Jombang, HarianForum.com – Setahun belakangan, pamor industri kerajinan cor kuningan mulai tampak bersinar. Produk andalan Kabupaten Jombang ini, sempat lesu di tingkat produksi dan penjualan. Kondisi tersebut seperti diungkapkan Salim (51), salah satu pemilik industri kerajinan cor kuningan yang tinggal di Dusun Sanan Selatan, Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang.
Menurutnya, merosotnya pamor industri kerajinan turun-temurun ini terjadi, lantaran melonjaknya harga bahan baku. Selain itu, harga jual hasil kerajinan cor tersebut kurang bagus. Sehingga, beberapa pengrajin terpaksa gulung tikar. Mereka pun memilih beralih profesi.
“Kebanyakan para pemilik usaha kerajinan cor kuningan menghentikan produksi, karena tak mampu membeli bahan baku yang harganya terus naik. Padahal, hasil kerajinan cor kuningan ini, sudah merambah ke manca negara,” kata pemilik galeri cor kuningan bernama Shiwa ini.
Meski mulai ada geliat bangkit dari kelesuan, lanjut Salim, bukan berarti industri tersebut tak ada hambatan yang dihadapinya. “Kendala terbesar yang kita hadapi, tetap pada permodalan. Sebab, dengan perputaran modal yang kecil, tentu berakibat tidak cepatnya pemenuhan order. Saat ini, kita hanya bisa menunggu pemesan lebih dulu membayar, baru kita menyelesaikannya,” papar pria yang menekuni usaha ini sejak tahun 1993 silam.
Salim berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang bisa memfasilitasi permodalan demi peningkatan usaha yang diproduksi pengrajin. “Ini demi industri andalan Jombang kembali bangkit dan moncer di pasar lokal dan dunia,” paparnya.
Dia juga mengungkapkan, selain melayani pasal lokal Indonesia, diantaranya Jakarta dan Bali, hasil produknya juga sudah mampu menembus pasar manca negara seperti Korea dan Belanda. “Pesanannya berupa macam-macam. Diantaranya patung orang, hewan, dan kerajinan lain sebagai pajangan ruangan. Mulai ukuran kecil seberat 1 kwintal, hingga yang besar seberat 2 kwintal lebih,” jelasnya.
Soal pasar, masih kata Salim, industri kerajinan cor kuningannya tidak stagnan. Dibantu seorang tenaga ahli dan 7 pekerja, dirinya selalu membuat inovasi dalam produknya, agar mampu meningkatkan minat pasar. “Tentu, soal kualitas tak perlu diragukan lagi. Karena, industri kerajinan ini juga menyangkut nama Jombang,” ungkap Salim yang juga mengaku omset dari usahanya ini mencapai Rp 250 juta per tahun. (snk)