• info@njombangan.com

Daily ArchiveMarch 20, 2017

Santri Jombang Antusias Kembangkan Industri Kreatif

Jombang (beritajatim.com) – Ratusan santri dan mahasiswa di Jombang sangat tertarik untuk menjajaki dan mengembangkan gagasan industri kreatif. Antusiasme yang cukup tinggi itu tampak dalam dialog bersama Ketua Pokja Industri Kreatif Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Irfan Wahid, yang berlangsung di Pesantren Tebuireng, Ahad (19/3/2017) sore.

Ahmad Dika Maulana (17), misalnya, menceritakan pengalamannya mengembangkan komunitas fotografer santri di lingkungan Pesantren Tebuireng. “Saya dan teman-teman juga bekerjasama dengan santri dari pesantren lain di Jombang,” ujarnya.

Kepada Irfan Wahid, siswa Madrasah Aliyah Salafiyah Syafi’iyah (MASS) Tebuireng itu meminta saran dan masukan untuk pengembangan komunitas fotografer yang dipimpinnya. Dia berharap, komunitas tersebut dapat berkembang lebih lanjut menjadi fotografer profesional.

Lain lagi dengan Azmil (21), mahasiswi Fakultas Ekonomi Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng itu berniat mengembangkan usaha yang dibutuhkan mahasiswa. Tapi, ia bingung harus membuka usaha apa. “Kira-kira usaha apa yang pas untuk mahasiswa?” tanya dia.

Pertanyaan lain dilontarkan oleh Zulfia Ulfa (19). Dia punya ide mengembangkan usaha kuliner pisang cokelat. Tapi, dia bingung produk tersebut harus diberi nama apa.

“Saya ingin produk saya nanti menembus pasar ekspor. Tapi takut nama yang saya pilih nanti sulit diucapkan konsumen di luar negeri,” ungkapnya dengan percaya diri.

Gus Ipang –sapaan akrab Irfan Wahid– kemudian membagikan tips berwirausaha kepada para santri. “Kuncinya, niat bisa dan pilih sesuatu yang berbeda, yang unik dan membuat orang memilih produk kita. Juga, buka wawasan serta harus tekun dan jangan menyerah,” pesan pria yang dikenal luas sebagai konsultan branding ini.

Dalam kesempatan tersebut, Gus Ipang juga mengkritik kaum muda yang senang mencari jalan pintas dan cenderung malas belajar. “Banyak orang menyerah sebelum melalukan. Ciri khas anak sekarang, mau enaknya doang. Maunya, sedikit-sedikit minta shortcut (menu pintas),” kritiknya.

Di era teknologi informasi, pemanfaatan aplikasi online untuk memasarkan sebuah produk, tidak bisa dihindarkan. Dengan sentuhan kreativitas, produk yang sama bisa berbeda nilai jualnya. “Dengan bantuan aplikasi, produk kuliner, jasa laundry, hingga jasa mengajar privat pun dapat lebih menarik pelanggan,” saran putra sulung KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) ini.

Irfan juga mengapresiasi komunitas fotografer santri yang sudah menjalin kerjasama dengan komunitas lain. “Semakin besar komunitas, akan membuat Anda lebih dikenal dan tahu potensi diri,” sarannya.

Anggota KEIN ini menuturkan, pihaknya ingin mendorong kalangan santri agar menjadi wirausahawan dan memasuki sektor industri kreatif. Pasalnya, sektor ini semakin banyak menyerap tenaga kerja dan menjadi tren perekonomian global.

“Dari tiga subsektor saja (kuliner, fashion dan kriya), industri kreatif telah mampu menyerap 14,9 juta tenaga kerja pada 2015. Angka ini terus meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” tuturnya.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Irfan mengatakan, pertumbuhan industri kreatif masih sangat menjanjikan. Di bidang animasi, misalnya, saat ini baru terpenuhi sekitar seratus animator. Padahal, kebutuhannya lebih dari 1.000 animator per tahun. “Pada 2015, nilai ekspor kuliner, fashion dan kriya mencapai 19,3 juta dolar,” ungkapnya.

“Keinginan Presiden Jokowi agar pesantren dapat menjadi penopang ekonomi nasional begitu tinggi. Sebagai Ketua Pokja Industri Kreatif, saya mencoba mendorong hal itu melalui sektor industri kreatif dan wirausaha santri,” pungkasnya. [suf]

 

Penulis: Syamsul Arifin
Article courtesy: jombang.nu.or.id
Photo courtesy: Jatimtimes.com