• info@njombangan.com

Daily ArchiveSeptember 15, 2018

Yoni Gambar: Tapal Batas Kota Raja Wilwatikta

Yoni Gambar berada di tengah hamparan sawah yang berada di Dusun Sedah, Desa Japanan, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Yoni Gambar, disebut demikian karena lokasinya yang berkaitan dengan Mbah Gambar, yang dianggap sebagai sesepuh desa setempat. Berbeda dengan rekannya yaitu Yoni Badas yang diduga sudah diboyong ke Museum Nasional Indonesia, lokasinya Yoni Gambar masih In Situ, yang artinya masih berada di tempat aslinya.

Untuk mencapai situs Yoni Gambar ini, cukup mudah. Lebih mudah dari menemukan lokasi Situs Grobogan karena Yoni Gambar letaknya tak jauh dari Jalan Raya Mojolegi. Dari arah Jombang kota, kita menuju ke timur ke arah terminal Mojoagung yang ada adik kecil menara air ringin conthong itu. Dari terminal Mojoagung, belok kanan ke selatan, lurus saja hingga sampai Desa Japanan. Untuk berhati-hati supaya tidak kebablasan, kita bisa bertanya pada penduduk setempat. Nanti kita akan ditunjukkan belokan gang yang mana yang akan menuju langsung ke Yoni Gambar.

Akses jalannya sudah beraspal dan bisa dilalui mobil. Meski jalannya kecil, namun relatif sepi dan hanya dilewati oleh kendaraan roda dua dan anak-anak yang bermain layangan maupun sepedaan. Dari kejauhan, kita bisa melihat Yoni Gambar teronggok di tengah sawah. Berhubung yoni ini berada di tengah sawah, kita bisa memarkir kendaraan di depan pematang sawah yang menjadi jalan masuk Yoni Gambar.

 

Bagi yang tidak terbiasa mbrasak-mbrasak sawah, mungkin harus tabah menghadapi kenyataan karena kadang kaki tergores rumput atau ranting-ranting tajam yang dilewati ketika menuju lokasi. Jadi, celana jeans rasanya bisa menjadi pelindung kaki dari serangga sawah dan rumput-rumput yang bisa membuat betis gatal.

 

Yoni Gambar sudah ditetapkan sebagai situs cagar budaya di era orde baru. Lokasinya sudah diberi pagar dan dikelilingi oleh taman yang tampak terawat. Meski pagarnya sudah karatan di sana-sini, tampak lokasi ini cukup asri dan terawat, sehingga sangat recommended dijadikan destinasi wisata sejarah di Jombang selain Candi Rimbi, Situs Grobogan, Prasasti Tengaran dan Candi Mireng.

Dulunya di atas Yoni Gambar terdapat cungkup yang melindungi Yoni dari sengatan sinar mentari dan derasnya air hujan. Namun karena hempasan angin puting beliung yang sempat melanda daerah ini, cungkup tersebut kemudian roboh dan belum diperbaiki hingga kini. Pemerintah sudah berjanji akan membangun kembali cungkupnya, namun pembangunannya dalam dua atau tiga bulan ke depan masih sebatas janji yang belum direalisasikan.

 

Kondisi Yoni Gambar masih lebih baik dibandingkan peninggalan purbakala lainnya di Jombang. Selain dilengkapi taman sederhana yang cukup asri, Yoni Gambar sudah diberi pagar pembatas maupun papan nama yang lumayan berkarat. Lokasi Yoni Gambar pun sudah dilindungi oleh Balai Purbakala Trowulan, sehingga payung hukum perlindungannya sudah jelas.
Berbeda dengan nasib banyak peninggalan sejarah di Jombang seperti Situs Sugihwaras, Situs Pandegong, Situs Sukorejo, dan Situs Karobelah. Bahkan Situs Karobelah yang sudah jelas merupakan bagian dari Kota Raja, masih menunggu kepastian yang belum terlihat ujung penantiannya.

