• info@njombangan.com

Yearly Archive2017

Kisah Unik Tiga Mantan Menteri saat Diminta Menjabat di Era Pemerintahan Gus Dur

SURYA.co.id | JOMBANG – Haul mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke-8 di Ponpes Tebuireng Jombang menjadi ajang berbagi cerita menggelitik oleh tiga mantan menteri era Presiden Gus Dur, Kamis (18/12/2017) malam hingga Jumat (29/12/2017) dini hari.

Ketiga mantan menteri era Gus Dur itu Menko Ekuin Rizal Ramli, mantan Menhan Mahfud MD, dan mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Khofifah Indar Parawansa, yang kini Menteri Sosial

Banyak hal menarik dan lucu disampaikan selama ketiganya membina hubungan dengan cucu pendiri NU KH Hasyim Asyari tersebut, yang belum banyak diketahui masyarakat.

Mahfud MD misalnya, menceritakan saat ditunjuk sebagai menteri pertahanan oleh Gus Dur.

Mahfud berkisah, ia dipanggil Presiden Gus Dur di sebuah rumah di Jalan Irian Nomor 7, Jakarta Pusat.

Rumah ini memang tempat bertemunya Gus Dur dengan tamu-tamu di luar jam kerja.

 

Setelah bertemu, Gus Dur mengatakan di kabinetnya dibutuhkan tiga ahli tata negara yang tegas untuk jabatan menteri.

“Saya sudah punya dua. Marsillam Simanjuntak dan Yusril Ihza Mahendra. Satunya lagi saya minta Antum (Anda) di kabinet,” kata Gus Dur.

Mahfud yang saat itu Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) pun bertanya, menteri apa yang ditawarkan. Gus Dur cepat menjawab, “Menteri pertahanan”.

Mahfud pun kaget karena tidak menduga dan percaya. Bahkan merasa salah dengar.

Ia mengira yang dimaksud Gus Dur menteri pertanahan.

Namun, Gus Dur menegaskan jabatan untuk Mahfud menteri pertahanan.

Mahfud pun menyatakan kepada Gus Dur ia tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang militer dan pertahanan sehingga kurang tepat mengisi pos itu.

“‘Antum’ bisa tanya pada Pak Yudhoyono (Susilo Bambang Yudhoyono). Sebab yang penting otoritas dan arah kebijakan, bukan teknis kemiliterannya. Saya jadi presiden juga tidak punya pengalaman kok,” ucap Mahfud menirukan Gus Dur, disambut tawa hadirin.

Rizal Ramli juga menyampaikan pengalaman ketika dia diminta menjadi Kepala Bulog, guna menstabilkan harga beras yang dipasaran terus dipermainkan.

“Pertama saya mencoba menolak karena saya pernah mengritik dan menyaranan Bulog dibubarkan. Tapi Gus Dur ngotot, dan akhirnya saya bersedi. Pada era Gus Dur, harga beras stabil tanpa impor. Kalau impor beras mah, tentu stabil,” ucap Rizal.

Ada lagi yang unik dialami Rizal Raml. Yakni saat dirinya diminta membenahi manajemen Industri Pesawat Terbang Nurtanio yang dipimpin Habibie, karena terlalu boros dan tidak pernah profit.

“Semula juga karena saya ini Kepala Bulog kok diminta membenahi industri pesawat. Tapi Gus Dur ‘memaksa’ saya membenahi. Akhirnya manajemen saya rombak, sehingga mulai efisien dan profit,” kata Rizal.

Lain lagi pengalaman Khofifah. Khofifah mengaku sebenarnya bukan dirinya yang diminta jadi menteri oleh Gus Dur.

Tapi Khofifah hanya diutus Gus Dur menemui Saparinah Sadli untuk jadi menteri peranan wanita.

“Tapi Bu Saparinah Sadli secara halus menolak dengan alasan usia sudah lanjut. Bu Saparinah Sadli justru mengajukan saya untuk menjadi menteri peranan wanita,” katanya.

Mendengar saran Saparinah Sadli, Gus Dur setuju, dan meminta Khofifah jadi menteri.

Khofifah mengaku juga sempat keberatan karena karena pernah mengusulkan kementerian peranan wanita dibubarkan saja.

“Tapi Gus Dur santai saja menjawab, ya ganti saja nama kementeriannya. Beliau juga bilang saya percaya Bu Saparinah Sadli, karena itu saya juga percaya kepada orang yang ditunjuknya. Jadilah saya menteri, namun nama saya ganti jadi Pemberdayaan Perempuan,” imbuh Khofifah yang kini menjadi Menteri Sosial itu.

Acara Haul Gus Dur ke-8 di Ponpes Tebuireng dihadiri ribuan warga. Mereka tak hanya datang dari Jombang, melainkan juga dari luar daerah.

