JOMBANG – Ratusan anak-anak di Kota Santri mengikuti uji talenta pemilihan Guk Yuk Cilik Jombang kemarin (26/8). Mereka pun unjuk kebolehan. Mulai dari menari, menyanyi, pantonim, mengaji, mendongeng, pidato, baca puisi hingga menjadi dalang cilik.
”Ada sekitar 600 peserta yang berpartisipasi, seleksi administrasi sudah dilaksanakan sebelumnya. Saat ini sudah masuk tahap uji talenta,” ujar Wiwik Emy Tjitrawati, Kepala Disbudpar Jombang.
Ada tiga kategori, diantaranya kategori A (PAUD), B (siswa kelas 1-3) dan C (siswa kelas 4-6). Para peserta Guk Yuk Cilik ini pun tampak begitu antusias mengikuti tahapan seleksi kedua ini.
Bakat yang ditampilkan anak-anak ini pun sangat bervariasi. Diantaranya menari tradisional. Namun ada pula yang menyanyi, qasidah, baca puisi, pidato, mendongeng, wushu, balet, mengaji dan masih banyak lagi.
Namun tidak sedikit yang menampilkan kesenian khas Jombang seperti Tari Remo, jaranan dan dalang. ”Bakat anak-anak ini luar biasa, ajang ini salah satu wadah mereka berkreasi,” tuturnya.
Dia menambahkan babak grand final nanti hanya diikuti 60 peserta terbaik dari ketiga kategori itu. “Untuk penyelenggaraan babak final masih belum kami tentukan, karena masih menunggu kepulangan bapak bupati melaksanakan ibadah haji,” tandasnya.
(jo/ric/bin/JPR)
Jombang – Jika Madura terkenal akan karapan sapinya, Jombang juga mempunyai perlombaan yang tak kalah seru, yakni karapan kambing. Sama dengan karapan sapi, joki harus beradu cepat memacu kambing mereka untuk mencapai garis finish. Begini keseruannya.
Perlombaan unik ini digelar di Dusun Gondang, Desa Carangwulung, Wonosalam. Sebelum dimulai, panitia memberikan arahan kepada para joki agar bermain sportif. Setelah itu berbagai persiapan pun dimulai.
Agar tak cedera, setiap joki wajib memakai helm, pelindung lutut dan siku. Berbekal pemukul dari bahan styrofoam, para joki berjongkok di rangka kayu yang sudah terikat pada dua ekor kambing. Dalam hitungan ke tiga, setiap joki harus memacu kambing mereka menggunakan styrofoam agar larinya makin kencang. Dalam sekali start, hanya dua peserta yang diadu kecepatannya di lintasan sepanjang 150 meter.
Teriakan para penonton menambah keseruan perlombaan ini. Ditambah lagi tingkah lucu kambing-kambing peserta yang tak jarang berlari tak sesuai arah lintasan lomba. Ada yang justru berbelok ke lintasan lawan, ada pula yang hanya diam di tengah lintasan meski sang joki terus memukul pantatnya.
Ketua Panitia Karapan Kambing Agus Widodo mengatakan, tahun ini peserta mencapai 25 joki. Mereka berasal dari sejumlah desa di Kecamatan Wonosalam. Untuk karapan kambing ini pihaknya tak membatasi jenis kambing peserta. Selain menggunakan kambing Jawa dan ettawa, ada pula peserta yang menggunakan domba.
“Karapan kambing ini kami menggunakan sistem gugur sampai ada juara pertama,” kata Agus kepada wartawan di lokasi, Minggu (27/8/2017).
Karapan kambing kali ini akan diambil tiga juara pertama. Juara I mendapatkan hadiah uang tunai Rp 1,5 juta, juara II Rp 1 juta, sedangkan juara III Rp 500 ribu. “Karapan kambing ini rutin kami gelar setiap tahun, harapan kami ini menjadi ikon wisata di Wonosalam,” ujar Agus.
Salah seorang peserta Sutran (30) mengaku mengendalikan kambing menjadi kesulitan utama dalam perlombaan ini. Meski sering dilatih, ternyata tak menjadi jaminan kambing-kambing peserta akan berpacu lurus di lintasan lomba.
“Kesulitannya hanya kambingnya tak mau jalan, atau mau lari tapi berbelok arah,” tandasnya.