• info@njombangan.com

Pementasan Ludruk Berlakon Susi Duyung di Jakarta

Pementasan Ludruk Berlakon Susi Duyung di Jakarta

Spread the love

Malam itu, Kamis 11 Desember 2014, suara 5 orang sinden memecah suasana riuh acara pembukaan pameran seni rupa di Bentara Budaya Jakarta (BBJ) Kawasan Palmerah Jakarta Barat. Pameran yang bertema ‘Asam Garam Bentara’. tersebut menampilkan berbagai karya seni berupa lukisan dan patung karya 5 kurator BBJ. Dan pentas ludruk Budhi Wijaya menjadi acara lanjutannya.

oleh dibilang inilah pertama kali pentas ludruk Budhi Wijaya di Bentara Budaya Jakarta. Suara 5 orang pesinden yang bernyanyi sambil menari membuat orang tertarik dan berkumpul memenuhi areal halaman depan rumah Kudus di BBJ yang disulap menjadi panggung terbuka tersebut sehingga penuh oleh penonton. Ludruk Budhi Wijaya bisa pentas di Jakarta karena difasilitas oleh GM Sindhunata yang sudah terkenal kiprahnya di industri media serta pelestarian budaya Indonesia.

Acara dibuka dengan berbagai sambutan, salah satunya adalah tamu ‘spesial’ yakni Tarsan. Tarsan adalah seniman dan komedian nasional terkemuka yang juga lahir dari ludruk. Orang mengenalnya lewat acara TV Srimulat yang ngetop di akhir tahun 1990-an. ‘Saya ini lahir dari ludruk dan sudah berkesenian ludruk sejak SMP!’ begitu katanya. Selain itu, dia berharap agar makin banyak pihak yang peduli akan kelestarian ludruk. ‘Saya berharap agar Pemerintah Kabupaten Jombang dan lainnya ikut serta dalam melestarikan dan menghidupkan kembali ludruk. Misalnya ketika ada peringatan hari besar nasional, maka ya sebaiknya nanggap ludruk. Kalau bisa seluruh masyarakat ketika punya hajatan diwajibkan nanggap ludruk’. Lebih jauh lagi, dia berharap agar acara pementasan ludruk di BBJ bisa menjadi ujung tombak kebangkitan ludruk ini.

 

Ludruk memang merupakan kesenian asli Jombang. Lahir pada masa penjajahan, ludruk menjadi salah satu wahana berjuang masyarakat akar rumput melawan ketidakadilan penjajah. Pada awal perkembangannya, ludruk menjadi alat untuk kritik sosial terhadap penguasa. Secara etimologis, kata ludruk berasal dari kata molo-molo dan gedrak-gedruk. Molo-molo berarti mulutnya penuh dengan tembakau sugi (dan kata-kata, yang pada saat keluar tembakau sugi) tersebut hendak dimuntahkan dan keluarlah kata-kata yang membawakan kidung, dan dialog. Sedangkan gedrak-gedruk berarti kakinya menghentak-hentak pada saat menari di pentas. Ludruk kemudian berkembang ke berbagai daerah di Jawa Timur dan akhirnya menjadi salah satu ikon kesenian Jawa Timur.

 

 

Pentas malam itu membawa judul ‘susi duyung’, tema yang sama dengan pameran seni rupa 5 kurator BBJ. Tema ini diambil sebagai bentuk respon atas fenomena seorang menteri bernama Susi Pudjiastuti, Menteri Perikanan dan Kelautan. Sejalan dengan salah satu slogan utama pemerintah Presiden Jokowi ‘jaya giri, jaya bahari’, bahwa pemerintah ingin menegakkan dan mewujudkan kejayaan Bangsa Indonesia baik di bumi maupun lautan. Indonesia memiliki wilayah lautan yang luasnya 2/3 dari luas wilayah Indonesia, namun sayangnya nasib nelayan selama ini kurang diperhatikan. Masih banyak dari mereka yang miskin dikarenakan kebijakan dan pengelolaan potensi laut Indonesia yang  kurang optimal. Susi lahir dari masyarakat nelayan di Pangandaran Jawa Barat. Sosoknya hadir dan dianggap nyeleneh karena walau hanya lulusan SMP namun bisa memiliki perusahaan kelas internasional. Dikenal sebagai seorang yang dermawan, Susi banyak dikritik dan dipertanyakan kemampuannya dalam memegang tampuk kementerian. Namun Susi tak goyak dalam melakukan gebrakan, salah satunya adalah dengan melakukan penenggelaman kapal-kapal asing yang melakukan illegal fishing di Indonesia.

Kembali ke ludruk Budhi Wijaya, ludruk asli Ngusikan Jombang ini datang dengan 40 orang dalam rombongan mulai pemain ludruk, sinden, niyaga dan lainnya. Acara ludruk dimulai dengan pementasan tari ngremo kreasi yang disajikan secara apik dan enerjik, kemudian dilanjutkan dengan lagu ‘jali-jali’ lagu daerah Betawi sebagai penghormatan akan Jakarta dan masyarakat Betawi sebagai tuan rumah acara. Lantas pastinya dilanjutkan dengan jula-juli.