Dari jajaran tamu penting adalah tiga menteri era Presiden Gus Dur.

Ketiganya mantan Menteri Pertahanan Mahfud MD, mantan Menko Ekuin Rizal Ramli dan mantan Menteri Pemberdayaan Perempaun Khofifah Indarparawansa (yang sekarang menteri Sosial).

Dari jajaran keluarga Gus Dur, hadir tuan rumah KH Salahudin Wahid (Gus Solah) yang juga adik kandung Gus Dur.

Lalu adik perempuan Gus Dur Lily Khotidjah Wahid, dan putri Gus Dur, Alisa Qotrunada, serta istri Gus Solah Hj Farida Solah.

 

Penulis: Sutono
Article courtesy: tribunnews.com
Photo courtesy: surya.co.id

Haul Gus Dur, dari Jenderal, Imam Istiqlal Sampai Penyanyi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Haul almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kembali digelar di kediaman almarhum, di Jalan Warung Silah No. 10, Ciganjur, Jakarta Selatan, Jumat (22/12) malam ini. Kegiatan haul Gus Dur ini dihadiri kurang lebih seribuan orang dari berbagai kalangan.

Selain itu, juga banyak tokoh yang hadir untuk menyemerakkan haul dan mendoakan Gus Dur yang wafat pada 30 Desember 2009 lalu. Sudah delapan tahun Indonesia ditinggal oleh Presiden ke empat ini, sehinga haul ini pun disebut Haul Sewindu (delapan tahun) Gus Dur.

Berdasarkan pantauan Republika.co.id di lokasi, hadir sejumlah tokoh seperti KH Mustofa Bisri (Gus Mus), Saifullah Yusuf (Gus Ipul) , Mahfud MD, Kak Seto, Imam Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, dan Mantan Kapolri atau mantan ajudan Gus Dur, Jenderal Sutarman.

Tak lama kemudian, Ketua Umum PBNU, KH Said Aqil Siradj datang dengan mengenakan pakaian putih. Sekitar pukul 20.30 WIB, disusul oleh Mantan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmyanto. Sementara, Kapolri Tito Karnavian diwakili oleh Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Polri Lutfi Lubihanto.

Bahkan, artis dangdut Cici Paramida juga tampak hadir ke acara haul yang mengangkat tema ‘Semua Demi Bangsa dan Negara’ ini. Acara tersenit diawali dengan menyanyikan Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan lagu Syubbanul Wathon (Cinta Tanah Air) karya pendiri NU, KH Wahab Hasbullah.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan tahlil yang dipimpin oleh Kiai Husein Muhammad dan doa dipimpin oleh Syekh Abdul Majid. Sebelum membaca doa, Syekh Abdul Majid menyampaikan, “Ketika saya mengatakan bahwa Abdurrahaman Wahid tokoh terbaik bukan sekedar basi-basi, tapi beliau adalah ketua NU yang pada saat yang sama beliau memimpin Republik Indonesia yang penduduknya terbesar di dunia.”

 

Penulis: Joko Sadewo
Article courtesy: Republika.co.id
Photo courtesy: Nu.or.id

Resmikan Tol Surabaya-Mojokerto, Jokowi Ingin Merak-Banyuwangi Terhubung Tol di 2019

Merdeka.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan Tol Surabaya-Mojokerto (Sumo) yang terdiri dari seksi IB Sepanjang-WRR 4,3 km, Seksi II WRR-Driyorejo 5,1 km dan Seksi III Driyorejo-Krian 6,1 km. Ruas jalan tol ini dinilai sebagai inti dari jalan tol Sumo dengan total panjang 34 km.

“Hari ini kita akan meresmikan seksi 1B, seksi 2, dan seksi 3 tol Surabaya-Mojokerto yang panjangnya 15,5 km. Ketiga seksi ini adalah tiga bidang seksi pamungkas jalan tol Surabaya-Mojokerto yang totalnya sepanjang 34 km,” kata Jokowi di Surabaya, Selasa (19/12).

Dia menambahkan, pemerintah akan terus mengebut pembangunan jalan tol dari Merak sampai Banyuwangi sepanjang 1.167 km. Ditargetkan, hingga akhir 2019 jalan tol tersebut bisa selesai.

“Saya sudah kejar jalan tol Merak sampai Banyuwangi setiap hari agar pada akhir 2019 tanpa alasan harus selesai. Jangan ada alasan Pak pembebasannya belum beres,” imbuhnya.

Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Herry TZ menjelaskan, jalan tol ini sudah menggunakan Gardu Tol Otomatis (GTO), di mana tarifnya sebesar Rp 36.000 dengan rincian Rp 1.050 per km. Rencananya, tarif tol ini akan digratiskan selama seminggu.

“Tarifnya Rp 36.000 sampai Mojokerto. Menurut saya tarifnya relatif, tidak kemahalan,” jelas Herry.

