TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG – Rencana pernikahan Kahiyang Ayu, putri Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi magnet tersendiri bagi banyak warga.
Selain tertarik dan ingin tahu bentuk dan proses pernikahan, ada juga yang berminat mengirimkan kado.
Satu di antaranya, Suparto (71), warga Dusun Klubuk, Desa Sukodadi, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang.
Suparto bukan tokoh atau orang terkenal, melainkan penambal ban sekaligus perajin burung Garuda Pancasila dan wayang purwo berbahan baku karet talang.
Itu sebabnya, yang akan dikirimkan kepada Kahiyang juga hasil kerajinannya, berupa burung Garuda Pancasila.
Dengan kado tersebut, Suparto yang pengagum Jokowi itu berharap Pancasila tetap berjaya di Indonesia.
Lelaki sederhana ini lantas berkisah, meski sehari-hari sebagai perajin wayang dan pahatan garuda Pancasila, namun khusus yang dikirim kepada putri presiden dibuat istimewa.
“Saya perlu empat hari untuk menggarap ukiran atau pahatan burung garuda ini. Sebab ini karya yang khusus akan saya hadiahkan kepada putri Bapak Jokowi,” kata Suparto kepada Surya di kediamannya, Rabu (25/10/2017).
Selain digarap paling memerlukan waktu lama dan kualitasnya paling bagus, juga ukurannya paling besar ketimbang yang dijajakan atau dipajang di ‘show room’ rumahnya.
“Ini tingginya satu meter dan lebar juga satu meter. Yang lain-lain itu lebih kecil,” jelas Suparto.
Dengan kado burung Garuda Pancasila ini suparto berharap presiden Jokowi terus bertindak menegakkan Pancasila sebagai dasar negara di Republik Indonesia.
“Sebab akhir-akhir ini ada kelompok-kelompok tertentu sengaja menggoyang Pancasila,” tutur Suparto.
Kado burung Garuda Pancasila itu sendiri sebenarnya tergolong murah jika dinilai dengan uang.
Biasanya Suparto mematok harga Rp 200.000 untuk hasil kerajinan karyanya itu.
“Tapi saya berpikir Pak Jokowi dan Kahiyang tentu tak akan menilai dari murah dan mahalnya harga kado, melainkan dari makna yang terkandung di dalamnya,” ucap Suparto.
Suparto berencana mengirimkan kado yang dinilai istimewa itu melalui Kantor Pos pada 1 November 2017.
Diharapkan sebelum hari pernikahan Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution, burung Garuda Pancasila hasil karyanya ini sudah diterima Jokowi dan Kahiyang.
FaktualNews.co – Popularitas kesenian tradisional Ludruk, kini sudah berangsur pudar. Kesenian tradisional asal Jombang, Jawa Timur, yang melegenda itu, sudah mulai mati dihimpit moderintas zaman.
Namun, ditengah minimnya kepedulian terhadap nasib kesenian Ludruk, PT Multi Bintang Indonesia Tbk (Multi Bintang) menggelar diskusi budaya ludruk dalam rangka perayaan 20 tahun salah satu brewery miliknya yang berlokasi di Sampang Agung.
“Sebagai Perusahaan yang sudah berdiri selama lebih dari 85 tahun, kebudayaan Indonesia telah menjadi hal yang tidak terpisahkan dari Multi Bintang,” kata Corporate Communication Manager PT Multi Bintang Indonesia Tbk Agnes Agastia, pada rangkaian perayaan 20 tahun Sampang Agung Brewery, di Mojokerto (14/10/2017).
Selain pagelaran yang dibawakan oleh sanggar ludruk Karya Budaya, diskusi budaya juga dihadiri oleh beberapa pembicara terkenal seperti seniman ludruk, Cak Kartolo, Cak Edi Karya, Pimpinan Sanggar Ludruk “Karya Budaya” dan Dr Yayan Sakti Suryandaru, Pengamat Budaya dan Media.
Ludruk merupakan sebuah pertunjukan drama tradisional yang berasal dari Jawa Timur. Pada pementasannya, Ludruk menceritakan kisah-kisah kehidupan sehari-hari rakyat biasa, yang seringkali dibumbui dengan humor atau komedi dan kritik sosial. Pementasan Ludruk biasanya dibuka dengan Tari Remo dan parikan.
Hal ini disampaikan Edi Karya, salah seorang seniman ludruk yang juga pimpinan ludruk Karya Budaya asal Mojokerto. Dan dalam perkembangannya, menurut pria yang biasa dipangil Cak Edy ini, bahwa kini tantangan yang dihadapi ludruk sangat besar, terkait dengan perkembangan teknologi dan arus informasi dari luar.
“Sebenarnya ada tiga pilar yang mendorong keberlangsungan kesenian ludruk, yaitu seniman itu sendiri, masyarakat, dan juga pemerintah. Khususnya kepada seniman, itu harus kreatif dalam menciptakan cerita dan pagelaran yang menarik,” ujar Cak Edi.
Dan Cak Kartolo, yang merupakan salah seorang legenda hidup ludruk, pun mengamini hal yang sama.
Sementara itu, pengamat budaya dan media, Dr. Yayan Sakti Suryandaru menyampaikan bahwa, banyak terobosan yang perlu dilakukan agar ludruk bisa menjadi bagian dari budaya masyarakat, dan juga bisa dinikmati generasi muda.
“Selain bersama-sama meminta perhatian kepada pemerintah, yang bisa dilakukan oleh seniman ludruk ya mulai mengaktifkan social media-nya untuk bisa menjadi sarana dalam mempromosikan kesenian ludruk di masyarakat. Bisa melalui youtube atau media platform lainnya,” kata Yayan yang juga staf pengajar di jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga ini menambahkan.
Setelah menggelar diskusi budaya tentang ludruk, di hari yang sama Multi Bintang juga menyelenggarakan kegiatan Kolaborasi Pagelaran ludruk antara Sanggar Ludruk Karya Budaya dengan Cak Kartolo cs, yang diadakan di lapangan desa Sampangagung, Kutorejo, Mojokerto.
JOMBANG – Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim di Trowulan meminta Pemkab Jombang sebagai tuan rumah tidak tinggal diam. Menyusul ditemukannya kembali benda kuno bersejarah di Desa Karobelah, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang beberapa waktu lalu. Meski sepenuhnya menjadi kewenangan BPCB, namun pemkab mampu berperan lebih.
”Setelah menarima laporan tersebut, kami sudah turun ke lapangan. Namun sifatnya baru peninjauan. Insya Allah minggu depan kami akan ke lokasi lagi untuk melihat detail,’’ ujar Widodo, Kasi Pemeliharaan BPCB Mojokerto dikonfirmasi kemarin (30/9).
Dia berharap, Pemkab Jombang dalam hal Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, ikut andil dalam merespons temuan tersebut. ”Besar harapan kami, pemkab juga dapat berperan lebih, mengingat temuan tersebut di wilayah Kabupaten Jombang,’’ tandasnya.
Setelah tim turun ke lokasi, rencananya BPCB akan melakukan kajian. Kajian tersebut dilakukan untuk menentukan temuan benda tersebut, apakah benar-benar bersejarah atau tumpukan benda kuno.
Disinggung mengenai tindak lanjut dari temuan batu bata kuno di lokasi galian Desa Sugihwaras, dia menyebut laporan sudah diproses. Hanya ia belum bisa memaparkan secara rinci, dari hasil yang dilakukan BPCB maupun pemkab. ”Itu sudah lama temuannya, silahkan konfirmasi ke dinas terkait,’’ pungkas Widodo.
(jo/ang/bin/JPR)