 

Secara umum, kondisi Yoni Gambar tampak masih sangat baik, terlihat hampir semua bagiannya tidak ada yang hilang selain lingga yang tidak diketahui di mana keberadaannya. Padahal, yoni selalu berpasangan dengan lingga yang biasanya diletakkan di cekungan yoni.. Lingga mempresentasikan Dewa Siwa sedangkan yoni melambangkan Dewi Parwati, istri Siwa.
Yoni adalah perlambang ibu, kesuburan dan bumi pertiwi yang diwujudkan dalam sebuah pemukiman. Dengan adanya pasangan lingga dan yoni di suatu tempat seperti yang diletakkan di bilik bangunan candi adalah bukti bahwa dulunya lokasi terkait adalah peribadatan berupa pemujaan sekaligus menandakan daerah tersebut termasuk wilayah yang subur.

Tak heran, pemilihan lokasi peletakan Yoni Gambar berada di tengah sawah yang masih sangat produktif. Umumnya, lingga dan yoni ditemukan paling sering berada dekat candi, atau bertempat di satu area dengan bangunan candi. Karena itu biasanya yoni ditemukan bersama sisa bangunan atau bersamaan dengan kompleks candi.

Yoni adalah sebuah obyek cekung atau berlubang yang berfungsi sebagai tempat menampung air suci berenergi dewa untuk minum maupun membasuh wajah para peziarah maupun pengunjung yang dipercaya membawa keberkahan. Air suci dibawa sendiri oleh pengunjung, yang berasal dari mata air bertuah dari titik-titik yang dipercaya sebagai air suci.

 

Kemudian air suci dituang ke dalam cekungan lalu mengalir melaui cerat dan mengucur lewat lubang cerat. Konsep ini mirip dengan rutinitas wudhu sebelum sholat, yang mungkin juga dilakukan umat hindu penduduk Majapahit sebelum melakukan peribadatan.

 

Fungsi yoni selain sebagai petirtaan air suci bisa juga sebagai pengukuhan tahta seseorang yang berjaya di suatu tempat. Kadang yoni juga berfungsi sebagai penanda peringatan suatu peristiwa penting misalnya sebuah kemenangan dalam perang.

Biasanya Yoni berbentuk bundar, namun umumnya yoni Indonesia berbentuk persegi dengan empat sudutnya. Di beberapa daerah di Indonesia, yoni disebut juga lesung batu karena menyerupai sebuah lesung dari batu. Ada kalanya yoni di nusantara menyimpang dari pakem lingga yoni, berbentuk tidak lazim, unik, maupun dilengkapi dengan ukiran yang detail seperti Yoni Gambar di Japanan, Mojowarno. Keunikan bentuk yoni bisa juga karena faktor yang berbeda-beda sesuai letak geografis dan situasi politik maupun fungsi yang melatarbelakangi pembuatannya.

Dulunya, terdapat bata merah berukuran jumbo khas bata kuno peradaban Majapahit yang berserakan di kanan dan kiri Yoni Gambar. Ukuran bata ini mirip dengan situs Sumberboto yang berada tak jauh dari lokasi Yoni Gambar. Kemungkinan, bata-bata merah jumbo tersebut adalah sisa pondasi kompleks situs.

Namun, karena ketidaksadaran akan perawatan benda cagar budaya, banyak penduduk mengambilnya untuk tambahan bahan pembangunan  rumah atau dapurnya. Bisa jadi karena dijarah warga kompleksnya pun rusak dan kemudian strukturnya hilang. Meski tidak berada dalam kompleks situs atau pondasinya sudah hilang seperti dua yoni naga raja lainnya di Mojokerto, Yoni Gambar tetap termasuk yoni yang istimewa.

 

Keistimewaan Yoni Gambar terletak pada ukurannya yang merupakan yoni terbesar yang ditemukan di kawasan Majapahit. Dengan ukuran garis tengah badan sebesar 204 cm dan tinggi 133 cm, menjadikan yoni berbahan batu andesit ini makin spesial. Yoni Gambar memang begitu besar, hampir setinggi perempuan dewasa spesies nJombangan seperti Jombang City Guide.

Bentuknya tidak polos dan tak sekedar persegi sederhana seperti yoni-yoni segi empat yang berada di Badas, Pandegong dan Sukorejo. Yoni-yoni polos nan sederhana itu biasanya bukan bagian dari proyek kerajaan, tapi termasuk yoni setingkat pedesaan yang dimiliki oleh penduduk jelata.

