambung lelaki usia 39 tahun.
Menurut bapak satu anak ini, tidak ada perajin khusus yang mengerjakan dengan model tertentu. Hampir seluruh perajin mengerjakan dengan model yang hampir sama.
Begitu pula dengan tas, ukuran dan modelnya juga rata-rata mengikuti tren. “Jadi semua tergantung keinginan yang buat. Pokoknya apa yang lagi tenar sekarang itu yang kita buat,” sambung Ketua KUB (Kelompok Usaha Bersama) Sumber Rejeki ini. (*)
(jo/fid/mar/JPR)
Article courtesy: Radarjombang.jawapos.com
Photo courtesy: Radarjombang.jawapos.com