Dia berharap dengan diresmikannya jalan tol ini akan mengurangi kemacetan sekaligus menghemat waktu tempuh. Selain itu, jalan tol ini juga diharapkan bisa mengembangkan ekonomi daerah dengan dibangunnya kawasan industri.

“Kawasan industri akan bergerak. Kawasan industri kan tidak jauh dari akses jalan tol, di mana dia boleh jauh tapi mudah masuk dan tidak jauh dari pelabuhan. Ini pas nanti ada bunderan langsung bisa masuk ke pelabuhan, tidak harus macet di Surabaya.”

Tol Sumo sendiri terdiri dari 4 seksi ruas jalan, dengan seksi I dibagi atas dua bagian, yakni seksi IA dan IB dari Waru ke Sepanjang dan Sepanjang ke Western Ring Road. Dua seksi telah beroperasi lebih dulu pada 2011 dan 2016 lalu yakni, Seksi 1A dan Seksi IV.

Seksi IA membentang mulai dari Waru hingga Sepanjang, beroperasi pada 27 Agustus 2011. Tarif tol untuk mobil pribadi saat itu adalah Rp 1.500. Sementara seksi IV ruas Krian-Mojokerto sepanjang 18,6 kilometer diresmikan dan beroperasi pada 19 Maret 2016, dengan tarif dipatok Rp 15.500 untuk kendaraan golongan I sepanjang seksi IV itu.

Sedangkan tiga seksi lainnya yang akan beroperasi meliputi Seksi IB mulai dari Sepanjang hingga Western Ring Road (WRR) sepanjang 4,3 kilometer, Seksi II WRR-Driyorejo sepanjang 5,1 kilometer dan Seksi III Driyorejo-Krian sepanjang 6,1 kilometer.

Beroperasinya seluruh seksi Jalan Tol Surabaya-Mojokerto menjadi pelengkap proyek Jalan Tol Trans Jawa yang akan membentang dari Merak hingga Banyuwangi. Jalan Tol Surabaya-Mojokerto diharapkan dapat memperlancar arus distribusi barang dan jasa, serta meningkatkan perekonomian Indonesia khususnya di Pulau Jawa. [idr]

 

Penulis: Siti Nur Azzura
Article courtesy: Merdeka.com
Photo courtesy: Kompas.com

Polda Jatim akan Beri Penghargaan ke Polisi Ganteng Tertabrak KA

Jombang – Polda Jatim mengajukan ke Mabes Polri untuk memberikan penghargaan kepada Bripda Sheriff Gagah Hidayattulloh. Bripda Sheriff merupakan anggota Satuan Lalu Lintas Polres Jombang, meninggalsaat menjalankan tugas.

“Kami sudah mengusulkan ke pimpinan, ke kapolda dan Mabes Polri, untuk memberikan penghargaan kepada almarhum,” kata Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera saat dihubungi, Minggu (17/12/2017).

Barung mengatakan, usulan pemberian penghargaan bagi keluarga Sheriff ini sudah disampaikan pagi tadi. Katanya, pimpinan pasti merespon usulan pemberian penghargaan bagi anggota yang berdedikasi dalam menjalankan tugasnya.

“Pimpinan pasti meresponnya, karena almarhum meninggal dunia saat menjalankan tugas,” jelasnya.

Sheriff lahir di Jombang 7 Januari 1994 lalu. Anak bungsu dari dua bersaudara, putra pasangan Maksum (59) dan Endang Salindri Rahayu (58) ini lulus dari SMA PGRI 7 Jombang pada 2012. Kemudian, mengikuti pendidikan pembentukan (diktuk) Brigadir Dalmas Polda Jatim dan lulus pada 24 Desember 2014.

Putra dari Aiptu Maksum (Kepala SPKT Polsek Diwek, Jombang) ini ditugaskan di Sub Unit BM Turjawali Satlantas Polres Jombang sejak 11 Mei 2016.

Pada Sabtu (16/12/2017) sore, Bripda Sheriff sedang bertugas mengatur arus lalu lintas di perlintasan kereta Bandar Kedungmulyo, Jombang. Saat itu, korban berusaha menghalau pengendara sepeda motor yang menerebos palang pintu.

Kasat Lantas Polres Jombang AKP Inggal Widya Perdana mengatakan, meninggalnya Bripda Sherrif meninggalkan duka mendalam bagi rekan sesama polisi di Polres Jombang. Almarhum dikenal kepribadiannya yang ramah, mudah bergaul dengan semua orang.

“Kalau apel dia paling tepat waktu, atur contraflow langsung sigap,” ujarnya.