 

Yoni Gambar memiliki bentuk kerumitan tingkat tinggi. Dari atas, Yoni Gambar ini berbentuk segi delapan dengan ukiran rumit di setiap sisinya. Segi delapan juga merupakan lambang Wilwatikta, yang juga masuk dalam logo kerajaan. Beberapa lambang ornamen bunga kecil berbentuk wajik berjajar rapi mengelilingi sabuknya.
Lubang bekas lingga di cekungan yoni tampak sedikit tergenang air, karena cungkup yang ambruk tak lagi menaungi yoni yang indah ini. Meski demikian, bagian cerat yang digunakan untuk tempat keluarnya air, masih utuh, tidak seperti yoni persegi yang tercecer di Mojoagung yang sudah kehilangan ceratnya.

Lubang ceratnya berhiaskan pahatan yang mengingatkan kita pada pola yang ada di reruntuhan Candi Rimbi, yang kemudian menginspirasi pembuatan motif batik khas nJombangan produksi Rumah Batik Sekar Jati.

Kepala naga yang menghiasi Yoni Gambar yang berada di bawah ceratnya bertahtakan mahkota, seakan perlambang keagungan Sang Raja dan sentuhan istana dalam pembuatannya. Naga raja adalah binatang mitologi jelmaan Dewa Wasuki dalam Kitab Mahabharata. Filosofinya, tubuh naga itu membelit Gunung Mandhara. Kedua ujungnya ditarik dewa dan raksasa, sehingga gunung itu berputar mengebor air kehidupan.

Yoni berhias Kepala Naga Raja adalah bukti paling akurat yang memungkinkan yoni ini dibuat atas perintah istana. Bentuknya yang besar, bersegi delapan dengan berhias ukiran dan kepala naga raja menandakan Yoni Gambar memiliki fungsi yang tidak sekedar sebagai peitirtaan air suci. Kesimpulannya, perintah raja dalam pembuatan yoni ini pasti memiliki tujuan khusus dan fungsi tersendiri.

Selain dekat dengan Situs Grobogan, menurut Laskar Mdang, lokasi Yoni Gambar pun tak jauh dari Candi Japanan dan Candi Ruk Rebah yang tinggal reruntuhannya saja. Dilihat kepala naga raja yang menghadap lurus ke Timur menggambarkan posisi hadap Yoni Gambar yang menghadap ke Timur. Disinyalir, arah ini menggambarkan nun jauh di sana yaitu arah Situs Sumberboto yang disebut Jentong oleh penduduk setempat.

Yoni Gambar adalah satu dari empat yoni cantik berhiaskan kepala naga raja yang ditemukan di Jombang dan Mojokerto. Empat Yoni itu adalah Yoni Klintorejo, Yoni Lebak Jabung, Yoni Gambar dan Yoni Naga Raja yang kini ada di Museum Nasional Indonesia yang diduga berasal dari Badas, Sumobito. Dua yoni pertama, berada di wilayah Kabupaten Mojokerto, sedangkan sisanya ditemukan di Jombang.

 

Nurhadi Rangkuti dalam penelitiannya melakukan survey berdasarkan sebaran penemuan benda purbakala peninggalan Majapahit. Keberadaan empat Yoni Kepala Naga Raja melambangkan empat penjuru mata angin yang kemudian menguatkan dugaan bahwa pembuatannya yang difungsikan sebagai tapal batas kota. Meski tidak tercantum dalam Kitab Negarakertagama namun diyakini Yoni Gambar diyakini sebagai tapal batas barat daya Kota Raja.

Keyakinan mengenai fungsi yoni-yoni cantik ini karena adanya jarak antar yoni yang hampir presisi. Jarak antara Yoni Klintorejo dengan Situs Yoni Lebak Jabung di bagian selatannya adalah 11 km. Sedangkan Jarak dari Situs Yoni Lebak Jabung ke Yoni Gambar di bagian baratnya adalah 9 km. Masing-masing jarak antar situs memiliki kemiringan 5 derajat. Berdasarkan jarak itu pula, letak tapak batas sisi barat laut diperkirakan terdapat di Kecamatan Sumobito tepatnya di Dusun Tugu dan Dusun Badas.

