TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Alunan musik jazz yang lembut dan merdu lamat-lamat terdengar dari tengah perkampungan Jawa di Dusun Gondang, Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Sabtu (6/5/2017) malam lalu.
Sejumlah musisi jazz ternama tanah air silih berganti tampil di panggung Amphitheater.
Ada Indra Lesmana, Syaharani, Monita Tahalea, Nita Aartsen, Pramono Abdi, dan sejumlah musisi jazz lainnya.
Beberapa dari musisi jazz tersebut ditemani grup band-nya saat membawakan lagu-lagu andalannya. Misalnya, Indra Lesmana bersama Keytar Trio, Syaharani & Queenfirework (ESQI:EF), dan Pramono Abdi dengan Quartetnya.
Mereka silih berganti tampil, dengan masing-masing membawakan lima lagu. Penampilannya benar-benar menyihir ratusan penonton yang hadir.
Tanpa terasa, waktu menunjuk pukul 23.00 WIB. Menjelang tengah malam pertunjukan bertajuk ‘Jazz Kampoeng Djawi’ yang dimulai sejak pukul 14.00 WIB tersebut usai digelar.
Sekitar 250 orang penonton, mayoritas para penggemar musik jazz dari berbagai komunitas di tanah air benar-benar larut dalam suasana masa lampau dengan balutan warisan tradisi yang disajikan Kampoeng Djawi.
Di kampung ini, kita akan dibuat kagum dengan kentalnya budaya Jawa. Mulai dari musik tradisional yang disajikan dan dikombinasi dengan aransemen jazz, ornamen panggung, hingga makanan dan jajanan yang disajikan, semuanya khas Jawa.
Jadi, malam itu, irama musik jazz yang easy listening benar-benar membawa ratusan orang yang hadir menikmati dan mengembara ke kampung Jawa kuno.
Rudi Ermawan Founder Jazz Kampoeng Djawi, Selasa (9/5/2017) mengatakan, Jazz Kampoeng Djawi merupakan event yang rutin digelar setiap tahun. Hasil kerjasama antara Kampoeng Djawi dengan Komunitas Jazz Jombang.
“Tahun ini adalah kali ketiga kita gelar sejak event tersebut digelar pertama pada 2015 lalu,” ujarnya, kepada Tribunjatim.com.
Keberadaan ‘Jazz Kampoeng Djawi’ yang dipadu dengan pemberian workshop dari para musisi jazz ternyata dapat menarik minat para penggemar dan komunitas musik jazz Indonesia.
Apalagi komunitas juga diberi kesempatan untuk tampil, dan Sabtu kemarin, ada setidaknya tujuh komunitas jazz lokal yang diberi panggung untuk unjuk kebolehan.
Makin banyaknya jumlah pengunjung menegaskan hal itu. Jika saat pertama kali digelar pada 2015, hanya 150 orang yang menonton. Pada 2016 naik jadi 200 orang, dan tahun ini penonton naik menjadi 250. Meski mereka harus membayar cukup mahal, Rp 300 ribu.
“Tapi, event ini tak pakai sponspor lho ya. Murni swadaya dari pecinta musik jazz,” ucap Rudi Ermawan.
Mereka, kata pria asal Lamongan ini rela merogok kocek yang tidak sedikit semata-mata hanya agar ada tempat berkesenian untuk musik jazz, khususnya di Jombang.
Untuk itu, ke depan, pihaknya, kata Rudi akan terus menggelar event ‘Jazz Kampoeng Djawi’. Apalagi event yang telah ditunggu-tunggu oleh pecinta dan komunitas jazz ini merupakan rangkaian dari tradisi Kenduren di Wonosalam, Jombang. Yakni, makan duren gratis saat panen raya.
“Makanya Jazz Kampoeng Djawi akan terus kita pertahankan,” tegasnya.
Jumlah peserta yang diundang juga akan terus diperluas. Jika tahun ini, dari 250 orang yang hadir masih berasal dari Jawa Timur, dan sejumlah kota lain di Jawa dan Bali, seperti Jakarta, Solo, Yogyakarta, dan Denpasar.
Tahun depan, Rudi ingin komunitas jazz dari seluruh Indonesia bisa hadir di Kampoeng Djawi yang dibangunnya. Untuk menyaksikan dan menikmati musik jazz dengan balutan tradisi serta budaya Jawa tempo dulu. (Tribunjatim.com/Mujib Anwar)