Inggal punya kenangan tersendiri tepat di hari Bripda Sheriff gugur dalam tugas. Menurut dia, di hari nahas itu, almarhum seakan tak punya lelah bertugas mengatur kepadatan arus lalu lintas di jalur nasional Surabaya-Madiun, tepatnya di perlintasan KA Desa Plosorejo, Bandar Kedungmulyo.

“Di perlintasan Bandar itu padat karena bertepatan dengan liburan sekolah dan ada perlintasan. Dia (Bripda Sheriff) malah memacu rekan-rekannya untuk melakukan contraflow. Sampai empat kali contraflow akhirnya terjadi musibah,” terangnya.

Jenazah Bripda Sheriff pagi tadi telah dimakamkan di tanah kelahirannya, Perumahan Jaya Abadi Blok E 24, Desa Jombatan, Jombang Kota. Penghargaan pun diberikan kepada almarhum untuk dedikasinya selama ini.

“Almarhum mendapatkan kenaikan pangkat Briptu Anumerta, penghargaan lain sedang kami ajukan ke pimpinan,” tandasnya.

 

Penulis: –
Article courtesy: detik.com
Photo courtesy: detik.com

Massa di Jombang Gelar Aksi Bela Palestina, Serahkan Pernyataan Sikap untuk Konjen AS

TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG – Ribuan massa dari berbagai elemen yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Palestina menggelar doa bersama, peduli Palestina di bundaran Ringin Contong Jombang, Jawa Timur, Minggu (17/12/2017) pagi.

Selain berdoa, massa juga mengeluarkan pernyataan sikap. Hadir dalam doa bersama tersebut, perwakilan dari puluhan organisasi masyarakat di Jombang dan sekitarnya.
Seperti GP Ansor, PMII, HMI, Pagar Nusa, KAHMI, Korkam, Banser, IPNU, IPPNU serta berbagai ormas lintas agama.

Aksi dimulai pada pukul 06.00 WIB dengan menyanyikan Indonesia Raya, kemudian istighosah, ditutup pembacaan pernyataan sikap oleh koordinator kegiatan Zufikar Damam Ikhwanto.

“Ini reaksi dari pidato Presiden Amerika, Donald Trump yang secara sepihak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Kami juga mendukung penuh kemerdekaan Palestina,” teriak Zulfikar Damam Ikhwanto.

Dengan lantang, Zulfikar lantas membacakan pernyataan sikap.

Inti pernyataan sikap, menolak pernyataan sepihak Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel.

“Kami mendesak Dolald Trump mencabut pernyataan kontroversial tersebut,” tegas Zulfikar Damam Ikhwanto.

 

Pernyataan sikap juga berisi dukungan penuh kepada perjuangan Palestina untuk merdeka. Usai pembacaan pernyataan sikap, puluhan perwakilan organisasi atau elemen masyarakat membubuhkan tanda-tangan pada kertas pernyataan sikap tersebut.

 

“Peryataan sikap ini, kami serahkan ke Forkopimda, untuk kemudian diserahkan kepada Konsulat Jenderal Amerika Serika di Surabaya,” tandas Zulfikar.

 

Setelah itu, pernyataan sikap yang ditandatangani massa bela Palestina diserahkan kepada Kapolres Jombang AKBP Agung Marlianto, yang mewakili Forkopimda, untuk selanjutkan diserahkan ke Konjen Amerika di Surabaya.

 

“Kami terima surat pernyataan ini untuk selanjutnya kami berkoordinasi dengan bapak bupati dan unsur forkopimda lain untuk menyerahkan amanah ini kepada Konjen AS di Surabaya,” jelasnya.

 

Kapolres AKBP Agung Marlianto juga minta perwakilan dari beberapa elemen masyarakat nanti ikut saat penyerahan pernyataan sikap tersebut ke Konjen AS di Surabaya.

Usai acara, Agung menyebutkan terdapat 41 ormas terlibat dalam doa bersama untuk Palestina ini, baik dari ormas keagamaan, pemuda dan lintas agama.

“Ini membuktikan konflik yang terjadi di Yerusalem bukan konflik agama, melainkan lebih kepada konflik sosial dan kemanusiaan yang harus segera diselesaikan,” tegas Agung Marlianto. (Surya/Sutono)

 

Penulis: Adi Rosul
Article courtesy: tribunnews.com
Photo courtesy: tribunnews.com

Sharla Juarai Voice Kids Indonesia usai Nyanyikan Lagu Ini

Setelah melalui persaingan yang cukup kuat, akhirnya The Voice Kids Indonesia Session 2 resmi memiliki juaranya.

Sharla Martiza, Kontestan asal Jombang Berhasil membawa juara pertama.

Gadis yang mendapat julukan Srikandi Jombang itu sempat menghebohkan jagat maya sejak penampilan pertamanya melantunkan sholawat di atas panggung di tahap audisi.

