Pasuruan – Seni ludruk sempat memiliki masa kejayaan. Pertunjukan seni budaya rakyat asli Jawa Timur ini pada era 1965-an mendapatkan perhatian dan menyedot penonton cukup tinggi dari masyarakat. Sayang, seiring berkembangnya jaman, seni ludruk lambat laun mulai ditinggalkan.
Maraknya tontotonan seperti Sinetron, film bioskop dan kemudahan teknologi lainnya untuk bisa menyaksikan berbagai macam hiburan secara cepat dan mudah membuat kesenian seperti ludruk dilupakan dan tak mudah didapatkan oleh remaja sebagai generasi masa datang.
Beruntung, meski tak sejaya seperti masa silam, Kesenian tradisional ini masih tetap ada dan masih bisa kita nikmati di era saat ini. Tak tahu nasibnya nanti.
Di Pasuruan, tingkat animo masyarakat untuk menjadikan seni ludruk sebagai hiburan rakyat masih bisa diandalkan. Warga masih acapkali mendatangkan kelompok seniman ludruk untuk tampil dalam acara hajatan pernikahan, agustusan maupun perayaan dan slametan desa.
Keberadaan ludruk, khususnya di Kabupaten Pasuruan, masih tetap eksis. Bahkan, diakuinya terdapat sejumlah grup ludruk yang mengalami perkembangan, antara lainnya Ludruk Mahkota Budaya serta Ludruk Perdana asal Pasuruan.
“Kalau di Pasuruan, seni ludruk masih eksis,” kata Ki Bagong Sabdo Sinukerto, penggagas Paguyuban Seniman Ludruk Pasuruan (PSLP) awal pekan lalu.
Perkembangan itu bukan terjadi secara alami. Sebelumnya, tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi seni ludruk di Pasuruan sempat mengalami keterpurukan. Banyak seniman ludruk yang terkesan dianggurkan atau tidak mendapat perhatian maksimal dari pihak terkait.
Penulis: –
Article courtesy: wartabromo.com
Photo courtesy: idenera.com