 

 

Ludruk ini menceritakan tentang proses pemilihan kepala desa di Desa Ngliyep yang ada di pesisir pantai selatan Jawa. Acara ini diikuti oleh 2 orang yakni Carik Broto yang kaya raya dan Darmo yang datang dari kalangan biasa. Carik Broto dan pengikutnya sangat berambisi untuk menjadi penguasa desa dan menghalalkan segala cara untuk mewujudkannya. Mereka kemudian menjalankan politik uang dengan memberikan sejumlah uang kepada warga, dengan pesan agar mereka memilih Carik Darmo dalam pemilihan desa tersebut.

 

 

Pada saat penghitungan suara, ternyata Darmo mendapatkan 9 suara sedang Carik Broto hanya mendapatkan 8 suara, akhirnya Darmo keluar sebagai kelapa desa yang baru. Tidak terima dengan kekalahan tipis tersebut, Carik Broto berusaha untuk mencari cara lain untuk merebut kekuasaan. Dia dan pengikutnya kemudian mendengungkan isu penyebaran penyakit pageblug di desa dan mereka kemudian menghadap lurah Darmo. ‘Desa kita kena pageblug dan sebagai lurah, Lurah Darmo harus mencari jalan keluarnya’. Lantas mereka kemudian mengatakan bahwa ada semacam obat atau tombo yang harus Darmo cari di salah satu goa di daerah Ngliyep tersebut. Mereka lantas bersama-sama mencari obat tersebut dan hal licik dilakukan. Darmo kemudian didorong masuk ke dalam bagian goa yang curam dan dia terjatuh dan kemudian hilang, tidak diketahui nasibnya apakah hidup atau mati.

Broto lantas menjadi lurah baru. Banyak kebijakan merugikan rakyat yang dilakukannya. Salah satunya adalah dengan menutup kantor kepala desa dan memindahkan semua kegiatan pemerintahan desa di rumah pribadinya. Setiap pengurusan perizinan harus disertai dengan alas (lemek) uang. Dia juga tidak iba sedikitpun kepada warga yang membutuhkan pertolongan namun mereka dulu tidak memilihnya ketika pemilihan kepala desa berlangsung. Aroma dendam dan ingin balik modal membuat Broto menjadi buta mata. Bahkan broto sempat melakukan pemerkosaan terhadap bunga desa di Ngliyep tersebut. Tidak hanya itu, dia juga melakukan pemerasan terhadap masyarakat nelayan yang mayoritas ada di sana.

Melihat itu semua, Susi salah seorang wanita desa itu tidak tinggal diam, dia didukung oleh penduduk lokal lainnya melakukan perlawanan. Namun, Susi tidak cukup kuat dan digdaya untuk melawan pendukung Broto. Susi yang kemudian dibuang ke laut kemudian dalam salah satu mimpinya, setelah dibuang oleh pendukung Broto, bertemu dengan Ratu Laut Kidul. Ratu Laut Kidul kemudian mengatakan bahwa niatan Susi yang mulia untuk menyelamatkan penduduk desa akan dia dukung sepenuhnya. Kemudian Sang Ratu memberinya pusaka berupa keris yang disebut dengan pusaka duyung. Semenjak itu nama susi berubah menjadi susi duyung, seorang wanita utomo (ksatria) yang memiliki kemampuan dan kekuatan untuk selalu melindungi masyarakat.

Dengan pusaka duyung, Susi duyung kemudian menemui Broto dan pasukannya. Susi yang sekarang digdaya dengan mudah berhasil mengalahkan mereka. Masyarakat desa merasa sangat gembira dengan hal itu. Namun, kemurahan hati masyarakat desa akhirnya mengampuni Broto dan pasukannya agar tobat dan tidak berbuat jahat lagi. Jadi pemimpin itu harus adil dan welas asih terhadap rakyatnya.

Acara ludruk ini berlangsung dengan apik. Lawakan dibawakan dengan sangat baik dan tentunya membuat penonton terpingkal-pingkal. Gaya bahasa yang dibawa pun sangat khas Njombangan dan Suroboyan. Dan tentunya yang paling penting adalah pesan yang dibawa dalam ludruk ini sangatlah mendalam: bahwa menjadi manusia janganlah menghalalkan segala cara dan rakus akan kekuasaan. Kita sebagai manusia harus tahu mana yang hak kita dan mana yang tidak. Serta tentunya kita harus gigih dalam membela yang benar dan tertindas.

 

‘Pementasan ludruk kali ini benar-benar bagus dan berhasil karena berhasil membuat masyarakat Jakarta yang menontonnya tertawa dan terhibur’ ujar Krihastuti, salah seorang penonton.

Semoga dengan makin banyaknya pementasan ludruk, maka seniman juga semakin meningkatkan kreativitas dan mendapat apresiasi masyarakat. Sehingga akhirnya ludruk akan tetap lestari dan dicintai.

 

Penulis: Johar Zauhariy

Article Courtesy: joharjohar.com

Photo Courtesy: joharjohar.com

admin

Njombangan adalah inisiatif untuk melestarikan dan mempromosikan heritage Jombang berupa seni, budaya, bahasa, adat, sejarah, peninggalan bangunan atau bentuk fisik serta lainnya.

Leave your message