 

Hingga voting SMS ditutup, Sharla kontestan dari tim Agnez Mo memperoleh dukungan sebesar 50,93%, disusul Anggis dari Tim Tulus dengan jumlah voting sebesar 27,52%, dan Kim dari Tim Bebi mendapatkan dukungan sebesar 21,55%.

Karena kemenangannya, Sharla berhasil membawa pulang uang tyunai sebesar 100 juta rupiah dan mendapat paket liburan ke Singapura.

 

Di grand final yang dilaksanakan pada Kamis (15/12/2017) pun Sharla tampil mempesona membawakan lagu melayu berjudul Nirmala yang dipopulerkan oleh Siti Nurhaliza.

Dalam aksi panggungnya itu Sharla cantik mengenakan gaun putih dibalut jilbab berwarna gold.

Suara Sharla pun mampu menghipnotis ketiga dewan juri, Agnez Mo pun sampai berdiri di akhir lagu.

“Waw memang ini berasa banget, sangat natural tapi keren banget” ucap Agnez memberi komentar.

“Walaupun dia berdiri di satu tempat saja tapi tetap bisa berinteraksi dengan matanya, dengan penontonnya, dia semakin matang, suaranya pun udahlah dia mah udah asik banget, udah keren banget” tambah Agnez Mo.

Itulah penampilan Sharla di grand final The Voice Kids Indonesia Season 2.

Selamat untuk Sharla atas kemenangannya.

 

Penulis: –
Article courtesy: Tribunnews.com
Photo courtesy: Fotoseleb.com

Mengintip Aktivitas Quran Village di Jombang

Jombang – Banyak cara dilakukan pondok pesantren untuk mengenalkan ajaran Islam ke masyarakat dunia. Salah satunya Ponpes Hamalatul Quran yang membuat Quran Village. Di tempat ini, para santri mengkaji kitab suci umat Islam itu menggunakan Bahasa Inggris.

Quran Village ini terletak di Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Fasilitas yang satu ini menjadi bagian dari Ponpes Hamalatul Quran yang mencetak santri hafal Alquran. Pesantren yang sebagian areanya berdiri di Desa/Kecamatan Jogoroto ini, kini mempunyai sekitar 800 santri dari berbagai daerah di tanah air.

Namun, hanya santri yang telah hafal 30 juz Alquran yang bisa melajutkan pendidikan di Quran Village. Di tempat ini, para santri ditempa kemampuan untuk berkomunikasi dalam Bahasa Inggris, menerjemahkan isi kitab suci dalam Bahasa Inggris, berdiskusi kandungan Alquran dengan Bahasa Inggris hingga belajar berpidato dalam Bahasa Inggris.

Salah seorang santri Muhammad Hikam mengaku tertarik mengikuti pendidikan di Quran Village untuk mengikuti era globalisasi. “Kita tahu Bahasa Inggris menjadi bahasa internasional sehingga untuk berkomunikasi dengan bangsa lain kita harus menggunakan Bahasa Inggris. Sementara Alquran sendiri menjadi pegangan hidup kita,” kata Hikam di lokasi, Rabu (22/11/2017).

Sementara Pengasuh Ponpes Hamalatul Quran KH Ainul Yaqin mengatakan, pendirian Quran Village didorong kondisi SDM pesantren yang masih kalah bersaing dengan bangsa lain. Itu terjadi salah satunya akibat keterbatasan penguasaan Bahasa Inggris yang menjadi bahasa internasional saat ini.

Saat ini, lanjut Ainul, terdapat 40 santri penghafal Alquran yang menjalani pendidikan khusus di Quran Village. “Mentornya kami datangkan langsung dari Pare-Kediri (Kampung Inggris), kami ada kerjasama,” terangnya.

Ainul berharap, para santri lulusan Quran Village bisa menjadi penyebar ajaran Islam ke negara lain. “Agar ke depan para santri kami bisa mengajarkan Islam ke bangsa barat, agar Islam tak selalu dinilai ajaran keras,” tandasnya.
(fat/fat)

 

Penulis: –
Article courtesy: detik.com
Photo courtesy: detik.com

Perpusda Jombang Raih Penghargaan Perpustakaan Terbaik Nasional

JOMBANG, FaktualNews.co – Perpustakaan Umum Daerah (Perpusda) dibawah naungan Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Jombang, Jawa Timur, baru baru ini mendapatkan Penghargaan sebagai salah satu Perpustakaan Terbaik secara Nasional.

Penghargaan tersebut diberikan oleh Coca Cola Foundation Indonesia (CFI) dalam ajang Perpuseru Award 2017. Berdasarkan penilaian CFI, Perpusda Jombang berhasil meraih penghargaan karena berhasil membina dan menularkan Program PerpuSeru kepada Perpustakaan binaannya.

