• info@njombangan.com

Daily ArchiveMay 12, 2017

Pameran Tunggal ‘Amok Tanah Jawa’

TRIBUNJOGJA.COM – Perupa Moelyono akan menggelar pameran tunggal bertajuk Amok Tanah Jawa.

Pameran akan digelar mulai 20 Mei sampai dengan Juli 2017, di Langgeng Art Galeri, Jalan Suryodiningratan 37 Yogyakarta.

Acara pembukaan, Sabtu (20/5/2017) pukul 19.00 WIB, oleh Dirjen Kebudayaan RI, Hilmar Farid.

Pembukaan bakal dimeriahkan oleh grup Ludruk “Budhi Wijaya” dari Desa Gempolkerep, Jombang, Jatim, yang mementaskan lakon Geger Pabrik Gula.

Menurut rilis yang diperoleh TribunSolo.com, Kamis (11/5/2017), pameran itu akan menampilkan serangkaian karya lukis dan instalasi maupun performans.

Adapun Moelyono (60), perupa kelahiran Tulungagung, Jatim, pada perkembangan seni rupa di Indonesia tahun 1980-an selalu dikaitkan dengan gerakan seni aksi dan aktivitasnya yang berbeda pada zamannya.

Dia selalu melibatkan isu-isu sosial dalam kehidupan masyarakat marjinal, antar alain persoalan petani, buruh dan aspek pendidikan

Sampai kini Moelyono tinggal di daerah kelahirannya.

Moelyono memilih terlibat langsung dengan masyarakat di sekitarnya.

Pengalaman artistik, berpameran tunggal maupun mengembangkan diri, membentang selama puluhan tahun, setidaknya empat dekade terakhir, di dalam maupun luar negeri.

Terakhir ia menjadi konseptor gerakan seni rupa untuk difabel.

Ia adalah fasilitator Kelompok Perspektif Yogyakarta yang anggotanya adalah anak-anak difabel, dengan kegiatan utama bersenirupa.

Sejak beberapa tahun belakangan, Moelyono mulai tertarik kepada bentuk-bentuk kesenian tradisional di Jawa yang peminatnya semakin sedikit dan mengancam keberlangsungan kehidupan kesenian para pelakunya.

Adapun padap ameran ini Moelyono menampilkan serangkaian lukisan, performans atau pertunjukan kesenia tradisional ludruk dan instalasi serta arsip-arsip.

Empat lukisan mengadaptasi adegan lukisan maestro seperti lukisan Raden Saleh “Penangkapan Diponegoro” , lukisan-lukisan karya maestro seni lukis modern S.Sudjojono, Hendra Gunawa, “Pengantin Revolusi”.

Penggambaran dari ludruk sesuai dengan tujuan dari sujyek yang hendak ia ungkapkan tentang ketidak-adilan sosial terhadap masyarakat di pedesaan yang seringkali harus kalah  dalam menghadapi kemajuan. (*/junianto setyadi)

 

Penulis: Junianto Setyadi

Article courtesy: Tribunnews.com

Photo courtesy: Tribunnews.com