Titik terakhir yang menghubungkan Yoni Klintorejo dan Yoni Gambar di Badas-Sumobito ini sayangnya titik ini masih menjadi misteri. Bila ditarik garis lurus yang menghubungkan keempat yoni cantik ini, akan didapat bentuk segi empat yang disinyalir sebagai batas Kota Raja Majapahit yang disebut Madyopuro. Kota Raja Majapahit pun bisa diperkirakan dari jarak-jarak ini dan diestimasi berukuran sebesar 11 x 9 km, tanpa dibatasi tembok keliling.

Meski tidak tercantum di kitab manapun, perdebatan mengenai yoni naga raja sebagai tapal batas kota raja Majapahit ini masih belum usai. Bantahan mengenai yoni naga raja sebagai tapal batas kota Majapahit muncul ketika ditemukannya yoni yang juga berhiaskan kepala naga raja di Kediri.

 

Pak Rohmat, penduduk setempat yang kebetulan melintas ketika Jombang City Guide mengamati Yoni Gambar, beliau menyatakan bahwa menurut cerita penduduk setempat, situs Yoni Gambar ini adalah situs peninggalan Jaka Suruh. Jaka Suruh adalah salah satu tokoh yang disebutkan dalam Babad Tanah Jawi yang tak lain adalah Raden Wijaya, Raja pertama Majapahit.
Dari dua dasar diatas, Jombang City guide berpendapat, bisa jadi yoni naga raja di Kediri adalah tapal batas kota raja Kerajaan Kediri. Karena Raden Wijaya merupakan mantan ksatria Kerajaan Singhasari kemudian mencoba meng-copy adat dan budaya kerajaan pendahulunya. Ketika mendirikan Wilwatikta, Sang Prabu yang memimpin Majapahit kemungkinan memerintahkan pembuatan Yoni Naga Raja seperti di Kediri untuk dibuat di Madyopuro sebagai tapal batas Kota Raja dari kerajaan yang didirikannya.

Yoni Gambar juga disebut Yoni Sedah, sebuah nama yang disematkan karena yoni ini berada di Dusun Sedah. Asal usul nama Sedah ini juga masih menyimpan misteri. Nama ini mengingatkan kita pada Mpu Sedah, yang merupakan ayah angkat dari Arya Wiraraja, penasihat militer Raden Wijaya, Sang Pendiri Wilwatikta.

Bisa jadi Sang Mpu yang menulis Kitab Bharatayudha pernah mendiami wilayah ini atau berasal dari daerah ini, sebelum akhirnya ‘berkarir’ sebagai penasihat Raja Jayabaya dari Kerajaan Panjalu di Kediri. Kerajaan Kediri, adalah kerajaan yang merupakan cikal bakal Kerajaan Singhasari yang kemudian berlanjut menjadi Kerajaan Majapahit. Sayangnya tidak ada catatan sama sekali mengenai asal-usul Sang Pujangga selain kisah percintaannya dengan permaisuri Sang Prabu Jayabaya.

Ada banyak spekulasi mengenai asal-usul dusun ini, namun terdapat kemungkinan lokasi ini dinamai Dusun Sedah karena kedekatan antara Raden Wijaya dan Arya Wiraraja sehingga dusun ini dijadikan bentuk penghormatan atas jasa Sang Mpu.

Banyak peninggalan purbakala di Jombang yang terbengkalai karena Jombang hanya memiliki sedikit porsi di Trowulan. Padahal jika ditilik lebih lanjut, istana Kerajaan Majapahit letaknya ada di Jombang dan mayoritas benda-benda di Museum Trowulan berasal dari Jombang. Nanti ketika Museum Mpu Sindok sudah terwujud, mungkin akan diadakan pengembalian benda purbakala yang dari Jombang untuk pulang ke kota asalnya.
Ayo-ayo, sudah pernah kunjungi langsung Si Yoni Gambar yang cantiknya bukan main ini?? Wisata gratis yang murah dan edukatif. Napak tilas sejarah asal-usul Jombang juga lhow….

 

 

Article courtesy: Jombang City Guide

Photo courtesy: Jombang City Guide