Pembinaan dan penularan Program PerpuSeru tersebut akhirnya berdampak positif kepada masyarakat. Banyak masyarakat yang mendapatkan manfaat nyata dari layanan perpustakaan yang membantu meningkatkan kualitas hidup mereka.

Agus Purnomo, Plt Kepala Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Jombang Pada, pada Jumat (17/11/17) lalu mengungkapkan, Perwakilan dari CFI menyerahkan Penghargaan tersebut kepada Bupati Jombang, Nyono Suharli Wihandoko.

Dalam penghargaan tersebut Coca cola foundation Indonesia menyampaikan terima kasih atas komitmen dan kerjasama dari kantor perpustakaan dan kearsipan Kabupaten Jombang dalam mengembangkan perpustakaan menjadi pusat belajar masyarakat berbasis teknologi informasi melalui program perpuseru.

Terpilihnya Perpusda Jombang menjadi yang terbaik secara nasional oleh CFI bukan tanpa sebab. Hal ini karena setelah bergabung dengan Program PerpuSeru sejak tahun 2016, Perpusda Jombang melalui kegiatan yang dilakukan mampu membuat prestasi secara nasional diantaranya,
Penghargaan Advokasi Perpustakaan dalam pengembangan program perpuseru melalui sinergitas semua stakeholders.

Pemenang lomba kreasi inovasi desain layanan perpustakaan berbasis TIK, Pemenang lomba Impact Vidio Pepuseru, Pemenang lomba Impact cerita (Tulisan) Perpuseru.

Dalam perkembangan dan perjalanan pada tahun kedua yakni tahun 2017 Perpusda Jombang mampu melakukan replikasi kepada 3 Desa sebagai percontohan dalam mengembangkan Perpustakaan didesa melalui Program Perpuseru Desa. Diantaranya adalah Desa Tondowulan Kecamatan Plandaan dengan Perpusdes Tondomaos, Desa Karanglo Kecamatan Mojowarno Dengan Perpusdes Karanglo dan Desa Podoroto Kecamatan Kesamben dengan Perpusdes Podoroto.

Pada tahun 2017 ini Perpusda Jombang juga meraih sejumlah penghargaan di ajang Perpuseru Award 2017 Pada Event Regional Peer Learning Meeting yang dihadiri dari 9 Provinsi diantaranya delegasi Jawa Timur, NTB, NTT, Bali, Maluku, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua Barat dan Papua .

Penghargaan yang di peroleh Perpusda Jombang diantaranya, Perpustakaan Terbaik, Pemenang lomba Cerita Impact, Pemenang Lapak Terbaik dan Best Custume.

Tak hanya itu Perpusdes percontohan binaan Perpusda Jombang diantaranya adalah Desa Tondowulan dengan Perpusdes Tondomaos, Desa Karanglo Dengan Perpusdes Karanglo dan Desa Podoroto dengan Perpusdes Podoroto juga mendapat penghargaan sebagai Perpustakaan terbaik.

Agus Purnomo, Plt Kepala Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Jombang mengungkapkan ada satu kegiatan unggulan di Perpusda Jombang yakni memberikan fasilitasi dan memberikan pendampingan bagi pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) untuk mengembangkan usaha. Caranya yakni dengan memberikan pelatihan pelatihan, menghubungkan dengan pihak pihak terkait semisal Dinas Perindustrian, Dinas UKM Dan Koperasi, Universitas Dan Perbankan.

“Selain itu yang menjadi kekuatan dari Perpusda Jombang adalah kita selalu melakukan monitoring sekaligus pendampingan dalam mendukung pengembangan UKM di Jombang setelah berkegiatan di perpustakaan,” ungkapnya.

Bupati Jombang Nyono Suharli Wihandoko berpandangan, inilah bentuk transformasi perpustakaan yang sangat bermanfaat dan sekaligus menghilangkan pandangan umum mengenai perpustakaan yang selama ini hanya sebagai tempat membaca dan meminjam buku.

Selain itu, kata Bupati Nyono menandaskan perpustakaan kini sudah berubah menjadi pusat belajar dan berkegiatan masyarakat berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui sinergitas seluruh stakeholders dan fasilitasi seluruh kegiatan masyarakat khususnya fokus ekonomi dalam mengembangkan UKM/IKM di Jombang menjadi berdaya saing untuk mencapai Jombang Sejahtera Untuk Semua.

“Pemerintah Kabupaten Jombang akan mendukung seluruh kegiatan yang ada di Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Jombang khususnya fasilitasi kegiatan Perpuseru agar kedepan bisa lebih baik lagi, sehingga manfaat (Impact) yang dirasakan masyarakat bisa lebih banyak dan meluas menuju Jombang Sejahtera Untuk Semua,” tandas Bupati Jombang.

 

Penulis: Muhammad Syafi’i
Article courtesy: Faktualnews.co
Photo courtesy: Jombangkab.go.id

Besutan Cikal Bakal Ludruk

Wajah pria itu dilaburi bedak putih. Bedak itu cukup dominan hingga menutup seluruh muka tanpa meninggalkan warna asli kulit. Kupluk berbentuk bulat setengah lingkaran bola menutup bagian atas rambut. Kupluk merah itu tidak hanya polosan tanpa aksesori. Hiasan tali kuncir menyembul dari pucuk kupluk. Kunciran itu terurai bebas tetapi panjangnya tidak sampai melewati tepian bawah kupluk.

Semakin mempertegas nuansa merah putih. Tidak hanya riasan wajah putih dan kupluk merah di kepala, nuansa merah-putih juga sangat kuat dari kostum yang dipakai pria itu. Lilitan kain putih itu melilit tubuhnya. Tidak menutup tubuh sepenuhnya. Seperti kemben yang menyisakan bagian atas tubuh sekitar pangkal tangan dan sebagian bagian dada terbuka.

Kain itu juga tidak serta-merta menjadi satu-satunya kain penutup tubuh. Masih terlihat celana hitam komprang yang menyembul dari penghabisan kain putih. Celana itu meneruskan tugas kain putih untuk menutup tubuh. Hitam kompang membelit kaki masing-masing di bagian bawah. Masih ada tali lawe yang diikat melilit di perut.

Itulah karakter besut yang muncul dalam pertunjukan kesenian rakyat yakni besutan. Tidak banyak yang tahu tentang kesenian besutan asal Jombang, Jawa Timur. Jika ditanya tentang adu kepopuleran ludruk dan besutan, jawabannya dapat dipastikan ludruk lebih banyak mengakrabi telinga bila dibandingkan dengan besutan.

Besutan merupakan salah satu kesenian asli Jombang yang sudah ada sejak zaman penjajahan. Besutan berasal dari nama tokoh utama kesenian ini, yakni Besut, yang dalam bahasa Jawa memiliki arti mbeto maksud atau membawa pesan dalam bahasa Indonesia. Kata pesan merujuk pada isi pertunjukan yang tersirat dalam dalam kidungan, busana, dialog, parikan maupun alur cerita.

Pada setiap pementasan besutan, ada adegan semacam ritual pembuka pentas. Adegan itu juga sebagai lambang perjuangan rakyat Indonesia. Karakter besut berjalan memasuki panggung dengan mata terpejam yang memiliki arti bangsa Indonesia tak boleh terlalu banyak tahu. Mulutnya tersumbat susur atau daun sirih yang melambangkan bahwa rakyat Indonesia dilarang untuk berpendapat.

Ia berjalan dengan merayap mengikuti ke mana obor yang dibawa pemain lain bergerak. Hingga pada satu kesempatan, besut akan melompat dan menyemburkan susur di dalam mulutnya menuju obor hingga obor padam. Setelah obor padam, besut langsung membuka matanya dan mulutnya terbebas dari susur. Ia pun langsung menari dengan sangat bersemangat. Setelah besut selesai menari, ia akan melantunkan kidungan. Setelah itu, baru pementasan besut masuk ke lakon yang diangkat.

Tokoh besut menggunakan kostum yang sangat sederhana, yaitu kain putih yang dililitkan di tubuhnya yang melambangkan kebersihan jiwa dan raga, dan sebuah tali lawe yang melilit perutnya yang melambangkan kesatuan, dan tutup kepala berwarna merah yang melambangkan keberanian.

“Jadi bebet e bebet putih, kupluk e kupluk abang. Jadi merah-putih. Bawa obor, mulutnya susuran, pakai susur. Artinya pada waktu itu mulutnya terbungkam oleh penjajah, tidak boleh bersuara politik,” terang seniman Jawa Timur Cak Bathin.

Selain karakter besut, kesenian besutan punya karakter lain yakni Rusmini, Man Gondo, dan Sumo Gambar. Rusmini mengenakan busana khas yakni kain jarik, kebaya, dan kerudung lepas. Man Gondo menggunakan busana khas Jawa Timuran. Sumo Gambar menggunakan kostum khas masyarakat Madura. “Empat orang itu pakem. Temanya berkembang, tapi ada ciri khasnya. Dialognya dibuat parikan,” ujar seniman pengagas Komunitas Ludruk Jakarta itu.

Bermula dari gatal ulat bulu

Tak berlebihan jika dikata besutan lahir dari pola masyarakat agraris. Kondisi Jawa Timur dahulu ditopang dengan kegiatan pertanian, hampir seluruh wilayah pelosok Jawa Timur penduduknya berpenghasilan dengan bercocok tanam atau bertani. Daerah Jombang rata-rata masyarakat yang ada di pelosok desa berpenghasilan dari bertani, hasil dari bertani terkadang kurang untuk mencukupi hidup sehari-hari.

Sekitar 1907, ada seorang penduduk yang setiap harinya bekerja sebagai petani dari Diwek Jombang yang bernama Pak Santik. Ia adalah seorang buruh tani yang tentunya banyak menghabiskan waktu di sawah untuk bekerja. Suatu ketika, ia terkena ulat bulu. Terang saja kegatalan melanda tubuhnya. Pada zaman itu, masyarakat sekitar mempunyai obat tradisional untuk gatal akibat ulat bulu, yakni dengan tumbukan beras. Tepung beras itu lalu dibedakkan ke bagian tubuh yang gatal.

“Ludruk itu aslinya dari Jombang. Ada namanya Pak Santik. Dia itu buruh tani. Kemudian dia ke sawah dirubung sama ulat bulu. Terus gatelen. Zaman dulu supaya sembuh itu pakai bedak beras ditumbuk untuk menyembuhkan gatelnya itu,” terang Cak Bathin.

“Ia lewat. Orang dari pasar ketawa. Anaknya ketawa. Dia percaya diri bahwa dia lucu. Akhirnya dia pakai bedak itu untuk ngamen ke pasar. Itu 1905 sampai 1907, dia ngamen ke pasar. Ketemu sama panjak gendang namanya Pak Pono. Terus ngamen berdua sampai 1915,” tambahnya. Dari ngamen itulah lambat laun seiring dengan perkembangan muncul bentuk besutan, lerok, hingga ludruk yang banyak dikenal kini. (M-2)

Penulis: Abdillah M Marzuqi
Article courtesy: Mediaindonesia.com
Photo courtesy: Umm.ac.id

Ini Cara Pengrajin Wayang di Jombang Bertahan di Tengah Modernisasi

Jombang – Seiring kemajuan zaman, kesenian wayang kulit semakin ditinggalkan masyarakat. Pertunjukan kesenian ini hanya muncul di waktu-waktu tertentu, bulan Sura misalnya.

Di tengah terpuruknya kesenian wayang kulit, ternyata masih ada tangan-tangan terampil yang konsisten melestarikan warisan nenek moyang masyarakat Jawa ini. Dia adalah Suparto.

Di usianya yang menginjak angka 72 tahun, dia masih terlihat piawai membuat aneka tokoh pewayangan. Berbeda dengan wayang kulit pada umumnya, wayang buatan Suparto menggunakan bahan karpet talang.

“Awalnya saya perbaiki rumah saya, ada bekas karpet talang daripada dibuang saya bikin wayang,” kata Suparto menjawab pertanyaan wartawan terkait inspirasi yang mendorongnya membuat wayang berbahan karpet talang, Senin (6/11/2017).

Sebelum menjadi pengrajin wayang karpet, Suparto sempat menjadi tukang tambal ban. Namun, kondisi fisiknya yang kian renta, membuatnya beralih profesi. Kini rumahnya di Desa Sukodadi, Kabuh, Jombang disulap jadi bengkel kerja.

Berbekal ketrampilan dan kegemarannya membuat wayang kulit sejak duduk di bangku SD (dulu sekolah rakyat/SR), dia mencoba berinovasi. Menurut dia, karpet talang lebih awet jika dibandingkan kulit sapi atau kerbau.

Pasalnya, wayang yang dia buat untuk hiasan rumah, sehingga membutuhkan keawetan. “Bahan karpet talang tidak mudah rusak. Kalau bahan kulit untuk pajangan, lama kelamaan akan rusak karena keropos,” ujarnya.

Di tangan Suparto, karpet talang yang biasa untuk menahan air di atap rumah, disulap menjadi wayang bernilai tinggi. Tak jarang dia memanfaatkan karpet bekas untuk membuat karyanya.

 

Kendati begitu, wayang buatan Suparto tak kalah indah jika dibandingkan dengan wayang kulit pada umumnya. Dia pun mahir membuat aneka tokoh pewayangan.

Mulai dari tokoh Pandawa Lima yang terdiri dari Yudhistira atau Puntadewa, Bima atau Brotoseno, Arjuna atau Permadi, Nakula dan Sadewa, hingga tokoh Punakawan seperti Semar, Gareng, Petruk, Bagong dan Togog.

“Harganya kalau tokoh Pandawa Lima Rp 300-500 ribu, kalau bentuk Buto sampai Rp 600 ribu karena ukurannya lebih besar,” terangnya.

Suparto berharap, ada generasi milenial yang tertarik untuk belajar membuat wayang kulit. Di lain sisi, dirinya juga berharap pemerintah peduli untuk melestarikan kesenian wayang agar tak semakin terkikis.

“Harus ada generasi penerus yang mau menekuni kerajinan dan kesenian ini,” tandasnya.
(fat/fat)

 

Penulis: –
Article courtesy: detik.com
Photo courtesy: detik.com